webnovel

Part 11/END

     Keadaan kafe terlihat ramai dengan kedatangan pengunjung. Beberapa pelanggan tetap juga terlihat disana, dengan memilih sofa dan pesanan yang sama. Mereka tengah ketagihan dengan cake pilihan mereka. Beberapa pelayan dengan kostum serba pink tengah sibuk melayani pelanggan. Dan disudut pada ruangan tersebut, terlihat kesibukkan para pastry chef yang dapat terlihat dari dinding kaca. Salah satu kenikmatan kafe tersebut, karena pengunjung dapat melihat dengan langsung proses pembuatan cake yang mereka santap.

     Alunan musik instrumental juga terdengar mengisi ruangan yang sejuk itu. Dipenuhi berbagai aroma dari cake dan kopi juga minuman lainnya , tentu para pencinta mereka akan sangat merasa nyaman berada disana. Banyak juga hal lain yang membuat kafe itu semakin menarik peminat pengunjung. Mereka memiliki pastry chef yang tampan. Tak heran kafe tersebut lebih banyak dikunjungi oleh kaum hawa. Dan dengan sengaja memilih tempat duduk yang berdekatan dengan dinding kaca itu, agar bisa menyaksikan kerja pria-pria tampan itu. Walau begitu, tidak membuat pemiliknya merasa cemburu.

     Dari balik meja kasir. Yoona hanya tersenyum, merasa geli melihat ulah kaum hawa itu. Tidak peduli siapa yang mereka kagumi, atau bahkan terkadang digoda oleh mereka. Dirinya hanya bisa memperlihatkan senyumannya walau terkadang terpancing rasa cemburu. Namun hebatnya, tunangannya itu dapat dengan cepat menyadari jika adanya perubahan dari raut wajahnya. Lantas dengan cepat tunangannya yang merupakan salah seorang dari chef itu akan langsung meneleponnya. Hal rutin yang sering ia lakukan.

--

     Dari dapur dimana ia mengolah cake. Dapur yang berdindingkan kaca, dan dapat memperlihatkan keadaan meja kasir. Dimana wanita yang ia cintai berada. Ia juga tidak melepaskan pandangannya dari meja kasir. Dari apa yang selama ini terjadi, gadis itu yang merupakan tunangannya menjadi target utama pelanggan pria. Dalam arti, tujuan awal mereka mengunjungi kafe itu adalah untuk dapat bertemu dengan Yoona di meja kasir. Tepatnya, Sehun dan Yoona merupakan sumber terkuat yang membuat kafe itu selalu ramai oleh pengunjung. Di lengkapi dengan keberadaan Kris yang tak kalah tampan.

"Selamat datang di Sena's Cafe." sapa ramah Yoona setiap terdengar dentingan bel pintu masuk.

"Nuna! Kami datang kembali. Hahaha.." sapa pengunjung itu yang merupakan pengunjung tetap di cafe miliknya. Kerumunan pria itu pun langsung berlari ke meja kasir. Menyapa Yoona dengan genit, namun tetap sopan. Sembari memesan makanan, tak lupa mereka menggoda Yoona. Yang menurut mereka sangat manis. Yoona hanya tertawa mendengar kata-kata yang pria-pria itu lontarkan kepadanya. Tidak menghiraukan lirikan tajam Sehun dari dapur. Yoona terus tertawa bersama para pelanggan tetapnya itu.

--

"Tuan Im, bagaimana jika di Jeju saja?" tanya ayah Sehun kepada ayah Yoona. Ayah Yoona terlihat sedang memikirkan usul itu.

"Jeju? Wah.. bukankah Jeju sangat indah?" seru ayah Yoona semangat.

"Tentu! Bagaimana? Apakah Jeju menjadi pilihan kita?" tanya ayah Sehun tak kalah semangat.

"Baiklah. Pernikahan mereka kita adakan di Jeju saja."

"Ok.." kedua ayah itu pun bersorak dengan riang. "yak Henry! Segera pesan tempat di Jeju. Pilihlah tempat paling nyaman."

"Yes sir!" sahut Henry.

