1 Pemenang Undian Guerilla Date

Malam itu Ai tampak sangat lelah. Sudah ribuan email dari penggemarnya yang telah ia baca. Kebanyakan isinya tentang alasan mereka sangat ingin bertemu dengannya. Ia tengah mengadakan undian kepada para fansnya yang tidak bisa datang di acara guerilla date yang telah ia adakan di jalanan Hongdae seminggu yang lalu. Hanya satu orang yang akan terpilih untuk menjadi teman kencannya secara virtual. Namun sangat sulit untuk memilih satu orang dari puluhan ribu email yang masuk. Padahal Ai sudah menyiapkan tim khusus untuk membantunya memilih email itu. Tapi sampai saat ini ia dan timnya belum menemukan satu orang yang beruntung itu.

Ai hampir menyerah saat menyadari bahwa sudah jam satu dini hari. Ini artinya sudah seminggu ia dan timnya memilih-milih surat itu. Ia selalu melewatkan jam tidurnya hanya untuk membaca ribuan email itu. Padahal paginya ia sudah disibukkan dengan jadwal shownya. Besok ia akan menghadiri interview dan pemotretan untuk album terbarunya. Tapi hingga saat ini ia belum juga selesai dengan surat-surat itu. Ia bisa saja menyerahkan tugas itu pada timnya namun Ai sudah bertekad dari awal bahwa ia akan membaca surat-surat itu dan memilih pemenangnya. Ia tak akan menyerah.

"Ai, kau harus istirahat. Kita lanjutkan saja besok. Kau terlihat begitu letih. Atau begini saja, jika kau ingin beres hari ini serahkan saja pada kami. Besok kami akan memberitahumu jika pemenangnya sudah terpilih." Manager Ai yang dari tadi sudah menghawatirkan kondisi Ai akhirnya angat bicara.

"Tidak. Mereka semua fansku, aku sendiri yang akan memilihnya. Lagi pula tinggal 20 lagi kan? Emmm. Biar cepat kita bagi lima saja. Pilihlah salah satu yang menurut kalian menarik." Ai menolak saran dari manager nya. Ia justru memberi saran lain. Mau tak mau mereka akhirnya menuruti kemauan Ai.

"Ai, aku menemukan sesuatu. Nampaknya ia salah satu fansmu dari Indonesia. Nama emailnya callmePandu17@gmail.com, aku rasa isi suratnya nampak aneh. Bacalah!" Salah seorang dari tim Ai menyodorkan laptopnya pada Ai.

Ai membaca surat itu dengan serius.

From : callmePandu17@gmail.com

To : CFidol01_ai@gmail.com

Date : Feb,17, 2032 : 09.00 KST

안녕하세요

Hai Ai 👋 Aku ucapkan selamat atas perilisan album terbarumu. Aku sudah menantikannya sejak lima bulan yang lalu. tentu saja aku juga menyukai semua lagumu! kau begitu menginspirasi, setiap lagu-lagumu berhasil mengisi lubang kosong di hari-hariku. Terima kasih atas semua kerja keras yang telah kau lakukan untuk terus menghibur dan menginspirasi semua orang.

Saat ini aku sedang sakit, dokter bilang hari-hariku tidak akan lama lagi. Ah, kurasa mereka hanya membual. Bukankah kehidupan dan kematian ada di genggaman Tuhan? Mereka hanya bisa mengira saja! seperti kapan meteor akan jatuh ke bumi. Pada kenyataanya semuanya akan jatuh dan pergi di waktu yang tepat bukan?

Aku selalu berfikir jika aku telah salah dalam memilih. Bahkan sampai saat ini aku masih dihantui perasaan takut itu. Aku masih dikejar-kejar oleh mereka padahal kondisiku semakin rapuh. Ai, aku tahu kau juga memiliki penyesalan yang sama. Aku tahu kau tengah memendam semua rasa bersalah itu. Tapi akupun tak bisa, begitupun dirimu.

Jika perasaan takut dan bersalah itu terus menyelimuti kita hingga akhir nanti, mari kita anggap itu semua adalah kegelapan yang menyelimuti malam. Dan kita adalah benda bercahaya yang akan mengusir gelap dengan cahaya kita. Mungkin sebentar lagi aku akan menjadi bintang jatuh, huft ... Ternyata aku mempercayai ucapan dokter itu. Tetapi aku selalu berharap kau adalah rembulan terang yang akan selalu menyinari langit malam dengan kilau cahaya cantikmu. Sinar yang diteruskan oleh jutaan bintang kepadamu. Tetaplah bersinar Ai. Aku berharap bisa menemuimu meski tak secara langsung. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.

