1 1

Dina sampai di kelas dengan nafas ngos-ngosan pagi ini ia terlambat bangun yang hampir membuatnya terlambat ke sekolah, beruntungnya ia punya sang Mama yang siap siaga membangunkannya setiap hari.

" morning... " sapanya pada Amy sahabatnya yang sedari tadi sudah menunggunya.

" Assalamu'alaikum kali, Di " ucap Amy, Dina hanya cengir kuda " cepat simpan tasmu dan kita pergi ke lapangan, sudah mau upacara "

" Aye kapten " Dina memberi hormat.

Amy terkikik geli melihat tingkah Dina yang kekanakan itu, Dina berjalan menuju bangkunya untuk menyimpan tasnya, baru saja ia meletakkan tasnya bel sudah berdering membuatnya kesal sendiri tapi bergegas menyusul Amy yang berjalan lebih dulu membiarkan Dina berlari mengejarnya.

Dina adalah salah satu siswa di salah satu SMA di ibukota dan ini tahun terakhirnya di sekolah menengah atas itu dia kelas XII IPA 3. Dina juga bukan gadia most wanted seperti gadis pada novel, bukan juga siswi cupu yang dikucilkan di bully dia hanya siswi SMA biasa bahkan tergolong transparan dan dia suka itu.

" ugh... panasnya... " keluhnya sambil mengipaskan topinya, upacara baru saja di bubarkan.

" tukang ngeluh " cibir Amy tapi ikut mengipasi Dina dengan topinya dia bahkan dengan iseng mengenai Dina

" gak ikhlas banget sih! " Dina berucap dan membalas Amy, tapi saat gadis berhijab itu kembali ingin menyerangnya Dina langsung lari

brukk

Dina jatuh ke lantai karena menabrak seseorang

" sorry sorry " ucap Dina dengan muka bersalahnya, dibelakangnya Amy hanya diam

Gadis berambut panjang itu Dina kesal dia bahkan menepis uluran tangan Dina kasar

" lo pikir lo anak TK hah? lari lari di koridor " gadis bertagname Clarrisa Wiguna itu mendengus dia mengibaskan rambutnya ke belakang

" iya, Maaf " ucap Dina, Risa berdecih dan berlalu

" lo sih " Dina menyikut Amy yang sama sekali tidak berniat membantunya, Amy mengedikkan bahunya

" woi... wece wece... buruan jalan " Cowok bermata sipit mengintrupsi mereka " gosip mulu sih.."

#

Jam istirahat Amy mendekati Dina, berbeda dengan pagi tadi Dina yang cengar cengir sekarang memasang wajah kusutnya, bagaimana tidak guru mereka memberi tugas yang lumayan

Amy menarik kursi di depan Dina dia menutup buku Dina yang terlihat stress

" kusut amat tuh muka " Bukan Amy yang menegur melainkan Liam si cowok sipit keturunan tionghoa itu.

" biasa... dia kesal dengan pak Budi " ucap Amy, Liam terkekeh sedangkan Dina makin cemberut

" pikir aja sih... Pak botak itu ngasih tugas tidak tanggung tanggung. " sungut Dina.

" sudah sudah, ke kantin saja " ajak Amy yang tanpa berpikir Dina langsung mengangguk, Amy sangat tau moodbuster Dina memang makanan.

" kalo makan cepet " cibir Liam

" masalah buat lo? " ucap Dina, Amy menengahi mereka " Liam lo ikut? "

" gak, gue ada urusan dengan pak Nilwan "

" lo bikin ulah? " Tanya Dina, Liam menggeleng " lah? "

" ada yang mau gue tanyakan " ucap Liam

Amy dan Dina mengangguk mengerti dan pamit duluan ke kantin.

Amy menggeleng melihat Dina yang lahap memakan makanan favoritnya apalagi kalau bukan baksol, Amy mengambil saos dan menjauhkannya dari Dina, anak itu kalau tidak dicegah dia akan makan banyak saos.

" boleh gabung " Amy mendongak dan mendapati empat siswa lainnya berdiri di tempat mereka, salah satu dari mereka ada gados yang ditabrak Dina pagi tadi

" Mi buruan, nanti cipit itu ngom- " kalimat Dina tergantung dia melihat kesamping dan mendapati siswa itu. " ini... kenapa? "

" gue sama temen temen gue boleh gabung? tempatnya sudah penuh semua " Dina melihat ke sekelilingnya dan benar saja, kantin itu penuh

" oke " ucap Dina, Amy yang tadi duduk berhadapan sekarang pindah di samping Dina menyisakan tempat kosong dan mempersilahkan mereka duduk

" ck, ngapain sih di sini? " rutuk Risa, Cowok bertagname Lintang Cakrawala. A yang duduk di sampingnya mencibir.

" lo mau duduk melantai hah? syukurlah duduk disini " ucap Lintang, dia melirik Dina dan Amy yang sepertinya tidak terganggu dengan kehadiran mereka. " anu.. kalian Madina dan Amynah yang dari Epic Junior High School kan? " tanya Lintang

Amy dan Dina saling berpandangan, pasalnya jarang ada yang tau mereka dari sekolah swasta itu.

