1 Where Are You Now?

Aku di sini menanti kehadiranmu.

Sejuta kenangan yang kita miliki, selalu sukses membuatku tersenyum.

Aku di sini menanti kehadiranmu.

Setiap detik yang kulalui tak pernah luput dari merindukan sosokmu.

Kembalilah.

Aku selalu menunggumu.

Kembalilah.

Aku selalu merindukanmu.

Dari Aslan untuk Alessia

****

Apakah kalian pernah merasakan kehilangan yang amat dalam? Kehilangan orang yang sangat kalian cinta? Yang membuat kalian susah untuk melupakannya dan tidak mudah untuk menemukan cinta yang lain?

Salah satu keistimewaan kaum werewolf yang diberikan oleh Moon Goddess, yaitu dapat mengetahui siapa jodohnya dan mengikat takdir dengan cara menandai mate-nya.

Aslan merupakan Alpha malang yang telah ditinggalkan mate-nya untuk selamanya, tetapi Aslan tidak percaya bila mate-nya telah meninggal. Dia dan serigalanya–Lui–sangat yakin, mate mereka masih hidup dan tidak akan pernah meninggalkan keduanya.

Alessia Zenechka Lucardo. Wanita yang telah berhasil membuat hari-hari Aslan penuh kegalauan. Aslan tidak mampu berpaling dari kekasih hatinya itu. Cinta pertama sekaligus cinta sejatinya, demikianlah menurut Aslan dan Lui.

Hingga kini, Aslan terus mencari keberadaan Alessia. Dia telah menjelajahi setiap kota di negara ini. Andaikan bisa, Aslan ingin mengelilingi dunia. Mencari kemungkinan di mana Alessia bersembunyi, tapi untuk apa Alessia bersembunyi? Bukankah kekasih hatinya itu juga mencintainya? Begitulah menurut Aslan.

Saat senggang, Aslan menghabiskan waktunya untuk mendengarkan lagu-lagu yang mengenang kebersamaannya saat bersama Alessia dan sebagai ungkapan perasaannya, sambil duduk di bawah pohon cemara di pinggir danau yang berada di belakang mansionnya.

Dahulu Alessia sering mengajak Aslan untuk lomba mendayung atau menangkap kupu-kupu. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh canda tawa dari matahari yang meninggi di atas kepala hingga tidak terasa langit telah berubah menjadi jingga. Itulah momen yang selalu terkenang dalam benak Aslan.

Near, far, wherever you are

I believe that the heart does go on

Once more you open the door

And you're here in my heart

And my heart will go on and on

Lui memasang wajah sangat datar dan muak. Demi apa pun, dia malu sekali berada di dalam tubuh manusia macam Aslan. Lui kesal karena Aslan bernyanyi secara asal-asalan. Membuat pendengaran Lui sedikit terganggu.

"Aslan. Tolong, hentikan! Kau membuatku semakin ingin pergi dari tubuhmu ini. Lihat saja, aku akan bersemedi selama satu bulan, agar Moon Goddess mendengarkan doaku!" Lui berteriak kesal.

Setiap werewolf berkomunikasi dengan serigalanya di dalam hati.

"Santai, Lui. Percaya padaku, kau tidak akan menemukan manusia yang baik, gagah, dan keren seperti aku." Aslan berkata dengan sangat percaya diri. Aslan mengetahui apa yang terkandung dalam hati Lui–serigala yang mendiami tubuhnya itu–dan begitu pun sebaliknya. Ibaratnya mereka dapat mengintip isi hati masing-masing dan tidak dapat menyembunyikan rahasia barang sedikit pun.

Rasanya Lui ingin muntah darah mendengar ucapan Aslan yang terlalu percaya diri itu. "Aku merasakan apa yang kau rasakan, tetapi ayolah Aslan. Jangan seperti ini terus. Jika Alessia tahu apa yang kau lakukan selama dua tahun ini, dia pasti akan sangat malu dan jijik padamu."

"Oh, aku sangat merindukan Alessia. Alessiaku sayang. Aku selalu menunggumu datang dan kembali padaku." Aslan memegangi dadanya seraya memandangi semburat jingga dengan tatapan muram, seolah dia sedang berjanji dan disaksikan langsung oleh langit. Aslan menggelengkan kepala, sadar ada yang salah dengan ucapannya sedetik yang lalu. "Bukan. Aku memang menunggu Alessia, tetapi aku tidak hanya sekadar menunggunya. Alessia, tunggu aku. Aku pasti akan menemukanmu. Aku akan lebih giat lagi dalam mencarimu."