Sampai jumpa di virtual meeting Ai! Semoga aku masih bernafas hingga hari itu.

Peluk jauh

Pandu

Isi suratnya hampir sama dengan yang lainnya yaitu keinginan untuk bertemu dengan Ai. Tapi setelah dibaca lagi Ai menemukan hal yang janggal. Pengirim itu membahas mengenai Sesuatu yang menyangkut hal dari masa lalunya. Siapa dia? Kenapa dia menyebut-nyebut rahasia Ai. Sesuatu yang selalu Ai sembunyikan dari siapapun. Sesuatu yang selalu Ai coba untuk tutupi. Dan nama itu, nama itu begitu familiar bagi Ai. Apa yang ingin ia katakan pada Ai di virtual meeting nanti? Pikiran Ai mulai tak karuan.

"Oppa! Sudah kuputuskan. Aku memilih surat ini sebagai pemenang undian guerilla date ku tahun ini". Ai langsung menyodorkan laptop itu pada manager nya.

"Coba kubaca."

"..."

"Ai, kurasa ini standar. Hampir sama dengan surat-surat yang lain. Aku justru lebih memilih surat yang sebelumnya telah ku tunjukkan padamu. Kenapa Ai? Apa karena ia berasal dari negara asalmu? Apa kau kenal dia secara pribadi?" Tanya manager Ai.

"Tidak. Bukan begitu. Aku hanya merasa surat itu lebih menarik saja. Apa aku tidak boleh memilih yang itu ?" Ai balik bertanya.

"Tidak Ai, tentu kau boleh memilihnya. Aku hanya memastikan saja. Baiklah karena Ai sudah memilih maka tugas kita selesai. Ai aku harap kau beristirahat dengan baik malam ini. Besok jadwalmu sangat padat."

Manager Ai segera membereskan dan mengatur surat-surat itu dan mengurus sisanya. Ai lalu beranjak pergi untuk beristirahat. Setelah semuanya selesai Ai lalu diantar pulang ke apartment oleh managernya.

Ai selalu didampingi oleh managernya kemanapun Ai pergi. Itu sudah menjadi salah satu dari aturan yang diberikan oleh Agensinya. Ai tahu jika itu demi keselamatan Ai. Namun terkadang Ai merasa muak dengan semua itu. Bahkan untuk membeli sebuah ice cream di minimarket dekat apartment nya pun harus didampingi oleh managernya. Ai begitu merindukan masa-masa sebelum ia menjadi seorang idol. Dimana ia bebas melangkah bahkan berlari sekencang-kencangnya kemanapun ia pergi tanpa harus diikuti oleh siapapun. Dulu tak ada yang mengenalinya kecuali teman dan keluarganya. Sekarang, kemanapun ia pergi orang-orang akan mengenalinya. Ia terpaksa harus menyamar jika ingin ke tempat terbuka. Itupun diikuti oleh manager nya. Ai hanya bisa menerimanya, lagi pula ini sudah menjadi keputusannya walau terkadang ia kerap dihantu dengan penyesalan.

Udara kota Seoul sangat dingin malam ini, tapi tak pernah sepi. Pertokoan dan gedung-gedung selalu ramai. Bahkan sepanjang pinggir jalan dipenuhi oleh orang-orang yang lalu lalang. Padahal bulan ini sudah memasuki musim dingin. Ai menoleh ke kaca mobil di sampingnya. Ia kini bisa melihat bayangan wajahnya yang terpantul di kaca itu. Wajah itu kini terlihat suntuk, ia hampir tak mengenali lagi wajah itu. Padahal wajah itu adalah wajah yang sama dengan wajah di 10 tahun yang lalu. Kota ini telah berhasil merubahnya menjadi sosok lain. Tapi apakah kota ini yang membuatnya berubah atau justru keinginan dalam diri Ai sendiri? Semuanya tampak samar dalam pandangan Ai.

