webnovel

Cemburu

Suatu hari, saat waktu istirahat tiba. Ada seorang cowok yang menghampiri Vania ke kelasnya. Dia adalah Rayvin, kakak kelas Vania yang juga tak kalah populer dari Raka sebelum Raka masuk SMU itu. Dia adalah kapten tim basket selama 3 tahun berturut-turut, walaupun dulu sempat ingin di gantikan oleh Raka, tapi Raka memilih mundur tidak mau di calonkan menjadi kapten tim basket.

Vania tidak mengerti maksud kedatangan kakak kelasnya itu. Dia sama sekali tidak mengenal Rayvin sebelumnya. Ternyata, Rayvin berniat untuk kenal lebih dekat dengan Vania. Rayvin melihat Vania sedang duduk di bangkunya. Tanpa fikir panjang, ia langsung menghampiri Vania.

"Vania ya?" Tanya Rayvin sambil tersenyum pada Vania.

"Iya, kamu siapa ya?" Vania kebingungan tidak tau siapa yang mengajaknya berbicara.

"Kenalin, gue Rayvin. Anak kelas 12 IPA 3. Salam kenal ya," Ucap Rayvin mengajak berkenalan.

Vania hanya mengangguk dan tersenyum canggung.

"Tapi nggak keberatan kan kalo gue ngajak kenalan lo?" Sambung Rayvin to the point.

"Nggak apa apa kok, Kak. Aku Vania. Kakak ke sini cuma mau kenalan doang gitu?" Sahut Vania sambil mengeerjapkan mata berkali-kali dengan cepat tak menyangka ada yang mengajaknya berkenalan secara langsung di kelasnya.

"Iya mau kenalan aja. Boleh minta nomor telepon nya atau nomor WhatsApp juga boleh," tanya Rayvin sambil menyodorkan ponselnya pada Vania.

Semua murid yang ada di dalam kelas itu melihat Vania dan Rayvin. Tak terkecuali dengan Raka yang sedang duduk di atas bangku Rizki. Raka melihat Rayvin merasa agak sedikit kesal. Entah mengapa, perasaan nya kurang suka jika ada yang mendekati Vania.

Vania merasa tidak enak jika menolak permintaan kakak kelasnya itu. Dia pun memberikan nomor telepon nya pada Rayvin tanpa pikir panjang. Setelah mendapat nomor telepon Vania, Rayvin meninggalkan kelas Vania dengan raut wajah yang bahagia. Vania langsung mendapat godaan dari Dara dan Vivi.

"Ciyee... Vania di ajak in kenalan sama kak Rayvin . Ya ampun...." Vivi mengibas ngibaskan tangannya seperti orang kepanasan karena benar-benar berita hot baginya.

"Apaan sih Vivi..." Decak Vania tetap berusaha untuk tidak perduli godaan dari temannya itu.

"Kayaknya ada yang lagi di taksir nih sama kakak kelas. Eh, dia itu salah satu cowok populer juga loh di SMU ini," Dara menjelaskan tentang siapa Rayvin.

"Iya, Van. Dia itu kapten tim basket selama 3 tahun berturut-turut. Keren kan?" Vivi menegaskan pernyataan dari Dara.

"Udahlah, kalian kenapa sih seneng banget godain aku. Aku tuh lagi nggak mau bahas yang begituan dulu. Mau fokus sekolah, biar nanti jadi guru bahasa Indonesia kaya Bu Maya. Hehehe," sahut Vania, karena dia memang bercita cita menjadi seorang guru bahasa Indonesia.

"Yaudah oke, terserah. Tapi inget, kamu juga butuh cinta untuk menjalani kehidupan ini," Ucap Vivi dengan lebay.

"Iyuhh, lebay banget sih, lo" cebik Dara.

"Yeee biarin. Kenyataan nya juga begitu. Tanya aja Dimas, ya nggak Dim?" Tiba tiba Vivi menyangkut pautkan Dimas di percakapan mereka.

Dimas yang tidak tau apa apa itu pun langsung ikut menimbrung percakapan mereka dengan santai dan menyangkut kan nama Dara.

"Apa? Gue suka sama Dara ya? Emang iya!" Sahut Dimas.

Seluruh penghuni kelas menahan tawa mendengar sahutan dari Dimas.

"Apaan sih lo nggak jelas, yang di bahas apa yang di omongin apa," gerutu Dara kesal dengan ungkapan Dimas.

"Yailah, namanya juga usaha," gumam Dimas merasa kecewa.

"Sorry ya, Dim. Kita itu cuma temenan!" Ucap Dara menegaskan kata kata nya sambil menatap tajam kearah Dimas.

"Ra, Kita temenan aja gue udah bahagia, apalagi kalo pacaran ya?" Sahut Dimas dengan nada menggemaskan.

Anak anak di kelas pun berteriak "Ciyeee ciyeeee...."

"Dasar makhluk gak jelas. Tukang halu lo," Celetuk Dara.

"Ra, jangan kayak gitu ah. Nanti kalau kamu suka beneran sama Dimas gimana?"

Vania mencoba memperingatkan Dara agar tidak terlalu benci pada Dimas.

"Nggak akan. Gue nggak akan suka deh sama mahkluk kayak dia. Amit amit 1000 turunan anak tangga sekolah kita deh," Dara mengetuk ngetuk kepalanya dan bangkunya secara cepat bergantian.