Lui memutar kedua bola matanya. Saat sedang berada di luar, Aslan seperti manusia paling berkuasa dan tidak takut mati, tetapi ketika sedang sendirian atau bersama Dean, Beta-nya, muncullah sifat Aslan yang sesungguhnya.

"Alpha." Dean menghampiri Aslan yang sedang duduk menyender di pohon cemara. "Anda mendapat undangan pernikahan dari Alpha Juan pada hari Jumat jam delapan malam dan undangan pernikahan dari Beta Johan minggu depan pada hari Sabtu."

Aslan menerima kedua surat undangan tersebut dengan malas. Mata hijaunya berkilat kesal setelah membaca namanya tertera di kartu undangan berwarna putih dan emas itu. Kenapa selalunya dia yang menerima undangan? Kapan dia yang menyebarkan undangan? Entah itu pertunangan atau pernikahan. "Kenapa bulan ini banyak sekali yang menikah? Baik Alpha maupun Beta."

"Musim panas merupakan musim yang cocok untuk berbulan madu, Alpha."

"Kau kapan?"

"Saya akan menikah setelah Anda."

"Kau mau saya bunuh?"

"Jangan, Alpha." Refleks Dean langsung memegang lehernya, takut Aslan akan benar-benar membunuhnya. Padahal membunuh seseorang bukan hanya dengan cara mencekik lehernya. Ada berbagai metode lainnya yang mungkin lebih mudah misalnya memenggal lehernya. "Besok acara pembukaan cabang baru restoran Alpha Maximus jam sepuluh pagi."

"Iya, saya ingat." Aslan mengerutkan keningnya dalam. "Maximus sudah punya sepuluh cabang restoran di negara ini, bukan? Dia akan membuka cabang sampai berapa? Seratus?"

Dean duduk di sebelah Aslan seraya mengedikkan bahunya. "Saya tidak tahu, Alpha. Saya dengar, Beta Faolan juga sedang bekerja sama dengan Alpha Juan membuka sebuah bar."

Aslan menengadahkan kepala menyaksikan onggokan-onggokan awan yang membawa malam. Mendengar nama Faolan, dia teringat dengan Alessia. Sudah lama dia tidak berkomunikasi dengan kakak kandung Alessia itu.

Aslan kembali menyetel lagu di ponselnya. Lalu dia bernyanyi seakan-akan dia sedang duet dengan sang penyanyi.

Dean sudah terbiasa untuk menulikan pendengarannya saat Aslan bernyanyi. Dean selalu menemani Alpha-nya itu, dia mendapatkan mandat dari Alpha Lui agar tidak membiarkan Aslan sendirian. Sebab Lui khawatir Aslan akan melakukan hal-hal yang membahayakan nyawa.

"Alpha, saya lupa." Dean membaca pesan masuk.

"Apa?"

"Sirius Pack kemarin kembali diserang oleh sekumpulan rouge. Alpha Maximus meminta bantuan kita, karena banyak tim medis yang terluka parah. Para rogue bukan hanya menyerang warga, tetapi juga rumah sakit Sirius Pack."

"Kasusnya sama seperti Thunder Pack."

"Benar, Alpha. Para rogue itu sepertinya sengaja mengincar tim medis. Mungkin mereka berpikir bila melumpuhkan tim medis, dapat membuat pack tersebut melemah."

"Kirim tim medis seperlunya ke Sirius Pack."

"Baik, Alpha." Dean langsung menelepon manajer rumah sakit pack.

Aslan memejamkan matanya. Dadanya terasa sesak oleh rasa rindu. Sejujurnya, dia malas datang ke acara pertunangan atau pernikahan, hanya membuatnya iri saja.

Dean menaruh ponselnya ke kantong celananya. Dia memandangi tangan Aslan, dengan amat terpaksa dan pasrah, dia menerima uluran tangan Aslan yang mengajaknya berdansa diiringi lagu Ed Sheeran yang berjudul Thinking Out Loud.

Aslan memang suka sekali mengajak Dean berdansa. Mengingatkannya pada Alessia. Ibaratnya, Dean sebagai pelipur lara Aslan yang ingin berdansa dengan mate-nya yang sekarang keberadaannya tidak diketahui.

Lui mendesah pelan. Terkadang dia bingung dan takut, Aslan sepertinya sudah sangat frustrasi dan hampir gila. Kasihan sekali Dean yang wajahnya selalu menampakkan kengerian dan tidak bisa menolak ajakan Aslan untuk berdansa. Jikalau bisa, Lui ingin ke luar dari tubuh Aslan dan mencari Alessia sendirian, dia khawatir Aslan benaran gila.

avataravatar
Next chapter