4 Apa Jawabanmu?

"Eh ... Mr. Henry ...." panggil Kate dengan ragu.

"Apakah cucu Anda benar-benar menyukai sesama jenis?" tanya Kate ragu.

Mr. Henry langsung tertunduk lesu begitu mendengar pertanyaan Kate.

"Aku berharap tidak, tapi entahlah Nak!" kata Mr. Henry masih sambil masih menunduk.

"Cucuku itu dulunya sama normalnya dengan pria-pria lain!" kata Mr. Henry.

"Entah sejak kapan ia berubah," kata Mr. Henry murung.

"Aku membuat kesepakatan ini denganmu karena aku berharap kau akan bisa membuat Hans tertarik pada wanita lagi."

"Aku tidak ingin Hans tertimpa gosip lebih jauh lagi, mengenai kemungkinan ia menyukai sesama jenis!"

"Pun juga untuk menghentikan kegilaannya mengencani banyak perempuan sekaligus akhir-akhir ini."

"Ia melakukannya hanya untuk membungkamku saja!"

"Nah, apakah kau bersedia menikahi cucuku?" tanya Mr. Henry lagi mengulangi.

Kate terdiam. Ia bingung memikirkan harus menjawab apa. Ia tak ingin menikah dengan pria yang tidak dicintainya.

'Lalu? Apa yang terjadi dengan pria yang kau cintai, Kate?' tanya Kate dalam hati kepada dirinya sendiri.

'Desmond yang sangat kau cintai itu malah mengkhianati dirimu dengan berselingkuh dengan Ren, sahabatmu sendiri!' benaknya mengingatkan peristiwa yang baru saja dialaminya tadi.

Kate menghela nafas.

"Mr. Henry ...." Panggil Kate.

"Bagaimana jika aku menolak?" tanya Kate.

"Maka kau dan ayahmu harus mengembalikan pinjaman beserta bunganya dalam waktu tiga hari!" Jawab Mr. Henry sambil tersenyum manis seperti malaikat.

"Atau kalian akan masuk penjara!" kata Mr. Henry lagi masih sambil tersenyum dengan manisnya.

"Aku terima!" jawab Kate dengan terburu-buru.

Memangnya ia punya pilihan lain? Suka atau tidak suka, ia akan tetap harus menerima penawaran dari kakek tua ini.

"Nah, Kate! Kalau begitu kita akan bisa menjadi sahabat yang baik!" kata Henry pada Kate.

"Bahkan aku berharap kalian akan dapat saling jatuh cinta sungguhan."

"Rayulah Hans sekuat tenagamu. Buat agar ia jatuh cinta padamu dan ... ehm ... bercinta denganmu!" Bisik Mr. Henry.

Merah padam wajah Kate saat Mr. Henry mengatakan hal tersebut. Kakek tua ini pasti sangat kecewa ketika tahu bahwa cucunya adalah penyuka sesama jenis. Bagaimana ia bisa merubahnya?

Tapi, ia tak punya pilihan lain lagi selain harus menuruti keinginan si kakek ini. Jika tidak, darimana ia akan memperoleh uang sebanyak itu dalam waktu tiga hari.

"Nah, Kate, Darling!" panggil Mr. Henry pada Kate.

"Karena kau sudah setuju, maka mulai hari ini, kau tinggallah di sini, ya!"

"Anggap saja ini adalah rumahmu sendiri."

"Aku akan memperkenalkanmu pada Hans nanti," janji Mr. Henry pada Kate.

"Kau beristirahatlah dulu."

"Dimitri akan mengantarkanmu ke kamarmu!" kata Mr. Henry lagi.

"Terima kasih, Mr. Henry," kata Kate sambil menunduk memberi hormat.

"Aa ... aa ... aa ...." kata Mr. Henry sambil menggoyangkan jari telunjuknya tanda Kate telah salah dalam suatu hal.

"Panggil aku 'kakek' mulai sekarang, ya!" katanya memberi perintah.

"Baik, Kek!" Kate menurut. Kemudian ia segera berjalan menuju pintu.

"Kate ...." panggil Mr. Henry lagi pada dirinya.

"Ya, Kek?" tanya Kate.

"Meskipun kukatakan bahwa anggap ini adalah rumahmu sendiri, tapi tolong jangan kau masuki lantai tiga dari rumah ini ya!" perintah Mr. Henry.

"Ini adalah rumah tua, lantai tiga sudah tidak begitu bagus kondisinya."

"Aku takut kau celaka nanti jika nekat naik ke sana!"

"Lagipula di sana banyak barang," kata Mr. Henry lagi.

"Baiklah, Kek. Aku mengerti," jawab Kate, kemudian ia keluar dan menutup pintu.

Dimitri tahu-tahu sudah kembali berada di depan pintu seakan telah menunggu Kate.

"Mari, Nona. Saya antar ke kamar Anda agar Anda dapat beristirahat," kata Dimitri dengan sopan.

Kate tak punya pilihan lain selain mengikuti Dimitri. Karena dimana letak kamarnya pun ia tidak tahu.

Selama berjalan Kate berpikir. Ia sebetulnya heran. Mengapa orang sekaya Mr. Henry tidak mau mengeluarkan uang untuk merenovasi bagian yang katanya sudah tua dan lapuk? Apakah ada sesuatu di atas sana yang membuat kakek tua itu tidak ingin merenovasi bangunan itu? Ataukah ada penyebab lainnya?

'Ah sudahlah! Itu bukan urusanmu Kate!' kata Kate dalam hati.

'Yang penting sekarang adalah kau akan membayar hutangmu dengan menukarnya dengan kebebasanmu,' pikir Kate dengan sedih.