"Emang sekolah kita anak tangganya sampe 1000 ya Ra?" Tanya Rizki dengan polosnya.

"Ih, lo nih satu lagi. Bikin tambah kesel. Dahlah, males gue nanggepin kalian, mau makan aja gw laper. Gue makan juga kalian ntar!" Pungkas Dara dengan ketus, lalu meninggalkan kelas, kemudian di susul Vania dan Vivi.

***

Raka termenung memikirkan Rayvin yang meminta nomor telepon Vania. Ia merasa agak jengkel dengan itu. Tapi Raka juga tidak berani mengatakan nya pada Vania, karena dia bukan siapa siapa Vania.

"Woi! Kenapa Lo nglamun aja?" Ucap Dimas mengejutkan Raka.

"Ah, lo apa apaan sih. Ngegetin aja," geram Raka kesal.

"Ya makanya jangan nglamun terus," sahut Dimas.

"Lo kenapa sih ka? Mikirin Arin lagi? Masih belum move on juga lo?" Tukas Rizki penasaran.

"Nggak. Gue nggak mikirin Arin. Gue mikirin Vania!" Raka tanpa sengaja keceplosan mengatakan yang sebenarnya.

"Wah wah wahhh.  Kayak nya udah ada bau bau mau ganti nama di hati nih," goda Dimas.

"Eh, maksud gue nggak gitu," elak Raka.

"Ya'elah, masih aja ngeles lo, Ka" kata Rizki.

"Tapi, gue setuju kok kalo misalkan lo pacaran sama si Vania. Dia kan anaknya pinter, sopan, baik, perhatian, cantik juga. Hampir sempurna deh. Gue yakin dia juga nggak akan nyakitin perasaan lo kayak si Arin," oceh Dimas mencoba memprovokasi Raka agar suka sama Vania.

Raka tidak menghiraukan perkataan kedua temannya itu. Bagi Raka, dia belum siap untuk jatuh cinta lagi. Tapi di sisi lain, perasaan benar benar tidak rela jika Vania di dekati cowok lain. Dia merasa sangat tidak suka ada cowok lain yang dekat dengan Vania selain dirinya.

Mungkin Raka memang mulai melupakan Arin dan menyukai Vania. Hanya saja dia belum menyadari pasti akan apa yang dia rasakan. Selama ini dia berteman baik dengan Vania. Dan dia juga tidak mau ada salah paham diantara mereka. Terlebih dia juga tak mau menyakiti Vania. Ia tidak mau Vania merasa dirinya di jadikan sebuah pelampiasan Raka yang di putuskan sebelah pihak oleh Arin.

Entah sampai kapan perasaan antara Raka dan Vania menyatu. Mereka berdua sama sekali tidak ada keinginan untuk menunjukkan perasaan mereka masing masing karena tidak ingin ada jarak diantara mereka jika salah satu dari mereka menyatakan perasaan. Meraka takut jika perasaan mereka salah. Takut jika perasaan mereka bukan perasaan cinta, melainkan nyaman sebagai seorang teman.

***

Di sisi lain, Marvel yang bangga telah mengalahkan Raka dengan mempermainkan perasaan nya itu merasa sangat puas. Ia tidak menyangka bahwa saran dari Andi memang sangat tepat. Tapi hingga saat ini, Arin belum juga tau tentang kebusukan Marvel yang sudah menggunakan dirinya sebagai alat untuk menghancurkan semua prestasi Raka.

Arin yang tidak tau apa apa itu terlanjur jatuh hati pada Marvel . Dia benar benar mengira bahwa Marvel memang mencintai dirinya lebih dari Raka mencintai dirinya sewaktu dulu.

"Vel... Arin kayaknya beneran suka ya sama lo," Kata Andi.

"Biarin. Namanya juga cewek, kalo di kasih perhatian, di kasih hadiah, apapun dituruti ya pasti gitu. Langsung aja nempel langsung cinta. Cewek bodoh sih," sahut Marvel yang sama sekali tidak perduli dengan perasaan Arin.

"Terus mau sampe kapan lo pura pura kayak gini?" Tanya Andi pada Marvel.

"Ya sampe Raka bener bener hancur lah, gue belum puas kalau si Raka belum ngerasain apa yang selama ini gue rasain," jawab Marvel dengan senyuman smirk nya.

"Terus rencana lo selanjutnya apa?" Tanya Andi lagi.

"Gue mau nantang Raka buat main basket dong, antar sekolah. Minggu ini juga, biar dia nggak ada persiapan sama sekali," sahut Marvel dengan yakin.

Marvel benar benar tidak suka dengan Raka. Entah apa yang membuat dirinya sampai seperti itu pada Raka. Hanya masalah sepele pun ia jadika masalah besar dan terus di ungkit. Akan sangat sukar rasanya berdamai dengan orang yang bernama Marvel ini.

Seperti yang di katakan oleh Marvel, ia benar benar menantang anak SMU HARAPAN BANGSA untuk bertanding basket dengan sekolah nya, yaitu SMA NUSANTARA. Raka awalnya tidak ingin menerima tantangan dari Marvel, tapi dia tidak mau di anggap lemah oleh musuhnya itu. Dia juga bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa tetap menjadi yang terbaik meskipun tanpa Arin. Raka pun akhirnya menerima tantangan dari Marvel, dan dia menjadi anggota tim dari Rayvin.

***

Next chapter