webnovel

Monton - Penuh Warna 1

Kousei Arima adalah seorang anak yang berbakat dalam bermain piano, yang selalu mendominasi dalam kompetisi dan menjadikannya terkenal di antara para musikus cilik. Setelah ibu sekaligus instrukturnya meninggal dunia, dia mengalami penurunan mental di tengah-tengah suatu pertunjukan pianonya di usia 11 tahun. Trauma yang diderita olehnya menyebabkan Ia kehilangan kemampuan untuk mendengar suara dentingan piano meskipun secara fisik pendengarannya baik-baik saja. Dua tahun berlalu, Kousei tidak pernah menyentuh pianonya dan beranggapan dunianya sebagai dunia yang monoton tanpa warna.

--#--

Siang itu di sekolah, tepatnya di ruang perelengkapan musik, Kousei sedang di depan piano dan menulis not balok sambil mendengarkan musik.

Sementara itu di lapangan

Ting "Terbang!" Tsubaki

Sedang bermain soft ball

"di pukul telak" "gila, jauh banget! " kata teman tsubaki

Prang (suara kaca pecah)

"Waduh" Tsubaki

"Bodoh, Tenaga mu di kontrol dong"

"Sana ambil bolanya, Tsubaki"kata teman tsubaki

Tsubaki pun segera berlari untuk mengambil bola tersebut

"Pukulan sukses bikin onar lagi, ya?" Gumam Watari yang sedang bermain bola

Ternyata bola itu masuk ke ruang perlengkapan musik, Tsubaki masuk perlahan dan terkejut

"Wah! ada mayat! "

Tsubaki segera mengmbil bola

"Kabur aja deh, mumpung masih bisa"

"Duh.. Aduh... "Kousei segera bangun dan kebingungan.

Dan tanpa merasa bersalah Tsubaki menghampiri kousei,

"Oh, ternyata Kousei, ya. Untung bukan orang lain yang kena!"

Kousei masih kebingungan karena kepalanya bocor kena bola tadi

"Lo, Tsubaki? Kapan kamu datang kesini?"

Kousei melihat ke arah jendela dan terkejut"Lo?! Jendelanya pecah!, dan juga kenapa penglihatanku jadi serba merah! "

"Jangan - jangan ini ulahmu, ya? Padahal jendelanya baru di perbaiki"

Tsubaki malah bangga dengan perbuatnya "Pemukul yang hebat itu di lihat dari total jendela yang di pecahkan"

Kousei memarahi Tsubaki "Kamu memukulnya terlalu keras!, Pelan - pelan saja, dong! "

Tsubaki malah membantah "Aku tidak akan ragu - ragu kalau memukul bola! "

"

Ini musim panas terakhirku di SMP, tahu!. Aku pasti akan merebut tripel crown"

"Pokonya bereskan ini dulu" Kousei

"Dengarkan aku dulu, dong!" Tsubaki

Tsubaki segera mengambil sapu

"Aku harus minta maaf lagi, nih? Harus bikin laporan kerusakan lagi... " Kousei

Tekk sapu yang di bawa Tsubaki terjatuh

Tsubaki segera memegang tangan Kousei yang ingin mengambil pecahan kaca

"Itu bahaya, tahu! Bagaimana kalu jarimu teriris" Tsubaki terlihat khawatir

"Memangnya kenapa? " Kousei

Ckreek... Watari mengambil gambar Tsubaki dan Kousei yang sedang berpegangan.

"Sudah tetangga sebelah rumah, teman masa kecil pula... Dasar Suami Istri. Bermesraan terus ya, kalau ada kesempatan? "

"Siapa yang suami-istri!! " Sontak Kousei dan Tsubaki Marah mendengar perkataan Watari

"Sebentar, kenapa kau main hp Watari. Bukannya kau lagi latihan anak tim bola? " Tsubaki

"Jangan masuk kesini pakai sepatu, Watari" Kousei

--#--

Cklek.. Tsubaki membuka loker, sambil bergumam, karena kesal pada wakil kepsek.

"Duh, dasar pak wakil kepsek botak. Kita diceramahi sejam cuma gara-gara kaca pecah sedikit? "

"Setidaknya cuma dimarahi sejam kan? " Watari

"Aku juga ikut dimarahi sejam. Coba bayangkan kalau kau jadi aku! "Kousei

"Huh, gedung ini sendiri yang salah, kenapa dia harus menghalangi jalur pukulanku?Iya, kan? " Tsubaki

"Sudahlah ayo kita pulang, lapar berat, nih. Aku mau mampir di Circle K. Mau ikut"Watari

"Ikut, deh"Kousei

"Aku juga"Tsubaki

Di perjalanan Kousei masih bergumam tentang masalah tadi

"Ini aneh banget, kan? Kenapa aku ikut di marahi, coba? "

Seolah mengalihkan pembicaraan

"Wah! Es krimnya enak banget! Beli lagi, ah! " Tsubaki

"Dengarkan aku, oi... "Kousei

"Tapi hukumannya parah juga ya, Kousei. Sudah dimarahi, kau juga harus bikin dua lembar surat permintaan maaf? " Watari

"Itu sih, tidak seberapa. Hal sepele!. Dari lahir aku harus mengurusi anak ini(tsubaki). Merusakkan jembatan gantung waktu karyawisata, didorong dari papan loncat kolam renang yang tingginya 10 meter... "Kousei

"Hahaha... Itu waktu kelas tiga, ya? "Sahut Watari

Mereka berdua tertawa

Tsubaki pun tersinggung

"Berisik, ah!

"Padahal aku anak tunggal, tapi rasanya jadi kayak punya kakak cewek yang bongor."Kousei sambil tersenyum

"Kau itu terlalu baik, Kousei" Sahut Watari

"Bagian mananya? " Tsubaki sambil memanyunkan bibirnya

Kousei pun tersenyum mendengar perkataan Tsubaki

"Tapi jangan terlalu baik jadi cowok, Kousei. Cowok yang terlalu baik bisanya selalu kalah di akhir-akhir" Watari

Tring tring hp watari berbunyi ternyata ada SMS dari Keiko! Sontak hal tersebut membuat watari kegirangan

"Wahh! Ada SMS dari Keiko!, huuuu Aku pergi dulu yaaaa" langsung lari

"Yang keberapa tuh? " Tsubaki bingung

"Yang ketiga"Kousei

"Sebenarnya apa sih, yang mereka lihat dari dia? . Dasar Buaya! " Tsubaki geram dengan kelakuan Watari

"Tapi Sebenarnya Watari juga orang yang baik, kok " Kousei sambil tersenyum dan melanjutkan perjalanan pulang

Tsubaki juga tersenyu