"Oo, apakah Amber sudah menjemput Sena? Sepertinya sebentar lagi pelajarannya selesai." tanya ayah Sehun mengingat keberadaan malaikat kecilnya di sekolah.

"Sudah ketua!" sahut Henry lagi.

"Ok."

"Aa, Tuan Oh. Bagaimana jika kita minum kopi di kafe? Sekalian kita mengunjungi mereka. Aku rindu dengan putriku."

"Ide yang bagus itu Tuan Im. Ayo kita pergi!" merangkul ayah Yoona dengan santai, tidak ada perasaan canggung disana. "yak Henry! Antarkan kami ke Sena's Cafe!"

"Yes sir!"

--

     Tiga tahun yang lalu Yoona berhasil menyelesaikan sekolahnya. Gadis itu memilih belajar membuat kue dari pada lanjut ke bangku kuliah. Dibantu Sehun dan Kris. Yoona berhasil belajar dengan cepat. Dirinya pun diangkat menjadi chef di pabrik itu. Dua tahun kemudian ayah Yoona dibebaskan karena ayah Sehun bersedia membayar dendanya, walau tetap harus melapor pada waktunya. Ayah Sehun juga membeli kembali rumah lama mereka, sehingga dapat ditempati kembali oleh Yoona dan ayahnya.

     Untuk menghargai jasa yang telah ayah Sehun berikan, ayah Yoona memilih bekerja di pabrik. Ayah Sehun menugaskannya sebagai pengawas karyawan disana. Walau yang terlihat mereka sering mengobrol bersama dan terkadang kabur dari pabrik untuk bisa mengobrol dengan santai di kafe. Tentu kafe pilihan mereka yaitu kafe milik anak mereka. Agar mereka bisa menyombongkan diri disana, dihadapan para pelanggang yang sudah jatuh hati pada cake buatan chef disana.

     Satu tahun sudah Sehun dan Yoona mengelola kafe itu, kafe yang terletak di gangnam itu dulunya tidak terlalu dikenal. Namun setelah Sehun dan Yoona mengambil alih, perlahan pengunjung semakin ramai hingga mereka memiliki pengunjung tetap. Dan salah satu pengunjung tetap mereka yaitu kedua ayah mereka. Tidak, kafe mereka bahkan dikunjungi banyak artis. Itu dikarenakan banyaknya produser yang memesan kue mereka untuk dibagikan kepada kru-kru mereka.

"Nuna, annyeong(halo).." sapa seseorang ketika Yoona sibuk menghitung uang. Mendengar sapaan itu, segera Yoona menutup kembali laci kasirnya dan menoleh guna melihat siapa yang menyapanya. Ia kaget bukan main.

"Waa! Kau datang kembali.." seru Yoona senang.

"Aku baru saja selesai berlatih. Nuna, aku membawa beberapa teman-temanku. Mereka mengatakan ingin mencobanya langsung disini." ujar pria itu.

"Oo? Bukankah itu Haruto? Peserta Yg Treasure dari Jepang kan?" tanya Yoona seraya melirik seorang pria tampan yang tengah asik berbincang disana.

"Ya.. Aa, nuna. Aku pesan seperti biasa. Tambahkan tiga porsi untuk teman-temanku. "

"Baiklah." segera ia mencatat pesanan itu dan langsung memberikan catatannya kepada karyawannya. "Yedam-a. Semoga kalian segera debut ya." lalu tersenyum ramah.

"Terima kasih nuna." jawab pria yang bernama Yedam itu. "baiklah nuna, aku tunggu pesananku." meninggalkan Yoona yang baru menyadari lirikan tajam Sehun dari arah dapur. Senyumnya langsung menghilang. Tapi sedetik itu senyuman kembali terlihat di wajahnya. Bahkan lebih bersinar dibandingkan sebelumnya. Itu dikarenakan ia melihat kedatangan salah satu pelanggan tetapnya yang tengah melangkah menuju sofa. Sudah bisa memahami tingkah mereka. Dengan cepat Yoona memerintah karyawannya untuk membawakan dua cangkir kopi ke meja mereka.

