webnovel

Let me go from you..

"Kau tahu maksudku Luci." Balas Aiden Alves dengan sorot mata tajam penuh kebencian, hingga membuat Lucianne semakin gelisah.

"Baby please, aku benar benar tidak tahu."

"BERHENTI BERPURA-PURA LUCI, AKU MUAK DENGAN SEGALA KEBOHONGANMU!!" Sentak Aiden Alves hilang kendali. Sungguh satu hal yang membuat Lucianne terkejut, sebab selama delapan tahun mengenal Aiden Alves, pria itu nyaris tak pernah berbicara kasar padanya. Bahkan ia bisa melihat sisi lain dari Aiden Alves malam ini, pria hangat yang selalu berucap lembut padanya kini tak ada lagi.

"Baby.. Apa yang terjadi denganmu?" Tanya Lucianne dengan suara yang terdengar bergetar.

"Ahh... kau benar benar menguji kesabaranku Luci, kenapa kau tak mengakuinya? Apa yang kau lakukan di hotel?"

"H-otel? Aku tidak.."

"Kau bercinta dengan seorang pria?" Tanya Aiden Alves yang membuat Lucianne seketika gugup.

"Baby... "

"Kenapa? Apa karena aku tak pernah membawamu di atas ranjang? Apa karena itu?" Tanya Aiden Alves yang berhasil membuat wajah Lucianne pucat pasih.

"Dear... Aku tidak mengerti, aku tidak bersama siapapun di hotel, kau salah..."

"Aku melihatmu Lucianne,"

"Tapi dia bukan siapa-siapa, dia hanya seorang rekan kerja, kita hanya... "

"Cukup Lucianne!"

"Baby, please Believe me."

"KAU MENGHIANATIKU LUCI!!"

"That is not true... "

"BERHENTI MEMBOHONGIKU!!" Sentak Aiden Alves menatap tajam, bahkan nafasnya terlihat naik turun menahan amarah, dengan urat mencuat di lehernya. Merasa sangat marah dengan sikap Lucianne yang bahkan masih terus berbohong padanya, dan sedikitpun tak memiliki niat untuk jujur padanya.

"Baby please... "

"DON'T TOUCH ME!!" Balas Aiden Alves saat Lucianne meraih lengannya, bahkan langsung menepisnya dengan sangat keras.

"Baby.. Aku mencintaimu, kau tahu itu. Aku tidak mungkin menghianatimu," Ucap Lucianne kembali meyakinkan Aiden Alves.

"ARGGGHHH!!!" Teriak Aiden Alves reflek menghantam kaca mobil dengan kepalan tangannya. Bersamaan dengan air matanya yang menitik.

Hatinya sakit saat mengingat semunya, ia tahu, jika selama ini tak pernah mengabulkan permintaan Lucianne yang ingin bercinta dengannya, ia juga tahu, jika ia mungkin seseorang yang kaku, bukan pria romantis, dan tak pandai menyenangkan pasangan, namun jika memang Lucianne keberatan dan tak nyaman dengan hubungan mereka, seharusnya wanita itu bisa jujur dan mengatakan padanya, ia bahkan akan berusaha untuk merubah semunya, tidak dengan cara menghianatinya. Sebab apapun kesalahan Lucianne selama ini, ia masih memiliki toleransi untuk memaafkannya, dengan satu syarat, jangan ada penghianatan. Sebab ia benar benar membenci itu.

"Baby please, listen to me," Ucap Lucianne, nampak panik saat melihat darah menitik dari telapak tangan Aiden Alves usai memecahkan kaca mobilnya sendiri.

"Kau yang seharusnya mendengarku sekarang Luci. Berhenti mengelak, dan terus membohongiku." Balas Aiden Alves setelah perasaannya sedikit lebih tenang.

"I'm so sorry,"

"Berhentilah meminta maaf, mungkin aku yang terlalu sibuk dan sering mengabaikanmu. Aku bahkan tidak bisa melihatmu terus merasakan sedih dan kesepian, sebaiknya kita akhiri saja." Balas Aiden Alves menatap Lucianne.

"No baby please... jangan lakukan itu, aku tidak bisa tanpamu," Ucap Lucianne melangkahkan kaki, berniat menghampiri Aiden Alves yang bahkan langsung melangkah mundur kebelakang. Sangat terlihat jelas, jika Aiden Alves mulai menghindarinya. Sungguh hal yang membuat hati Lucianne semakin sakit, pria itu seketika berubah hanya dalam waktu singkat.