Ai teringat dengan surat tadi. Sejujurnya Ai mengenali nama pengirim surat itu. Ai ternyata belum berhasil melupakan nama itu. Mengingat nama itu seperti membuka kembali robekan luka yang menanah sejak sepuluh tahun yang lalu. Ai selalu mencoba untuk melupakan nama itu tapi justru malah membuatnya semakin meradang. Nama itu justru muncul diantara surat-surat dari penggemarnya. kenapa? Kenapa justru lewat surat? Padahal Ai tahu bahwa pemilik nama itu bisa bertemu dengan Ai secara langsung. Ai benar-benar bingung, ia ingin mengungkapkan apa yang telah terkubur selama sepuluh tahun terakhir. Mungkin pertemuan itu juga akan berhasil menghapus lukanya, atau justru membuatnya semakin parah. Ai tak bisa menerka, Ai hanya bisa berharap lagi dan untuk yang kesekian kalinya.

Ai sangat dekat dengan pemilik nama itu. Ai dan nama itu berhubungan sangat baik sepuluh tahun yang lalu. Tapi kejadian di sepuluh tahun yang lalu itu membuat mereka terpisah jauh. Kejadian itu menorehkan luka yang cukup besar bagi Ai. Lebih tepatnya luka yang dalam akibat penyesalan dan kekesalan yang begitu tajam. Luka itu tak pernah sembuh, semakin hari semakin menanah. Padahal Ai telah menyibukkan dirinya dengan berbagai hal, tapi rasa sakit dari luka itu selalu timbul saat Ai sendirian. Mungkin jika Ai berhasil menemuninya luka di hati Ai akan hilang. Lagi pula Ai ingin tahu apa yang sebenarnya hendak dikatakan oleh pemilik nama itu. Hanya itu yang bisa Ai harapkan kali ini.

"Ai, kau belum makan sejak siang tadi. Apa kau mau aku pesankan makanan? Ramyoen? Tteokbokki? Gimbap? Makanan itu kesukaanmu kan? Ah, kadang aku suka tertawa sendiri saat mengingat itu. Kau seorang idol, tapi makanan favoritmu adalah makanan street food ㅋㅋㅋ " ucap manager Ai.

"Tidak, aku tidak lapar Oppa. Aku hanya butuh istirahat. Terima Kasih karena telah mengingatkanku untuk makan. Mungkin besok aku akan pesan itu. Aku sangat menyukainya sejak aku masih di Indonesia. Seseorang selalu memasakannya untukku saat mood ku sedang tidak baik. Jadi aku sangat menyukainya. Itu mengingatkanku pada kenangan manis itu."

"Oh, pasti orang itu sangat spesial di hidupmu. Ibuku juga selalu membuat kimchi yang enak, jadi aku selalu teringat Ibu jika makan kimchi. Sekarang aku tidak bisa merasakan kimchi yang enak itu karena Ibuku telah tiada."

"Aku sangat sedih mendengarnya Oppa."

"Ah, tak usah begitu. Lagi pula Ibuku sudah beristirahat dengan baik di sana. Sebelumnya Ibuku sakit parah, aku tak tega melihatnya. Tuhan mengambilnya karena Ia sayang Ibuku. Begitu kan?"

"Iya, semoga Ibumu beristirahat dengan tenang di sana Oppa."

"Ya."

Sesampainya di apartment Ai langsung disambut oleh binatang peliharaannya, Boba. Boba adalah seekor kucing gemuk yang Ai adopsi dari jalanan. Ai menemukan Boba saat pulang dari latihan dancenya saat masih menjadi trainee. Boba waktu itu sangat kurus dan hampir sekarat. Ai merawatnya karena tak tega melihatnya. Boba kini sangat sehat dan terawat, sekilas ia tampak seperti kucing ras. Ai tak pernah memberi tahu fansnya atau siapapun tentang asal Boba. Ai sudah menganggap Boba seperti keluarganya karena Boba adalah satu-satunya yang tinggal bersama Ai di Korea.

Ai terlalu letih untuk bermain dengan boba malam ini. Setelah mandi Ai lalu beristirahat di tempat tidurnya. Malam ini Ai sulit untuk memejamkan mata. Ai masih dihantui dengan pikiran tentang nama itu. Ai berharap waktu berputar dengan cepat. Sehingga ia bisa segera menuntaskan masalah yang dikuburnya selama sepuluh tahun yang lalu itu dan mengetahui apa yang hendak dikatakan oleh pengirim surat itu.

avataravatar
Next chapter