     Yoona kembali terlihat sibuk dengan kedatangan para pengunjung. Sesekali melirik pelanggan spesialnya itu, dan juga tunangannya yang tidak kalah sibuk darinya. Pengunjung terus berganti. Ada beberapa pengunjung yang terlihat bertahan. Itu karena Sena's Cafe memiliki banyak alasan untuk dapat mempertahankan kenyamanan pengunjung. Salah satunya yang tengah Yoona lakukan.

     Ia baru saja memerintahkan karyawannya untuk mengganti musik, lantas beberapa detik kemudian terdengarlah salah satu lagunya Mino. Itu dikarenakan Mino dan Seung Hoon tengah berjalan menuju kasir. Yoona sudah mantap dengan catatannya. Beberapa pesanan sudah tertulis di catatannya. Ketika ia menyadarinya, kedua member Winner itu selalu memesan makanan yang sama. Membuatnya segera menghafal itu.

"Kalian selalu memesan ini. Kalian menyukainya?" tanya Yoona dengan riang.

"Ne.. Biasanya aku tidak menyukai cake, tapi cake punyamu berbeda dengan yang lain." goda Seung Hoon seperti biasa.

"Aa, Mino-ssi. Selamat atas album barumu. Aku suka semua lagunya."

"Thank You imnida Yoona-ssi." sahut Mino merasa bangga.

     Yoona mulai merasa lelah setelah berdiri disana dari pagi hingga malam menjelang. Walau sesekali karyawannya menggantikan posisinya. Rasa lelah tetap dirasakannya. Ia mencoba mengganti musik, memilih lagu terbarunya EXO yang berjudul Don't Mess Up My Tempo agar lebih bersemangat. Tidak hanya dirinya, sepertinya pengunjung lainnya ikut tertular oleh lagu itu. Kembali tersenyum puas. Namun sedetik kemudian senyuman menghilang. Menatap kaget ke arah pintu masuk.

     Seorang pria dengan setelan jas berwarna merah gelap. Sepatu mengkilat, rambut tersisir rapi dengan sedikit gel. Ditambah senyuman yang tersungging di wajah pria itu, membuat Yoona diserbu dengan rasa rindu. Ia masih tak berkutik, berdiri disana menunggu pria itu melangkah mendekatinya. Dan tepat ketika satu meter dihadapannya. Yoona mulai membalas senyuman itu, perlahan, melenturkan ketegangan diwajahnya. Disempatkannya melirik Sehun yang ada didapur. Menyadari lirikannya, Sehun mengangguk seakan memberikannya kesempatan untuk berdekatan dengan pria yang ada dihadapannya.

"Aku pesan kopi saja." kata pria itu dengan nada ramah. Membuat senyuman diwajah Yoona melebar.

"Kau jauh-jauh kesini hanya untuk memesan kopi?" tanya Yoona setelah memerintahkan karyawannya untuk membuat pesanan itu.

"Tentunya untuk bertemu denganmu." jawab pria itu tertawa pelan. "bagaimana kabarmu?"

"Seperti yang kau lihat. Aku selalu sibuk." Yoona juga ikutan tertawa. "bukankah kau janji untuk membawa Yuri? Aku juga merindukannya."

"Aku membawanya.. Itu, dia disana." tunjuk pria itu kearah dapur. Benar sekali. Ternyata Yuri tengah mengganggu Sehun dan Kris disana. "sepertinya ia lebih merindukan kakaknya." goda Kai. Lalu kembali tertawa diikuti Yoona yang tengah bahagia atas kedatangan kedua sahabatnya itu.

"Kai-a, benar Paris itu indah?" tanya Yoona lagi.

"Bagiku lebih indah jika kita bisa bersama." mereka sama-sama terdiam. Lalu sedetik kemudian tawa mereka kembali pecah.

"Duduklah disana, aku akan segera menyusul."

--

     Setelah mereka menyelesaikan sekolah. Kai dan Yuri memilih melanjutkan ke bangku kuliah, dan Paris menjadi pilihan mereka. Terdengar romantis, namun tidak seperti itu. Benar bahwa Yuri masih menyukai Kai, tapi kini Yuri memilih untuk menikmati persahabatan mereka. Dan Kai, walau perlahan perasaan itu muncul, Kai juga berpikir sama dengan Yuri. Membiarkan perasaan itu timbul perlahan hingga tidak mampu membuat mereka mengelak lagi.