"Jangan pernah menyentuhku, aku benar-benar muak dengamu Luci," Balas Aiden Alves.

"Baby... "

"Meskipun selama ini aku bisa menerima semua kebohongan yang sering kau lakukan padaku, tapi aku tidak bisa menerima penghianatanmu Lucianne."

"Tapi.. Aku.. "

"Aku akan tetap membantumu untuk menutupi kerugian di butikmu, bahkan bila dana yang kemarin masih kurang, kau bisa menghubungi Lucas." Sambung Aiden Alves yang langsung melangkah pergi.

"Baby. Dengarkan aku dulu, aku.. " Seru Lucianne dengan kalimat yang menggantung.

Sungguh ia tidak bisa mengeluarkan kalimat apapun lagi saat ini. Sebab tuduhan Aiden Alves memang benar, ia baru saja bercinta dengan seseorang beberapa jam lalu, mengangkang dan mendesah di bawah tubuh seorang pria dan melupakan Aiden Alves. Memuaskan nafsunya sendiri, hingga melupakan jika hal yang ia lakukan bisa berakibat sangat fatal.

"Bisakah kau tak meninggalkanku? Aku mohon... stay with me, aku membutuhkanmu." Pinta Lucianne terisak di sana.

"Masuklah.. Ini sudah sangat larut. Aku tidak akan mungkin selalu memperhatikanmu lagi. Jadi jagalah kesehatanmu sendiri." Balas Aiden Alves mencoba menahan rasa mual saat melihat Lucianne dengan beberapa bekas kissmark di lehernya.

"Baby... Setidaknya dengarkan aku dulu, aku benar-benar tidak punya maksud untuk menyakitimu, aku hanya... "

"Lucianne, jangan membuatku bingung. Aku tidak menyalahkanmu atas kejadian ini. Jadi berhentilah, cukup sampai di sini saja." Balas Aiden Alves mencoba bersikap tenang, dan kembali melangkahkan kakinya meninggalkan Lucianne yang masih terdiam.

Namun di detik berikutnya, langkah kaki itu kembali terhenti, dengan Aiden Alves yang terdiam sesaat dan kembali melangkah mendekati Lucianne.

"Ini, aku tidak membutuhkannya lagi." Ucap Aiden Alves mengeluarkan sebuah kotak berbahan kaca dari dalam kantong jasnya dan langsung membuangnya.

"Baby.. "

"Aku harap tak melihatmu lagi Lucianne," Ucap Aiden Alves sebelum melangkah pergi.

"No... baby... NO... please come back to me.. " Panggil Lucianne yang mulai menangis, bahkan tangisannya tidak mendapatkan respon sedikitpun dari Aiden Alves .

Lucianne semakin terisak, merasa terpukul sebab kali ini ia tidak mendapatkan pelukkan dari Aiden Alves yang dulu selalu ia dapatkan saat sedang menangis. Bahkan pria itu terus berjalan mengabaikannya, hingga bayangannya perlahan menghilang oleh kabut malam yang cukup tebal di awal musim dingin.

Hujan yang tiba tiba turun di malam ini membuat hati Lucianne semakin hancur, seolah ikut berduka atas hancurnya hubungan antara Aiden Alves dan Lucianne yang bahkan sudah berjalan bertahun tahun lamanya, bahkan ia sendiri tidak pernah menyangka akan kehilangan pria se sempurna Aiden Alves, pria yang selalu menuruti segala keinginannya, dan selalu memaafkan segala kesalahannya. Namun sekarang, hanya dalam waktu beberapa menit saja, ia sudah tidak memiliki pria itu lagi. Aiden Alves benar-benar pergi meninggalnya setelah memutuskan hubungan mereka.

Dengan perlahan Lucianne membungkuk untuk mencari sebuah kotak yang tadi di lempar oleh Aiden Alves, hingga dalam hitungan detik saja, air mata wanita itu kembali luruh saat menemukan kotak berbahan kaca yang berisikan sebuah cincin berlian yang sangat indah.

"Oh No.. " Gumam Lucianne dengan tubuh yang seketika luruh di atas rerumputan, bersamaan dengan tangis yang kembali pecah. Ternyata malam ini Aiden Alves akan melamarnya, namun apa yang sudah ia lakukan. Sedang waktu tak bisa di putar kembali, begitu juga dengan penyesalan Lucianne yang kian mendalam.

"Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja Aiden, aku akan mendapatkanmu kembali." Gumamnya mengusap air mata yang kini membasahi wajahnya.

* * * * *

Bersambung...