webnovel

You are My Destiny

» Rara adalah seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, karena kecerdasan dan ketekunan yang ia miliki ia berhasil masuk ke perusahaan yang selama ini di impikannya. Selama kurang lebih 3 tahun ia menjalin hubungan dengan seseorang yang menjadi pilihan hatinya. Namun karena sebuah insiden ia dan kekasihnya berpisah tanpa ada kebenaran dibalik semua itu. Semenjak itulah ia tidak lagi tertarik dengan cinta, bagi dia tidak ada laki2 yang mampu menyaingi kekasihnya dalam hatinya. Namun seiring berjalannya waktu, seorang pria berhasil mengetuh hatinya, ia berhasil membuat Rara sedikit demi sedikit move on dari masa lalunya. Kira-kira siapakah pria itu? Yuk ikuti kisah mereka hanya di novel ini. _Selamat Membaca_

Jhenet_Rj · Urban
Not enough ratings
3 Chs

Hari yang Dinantikan Rara

Pagi yang cerah menghiasi kota kelahiran Rara, burung-burung dengan merdunya terdengar berkicau riang. Rara begitu semangat beranjak dari tempat tempat shalatnya lalu merapikannya.

Senyum yang menghiasi wajahnya membuatnya tetap terlihat cantik meski baru bangun tidur.

Ia berjalan beberapa langkah menuju jendela dan menyibak tirai jendela kamarnya. Dengan sedikit membungkuk ia merapatkan wajah ke jendela lalu melihat suasana yang ada luar sana.

"Pagi ini indah sekali" ucapnya entah siapa yang mendengarnya.

Rara kembali memeriksa berkas-berkas yang akan dibawa keperusahaan dengan sangat teliti, ia memeriksa satu persatu berkas-berkas tersebut karena ia tidak ingin melakukan kesalahan dihari pertamanya kerja.

***

30 menit berlalu, iapun keluar dari rumahnya dan menaiki taksi yang sudah dipesannya menuju kantor. 15 menit kemudian akhirnya iapun sampai.

Rara menatap gedung yang sangat megah dengan bangunan yang menjulang ke langit, ia tampak bahagia berkali-kali ia menepuk kedua pipinya yang ternyata itu bukan hanya sekedar mimpi ketika ia terlelap. Tetapi mimpi yang sekian lama ia ukir dan kini menjadi nyata. Ia tidak menyangka akan bekerja di perusahaan yang ia impikan sejak SMA dulu. Perusahaan benifit nomor 1 di kotanya.

"Tuhan menjawab Doaku" batinnya dalam hati dengan wajah yang penuh syukur.

Namun tanpa disadari semua mata memandang kearahnya, entah apa yang aneh dalam dirinya. Ia merasa kikuk dan grogi namun ia berusaha terlihat alami.

"Apa yang aneh dalam diriku, mengapa semua orang menatapku" ucapnya berbisik sambil merapikan rambutnya.

Ia sama sekali tidak menyadari bahwa semua orang melihatnya dengan tatapan seolah mengejek. Kecantikan Rara memang tidak diragukan lagi, hanya saja dia tidak berdandan mengkuti tren zaman sekarang. Penampilannya sangat sederhana, apalagi saat itu ada sesuatu yang menutupi kepalanya. Berhijab sudah menjadi kebiasaan Rara sejak ia memasuki kelas 6 SD Mamanya mengajarinya untuk menutup aurat.

Ia buru-buru berjalan memasuki gedung, ia tidak memperdulikan orang-orang di sekeliling yang menatapnya sedari tadi. Ia sesekali menatap arlogi dipergelangan kanannya. Berharap tidak terlambat.

Sambil berjalan menyusuri gedung yang sangat luas itu, matanya melihat-lihat sekeliling. Tiba-tiba brukkk, ia menabrak pemuda yang membawa kopi dan kopi tersebut terjatuh mengenai baju pemuda itu, tentu saja kejadian tersebut membuat Rara panik dan malu lalu dengan spontas ia menjatuhkan berkas-berkas yang dipegangnya dan segera membersihkan kemeja pemuda itu dengan sapu tangan yang baru saja diambil dari tasnya.

"Maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja menabrak Tuan" Ucap Rara terbata-bata karena takut pemuda itu akan marah.

"Saya akan membersihkan baju Tuan" Rara kembali melanjutkan perkataannya.

Namun pemuda itu hanya terdiam sambil mengamati ekspresi Rara yang tampak lucu, pemuda itupun tersenyum tipis.

Melihat pemuda itu tersenyum padanya, Rara semakin grogi dan salah tingkah.

"Berikan aku sapu tangannya, biar aku saja yang membersihkannya" ucap pemuda itu.

"Ahh tidak, biar aku saja. Atau biar aku ganti saja bajumu yang kotor ini, berikan aku kartu namamu biar aku mudah menghubungimu" ucap Rara dengan perasaan bersalah.

"Tidak perlu, sebab kamu perlu menabung 3 bulan untuk itu"

"Maksud Tuan apa?" Rara tidak mengerti.

"Ahhh tidak aku hanya bercanda, aku buru-buru aku pergi dulu" ucap pemuda itu sambil berlalu.

Rara masih terdiam, ia berusaha mencerna kalimat pemuda tadi.

"Waaah, bagaimana mungkin hanya untuk membeli baju kemeja aku perlu menabung 3 bulan" batinnya dalam hati sambil menatap kepergian pemuda itu.

Rara memungut berkas-berkasnya yang tadi terjatuh.

"Raraaa" Teriak seorang gadis dari ujung sana sambil berlari mendekatinya.

"Nona memanggil saya? Rara bertanya dengan wajah kebingungan.

"Iya, siapa lagi, kan disini hanya ada kamu"

"Tunggu dulu, kaa kaamu Laras teman SMA ku dulu kan?" Rara mencoba menebak.

"Betul, ternyata kamu masih ingat" Laras memeluk erat sahabat lamanya itu.

"Kenapa kamu ada disini" Tanya Rara setelah Laras melepas pelukannya.

"Kerjalah Ra, masak kesini main. Oya aku sudah 5 bulan kerja disini"

"Waahh hebat kamu Rass"

"Kamu sendiri ada apa disini" Laras balik bertanya.

"Aku juga bekerja disini, ini adalah hari pertama aku" ucap Rara dengan wajah sumringah.

"Wahhhh kamu juga hebat Ra" Mereka kembali berpelukan.

****

"Apa kamu tidak lihat, ini sudah jam berapa huh? Dihari pertama saja kamu tidak kompeten, bagaimana seterusnya" Wanita itu mengomeli Rara yang baru saja tiba diruangannya"

"Maafkan saya nyonya, saya baru saja mengalami kecelakaan kecil yang membuat saya terlambat" Ucap Rara memberikan penjelasan.

"Haah kecelakaan? Hanya alasan" Timpal wanita itu sambil memalingkan wajah yang terkesan jutek.

"Lainkali tidak akan saya ulangi nyonya" ucap Rara dengan wajah bersalah dan sedikit ketakutan"

"Sudah, mana berkas-berkasmu" Sambil menyodorkan tangan kirinya.

"Tapi maaf sebelumnya, bukankah ini ruangan Tuan Roy nyonya"

"Iya, ini memang ruangan beliau. Saya adalah sekertarisnya dan saya diperintahkan untuk menerimamu disini, faham !"

"Ohh faham nyonya"

Rara kemudian menyodorkan berkas-berkasnya lalu keluar dari ruangan tersebut.