     Di Paris mereka tinggal pada satu apartemen. Apartemen yang memiliki empat kamar itu sering kedatangan tamu. Tamunya yaitu ayah Sehun dan ayah Yoona yang tidak bosannya berlibur kesana. Tepatnya mengawasi Kai dan Yuri. Bahkan keluarga Kai sangat jarang mengunjungi mereka. Kedua pria tua itu memang gemar berulah. Mengganggu ketenangan mereka. dan terkadang sesekali mencoba menjodohkan mereka. Dan juga ayah Yuri, ayah tirinya juga sesekali mengunjungi mereka. Walau ia sudah mengetahui bahwa Yuri bukanlah anak kandungnya, ia masih sangat mencintai anaknya itu.

     Kai dan Yuri selalu bersama. Dikelas dan dimanapun. Sekilas mereka terlihat seperti pasangan. Walau sebenarnya tidak seperti itu. Mereka hanya belum mau mengakui perasaan mereka. Saling menjaga dalam zona persahabatan. Tetap saja, yang terlihat, Kai bahkan sangat menjaga Yuri disana. Yuri yang biasanya selalu dimanjakan pasti akan sedikit menyebalkan.

--

"Aku dengar pernikahan kalian akan diadakan di Jeju. Wah.. tidak sia-sia aku kembali. Walau hanya sebentar." melirik Kai kesal karena Yuri berharap dapat berlamaan di Korea. Tapi Kai tidak mengiyakan permintaannya dengan alasan tidak ingin ketinggalan pelajaran mereka. Menyadari lirikan itu, Kai memilih menyeruput kopinya. Kedua gadis itu pun mulai berbincang.

"Ini buku yang kau pesan." kata Kai seraya memberikan sebuah buku kepada Sehun yang duduk dihadapannya, disamping Yoona.

"Gomapta(terima kasih). Buku ini tidak dijual disini." seru Sehun.

"Apa kau ada mengunjungi kafe yang pernah aku sebutkan?" sambung Kris yang baru saja duduk disamping Kai.

"Beberapa hari yang lalu aku kesana." angguk Kai mengiyakan. Yuri mendadak meliriknya.

"Dan kau tidak mengajakku." gumam Yuri pelan namun dapat didengar mereka.

"Lanjutkan saja obrolan kalian." memutar kepala Yuri agar kembali menatap Yoona yang ada di hadapannya. Dan Kai kembali fokus dengan Sehun dan Kris. "kurasa mereka lebih unggul pada rasa dan aroma. Karena ketika masuk kedalam tokonya, aroma kue disana benar-benar kuat." jelas Kai. "tampilan kue mereka biasa saja, tapi untuk rasa. Kurasa sangat lezat. Kau bisa mencobanya langsung. Mainlah ke Paris." tambah Kai yang membuat kedua chef itu mengangguk mengerti.

"Aku juga merindukan Paris." ungkap Kris.

"Hyung, kau bisa pergi jika kau mau." sahut Sehun yang mengerti raut wajah Kris.

"Hmm, akanku pikirkan." jawab Kris.

"Oo? Yoo Jaesuk! Ji Sukjin!" seru kedua pria tua yang ternyata masih berada disana. Terlihat ayah Yoona berlari menghampiri kedua artis yang sedang memesan makanan dimeja kasir. Diikuti dengan ayah Sehun yang baru saja mendapatkan bolpoin dan dua lembar kertas untuk meminta tandatangan kedua artis itu. Dari meja mereka, Sehun dan Yoona hanya tersenyum. Sedangkan Yuri sudah tertawa merasa geli melihat tingkah ayahnya.

"Yak.. yak.. Bukankah itu Kim Joongkok?" sadar ayah Sehun ketika mendapatkan artis berbadan kekar itu membuka pintu masuk.