"Sudah sampai, Nona!" kata Dimitri sambil membukakan pintu kamar untuk Kate.

Kate masuk ke dalam dan langsung menyukai kamar barunya. Kamar itu sangat cerah dan berwarna putih bersih, dengan tempat tidur yang super besar.

"Selamat beristirahat, Nona!" kata Dimitri.

"Makan malam nanti tepat pukul tujuh."

"Saya akan kembali untuk mengantarkan Anda ke ruang makan," kata Dimitri sambil membungkuk dengan sopan, kemudian berbalik hendak pergi.

"Dimitri, tunggu!" seru Kate tiba-tiba.

Langkah Dimitri terhenti dan ia berbalik menatap Kate.

"Ya, Nona?" Ada lagi yang bisa saya bantu?" tanya Dimitri dengan sabar.

"Dimitri, apakah kau dapat memberitahukan padaku seperti apa cucu dari Mr. Henry?" tanya Kate dengan penasaran.

"Ah, soal itu ... nanti Nona juga akan tahu sendiri seperti apa rupa Tuan Muda!" kata Dimitri sambil menahan senyumnya kemudian berbalik pergi.

"Hmm!!!" gumam Kate sepeninggal Dimitri.

"Misterius sekali sih, si Tuan Muda itu!" Kate berbicara sendiri.

"Seperti apa ya rupanya?"

"Apakah tampan dan berbadan bagus?"

"Atau jangan-jangan buruk rupa?" Kate bergidik ngeri.

"Kalau ia memang tampan sih, tak ada ruginya yah aku," Kate tertawa centil.

"Kate ... Kate ...." Panggil Kate pada dirinya sendiri.

"Untuk apa kau memusingkan hal itu?"

"Tampan ataupun tidak, tetap saja kau harus menikahinya untuk melunasi hutang ayahmu!"

Ia membayangkan seorang pria gemuk berkepala botak dengan gigi maju ke depan dan wajah berminyak. Ia langsung bergidik sendiri.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, Kate! Kau belum melihat orangnya secara langsung. Tunggu saja!" Kata Kate pada dirinya sendiri.

Setelah mengatakan hal itu kepada dirinya sendiri, Kate mengitari ruangan kamar yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di sini. Semuanya serba mewah dan memiliki perabotan yang terlihat berkualitas mahal.

Luar biasa! Bahkan kamarnya memiliki kamar mandi sendiri. Di rumah bobroknya yang dulu, hanya ada satu kamar mandi berukuran imut yang harus ia pakai bergantian dengan ayahnya.

Kate ingin mandi, namun ia tidak membawa perlengkapan apapun. Tentu saja, karenakan ia dibawa kesini dengan paksa alias diculik.

Kate menelusuri kamar mandi. Untunglah perlengkapan mandi dan handuk bersih tersedia di sini. Kate segera mandi. Ia menghirup wangi busa sabun yang menyelimuti seluruh tubuhnya.

"Mmhh! Harum sekali sabun ini," seru Kate yang langsung merasakan kulitnya menjadi lembut, bersih, dan wangi.

Selesai mandi, Kate terpaksa mengenakan kembali pakaian yang dikenakannya tadi. Ia berbaring di atas tempat tidur yang empuk itu.

"Hari ini nasibmu berubah cepat sekali, Kate!" katanya pada diri sendiri.

"Setelah ini, apa yang akan terjadi pada dirimu?"

Kate berbaring miring dan memejamkan matanya. Tertidur.

Suara ketukan pelan di pintu membangunkannya.

"Nona Kate!" terdengar suara Dimitri memanggilnya dari arah luar.

Kate bangun dengan terburu-buru dan dengan segera membuka pintu.

"Maaf, aku ketiduran," Kate mengaku.

"Tak apa. Makan malam sebentar lagi akan dimulai," kata Dimitri.

"Apa Nona sudah siap?" tanya Dimitri lagi.

"Yah, kurasa sudah," jawab Kate dengan segera mengikuti Dimitri berjalan ke arah ruang makan.

Sampai di sana, Dilihatnya Mr. Henry sudah duduk di sana menunggunya.

"Kate ... ayo silahkan duduk di sini!" kata Mr. Henry sambil menunjuk sebuah kursi kosong disebelahnya.

Kate menurut dan duduk di sebelahnya.

"Kate, aku minta maaf. Sepertinya Hans akan terlambat sedikit," kata Mr. Henry.

"Apakah kau sudah lapar? Ataukah kau masih sanggup menunggu sebentar lagi?" tanya Mr. Henry.

"Tidak apa. Aku masih bisa menunggu," jawab Kate.

Sebenarnya ia sudah lapar. Tapi demi sopan santun, ia memutuskan untuk menunggu saja.

"Eh, Kakek ...." panggil Kate.

"Ya, ada apa?" tanya Mr. Henry.

"Kek, aku ingin kembali sebentar ke rumah boleh?" Tanya Kate minta ijin.

"Aku tak membawa apapun kemari, jadi jika diijinkan, aku ingin mengemas sedikit pakaian dan barang-barangku untuk kupakai," kata Kate lagi.

"Astaga! Tuan rumah macam apa aku ini!" seru Mr. Henry sambil menepuk keningnya sendiri.

"Tentu saja. Akan kusuruh orangku untuk mengantarkanmu nanti," kata Mr. Henry.

"Hari ini sudah malam. Besok akan kusuruh asistenku untuk membantumu," kata Mr. Henry lagi.

"Baik, Kek. Terima kasih!" kata Kate lagi.

"Maaf, aku terlambat!" suara seorang pria terdengar tergesa-gesa.

to be continue ....

avataravatar
Next chapter