" gue juga dari sana " ucap Lintang mengerti kebingungan dua gadis itu. " gue Lintang, ini Risa dia juga dari SMP itu, dan Ini Ibra " Lintang menunjuk temannya yang memang menatap mereka dari tadi " dan Ini Arsyad " Lintang menepuk punggung temannya yang memilih memakan makananya tanpa menghiraukan mereka.

Dina dan Amy bergantian mengenalkan diri mereka.

" eh Ar, lo sudah " tanya Lintang pada. Arsyad, pemuda itu mengangguk

" saya mau ke perpustakaan " jawabnya dia melihat ke Dina dan Amy mengangguk sopan

" A! " pekik Dina membuat mereka melihatnya

" kenapa? "

" gue lupa ngembaliin buku " panik Dina mengingat betapa seramnya penjaga perpustakaan mereka. " Mi.... " rengeknya

" ya sudah aku temani "

#####

Dina mengacak rambutnya frustasi, dia sudah duduk lebih dua jam dia di depan meja belajarnya tapi dia belum bisa menyelesaikan tugas matematikanya

" tau ah, pusing gue " rutuknya, dia memilih keluar kamarnya mencari makan mengingat terakhir dia makan hanya di sekolah tadi.

Dia mengkerutkan keningnya melihat kedua orang tuanya yang sepertinya mau keluar.

" Mama sama papa mau kemana? " tanyanya menghampiri kedua orang tuanya

" syukurlah adek.keluar " ucap Mamanya, Dina mengkerutkan keningnya, baru saja dia akan membuka mulutnya untuk bertanya, Mamanya sudah lebih dulu membalikkan badan Dina ke kamar

" Adek ganti baju, adek ikut Mama sama Papa " ucap Adela pada putri semata wayangnya itu

" tumben mau ngajak "

" sudah, kamu ganti baju sana " kata Adela, Dina berdecak tapi tetap menurut masuk ke kamarnya " padahal gue lapar "

Dina menatap bangunan di depannya, kenapa juga orang tuanya membawanya ke rumah sakit?

" siapa yang sakit? " tanya Dina sambil mengikuti langkah orang tuanya.

" teman Mama ada yang masuk ke sini " jawab Adela, Dina mengangguk mengerti.

Setelah bertanya ke recepsionis mereka langsung menuju ruangan yang di maksud. Dina memilih tidak masuk karena dia pergi mencari makan dulu. Setelahnya dia memilih duduk di kursi tunggu depan ruangan.

Dap dap dap

Dina menoleh ke arah suara seorang pria berlari ke arahnya dengan wajah panik dan dengan banyak keringat, sepertinya dia berlari.

Pemuda itu berhenti di depan ruangan teman Mamanya. Dina melirik cowok itu rasa rasanya dia pernah melihatnya tapi di mana? Apa mereka satu sekolah? Dina menggeleng, tidak mungkin karena cowok itu memakai setelan kantor. atau dia perawatan? Dina terkikik pelan.

puk

Dina menepuk keningnya saat lintasan wajah melintas di kepalanya, bukankah dia cowok yang temannya Lintang? tapi kenapa dia memakai pakaian kantor? Dina mengedikkan bahunya

bodoh amatlah kalau itu memang dia atau bukan, toh bukan urusannya.

cklek

Dina kembali menoleh dan menampakkan sosok Mamanya

" apa kita pulang sekarang? Papa mana? " Dina berdiri sambil memperbaiki tas selempang kecil yang ia pakai

Adela tidak berkata apa apa, dia menarik tangan Dina masuk dan meski tidak mengerti Dina menurut saja. Setelah menyalami teman orang tuanya Dina memilih di pojokan menyimak.

Dina menegakkan tubuhnya dan melangkah mendekati Wanita yang berbaring di tempat tidur itu. Dia bisa melihat bagaimana cantiknya perempuan itu meski wajahnya pucat sekali dia juga bisa menebak kalau wanita itu seumuran Mamanya.

Dina kaget saat tangannya di genggam wanita itu, dia balas menatap mata yang menatapnya dengan teduh. Dina menelan ludahnya perasaanya tiba tiba aneh dia merasa sesuatu yang besar akan terjadi, terlebih saat Wanita itu juga meraih tangan pemuda yang ada di seberangnya

" Bun...? " lirih cowok itu

" A' kamu anak bunda satu satunya, kamu juga harapan bunda... " wanita menjeda ucapannya karena tercekat air matanya " Bunda rasa tidak lama lagi "

" Hust... Dian, kamu ngomong apasih? " ucap Adela, Dina mengangguk setuju

" iya tante, tante gak boleh ngomong begitu "

Dian menoleh menatap Dina yang membuat gadis itu menunduk, Dian menggenggam erat tangannya membuat Dina mengangkat wajahnya kembali menatap Dian.

" kamu mau membantu tante? "

" kalau adek bisa tante " ucap Dina

Dian tersenyum kemudian menatap beberapa temannya yang ada di ruangan itu, setelah mendapat persetujuan dia kembali menatap Dina dan putranya

" Mau yah... kalian... menikah? "

" Apa? "

" Hah? "

Dina dan pemuda itu saling menatap sebelum kembali menatap Dian.

#####

tobecontinued

avataravatar
Next chapter