"Oh my god! Ada Lee kwangsoo juga!" sahut ayah Yoona. "wah.. Haha dan Gary juga ada!" tambahnya ketika dua orang lagi memasuki kafe itu.

"Daebak(luar biasa)! Song Jihyo..!" seru keduanya bersamaan ketika melihat artis cantik Song Jihyo juga berada disana. Kelima member Running Man itu sudah bersantai di sofa. Menunggu senior mereka memesan makanan di kasir. Walau yang terlihat sedang sibuk melayani kedua pria tua menyebalkan itu.

"Cepat kau cari kertas, kita butuh banyak!" kata ayah Sehun kepada ayah Yoona yang sudah siap berlari guna mencari kertas. Keadaan menjadi semakin ramai berkat kedatangan member Running Man. Itulah yang selalu terjadi disana. Sehun dan Yoona kembali tersenyum puas. Mengusap kepala Yoona pelan, dalam hatinya Sehun benar-benar merasa bersyukur.

--

     Sehun dan Yoona dalam perjalanan menuju pabrik. Sedangkan kedua ayah mereka sudah pulang lebih awal bersama Yuri yang diantarkan oleh Kai. Kris memilih lembur karena sibuk membuat menu baru. Yoona dan Sehun menyinggahi sebuah toko mainan untuk membeli beberapa mainan kesukaan Sena. Setelah itu kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tapi ternyata Sehun tidak membawa Yoona langsung ke pabrik. Melainkan ke tepi Sungai Han. Menikmati ketenangan disana dari dalam mobil.

"Tinggal beberapa hari lagi." guman Sehun pelan.

"Hmm.." sahut Yoona yang mendengar itu.

"Apa kau bahagia?" tanya Sehun tanpa menoleh dengan tangannya yang mulai menggenggam tangan Yoona.

"Sangat." mengamati air sungai yang memantulkan lampu hias. Sehun mengecup punggung tangan Yoona.

"Aku juga."

"Bagaimana dengan ibumu? Kau sudah mengundangnya? " tanya Yoona yang mulai menatapnya serius.

"Apa aku harus mengundangnya?" masih memandangi aliran Sungai Han.

"Jangan begitu.. Dia sudah sangat terpukul." Sehun tertawa kecil.

"Kami lebih terpukul dibuatnya." merasa masih sulit untuk memaafkan ibunya.

"Dia sedang sakit." segera Sehun menatap Yoona.  sekarang dia berada dirumah sakit, setelah tidak makan selama empat hari." sambung Yoona. "aku sudah mengatakannya kepada Yuri, tapi dia tidak bereaksi. Kuharap kau tidak begitu. Datanglah padanya, sudah saatnya untukmu memaafkannya." dilihatnya mata Sehun memerah akibat menahan emosi dan gejolak yang bertentangan.

"Dimana dia sekarang?"

--

     Menunggu di parkiran mobil sementara Sehun mengunjungi ibunya yang tengah tertidur lemah dirumah sakit. Dengan saluran infuse yang tertempel di tangannya. Wajah pucatnya. Sehun pun meneteskan air matanya setelah dengan sulit menahannya. Mencoba berdiri lebih dekat. Sehun mulai menyentuh tangan yang dingin itu. Mengingat tangan itu yang pernah memukulnya, kembali membuatnya meneteskan air matanya. Gejolak itu kembali bertentangan. Reflek ia melepaskan tangannya dari tangan ibunya, yang masih tertidur berkat obat bius.

     Pintu terbuka pelan seiring dengan isak tangis yang semakin terdengar jelas. Yuri terlihat dari sana. Melangkah mendekati Sehun. Dengan matanya yang terus menatap ibunya, yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan. Rasa bersalah menyerbunya. Benar jika ibunya bersalah kepadanya, tapi ketika melihat keadaan wanita tua itu. Hatinya seakan remuk dengan rasa bersalah. Ia nyaris terperosot kelantai, namun dengan cepat ditahan oleh Sehun. Tubuh Yuri gemetar hebat menahan tangis, segera Sehun memeluknya. Mengelus pundak adiknya itu, mencoba menenangkannya.

--

"Yuri yang memintamu untuk membawanya kesini?" tanya Yoona kepada Kai yang baru saja tanpa sengaja memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil Yoona. Kai mengangguk sambil menerawang akan keadaan Yuri saat itu. Kai mengkhawatirkannya. "aku baik-baik saja." Yoona menepuk pundak Kai pelan, sedikit menyadarkannya. "bagaimana dengan adikmu? Bukankah sebentar lagi dia akan berkuliah? Apa dia akan menyusulmu ke Paris juga?" tanya Yoona mencoba mengganti topik.

"Dia memilih Tokyo." jawab Kai tidak bersemangat.

"Tokyo? Kau mengijinkannya?" merasa itu bukan ide yang bagus, mengingat Irene adalah adik perempuan satu-satunya.

"Tentu tidak. Itu juga alasan aku kembali, aku harus menjelaskannya secara langsung. Akan lebih baik jika ia berkuliah di Seoul saja." jelas Kai. Kini pria itu terlihat lebih baik.

"Aku juga berpikir begitu. Kau harus bisa meyakinkannya."

--

     Malam itu berakhir hangat ditemani air mata yang diam-diam mengalir, sepanjang malam. Sehun berhasil tertidur setelah Yoona menghubunginya yang mengatakan bahwa ia sudah berada dirumah bersama ayahnya. Dirumah lama mereka tentunya. Yuri juga sudah tertidur bersama Sena di kamar yang dulunya ditempati oleh Yoona. dan Kai baru saja tertidur setelah lama berdebat dengan adik perempuannya. Berhasil membujuk adiknya itu agar tetap berada di Seoul.

     Matahari perlahan muncul memaparkan sinarnya. Menghangatkan pagi yang udara terasa segar. Jalanan dihiasi dengan bunga sakura yang mulai terlihat, muncul dan perlahan memperlihatkan kelopaknya yang indah. Angin sejuk dan cahaya hangat matahari menemani pagi itu. pagi dimana semua orang memulai aktifitas mereka seperti biasa. Hanya saja, kehadiran Kai dan Yuri sedikit mengubah keadaan, tentu, keberadaan mereka setelah sekian lama menetap di Paris. Pasti sangat dirindukan.

     Pagi itu sarapan berlangsung beramai-ramai di ruang makan. Yuri dan Amber sibuk membuat sandwich untuk menu sarapan. Henry membantu Kris membuat omelet. Walau merasa mengantuk, Kris mencoba menahan itu. Sarapan kali ini sangat spesial bagi mereka. Sehun baru saja menghampiri mereka diikuti Sena yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya. Seragam sekolah dasarnya membuatnya semakin terlihat imut.

     Yoona dan ayahnya tengah berjalan menuju pabrik. Sesuai permintaan Yuri yang memintanya untuk sarapan bersama di pabrik. Yoona menggandeng tangan ayahnya dengan bahagia. Sepanjang perjalanan mereka menuju pabrik, ayahnya tidak henti-henti menceritakan pengalamannya disaat berlibur di Paris. Tapi lebih banyak menceritakan misinya bersama ayah Sehun yang tidak bosan menjodohkan Kai dan Yuri.

"Kau tahu? Sebenarnya Kai itu mulai menyukai Yuri, tapi dia masih malu untuk mengakuinya. Appa(ayah) geram sekali!" Yoona tertawa mendengarnya. Dengan jaket yang mereka gunakan, sama-sama berwarna merah. Yoona menggunakan jaket yang dulunya Kai belikan untuknya, yang sempat digunakan oleh nenek. Dan ayahnya menggunakan jaket miliknya, yang ayahnya belikan untuknya, dengan susah payah. Ia mengelus jaket yang ia gunakan dengan tangannya yang bebas. Mengingat nenek membuatnya bersedih. "kenapa? Kau mengingat halmoni(nenek)?" menyadari raut wajah anaknya itu. Yoona mengangguk lemah masih merasa bersedih. "tenang lah, dia sudah tenang disana." mempererat genggaman tangannya.

"Appa, terima kasih. Sudah kembali padaku." ujar Yoona pelan.

"Sudah.. sudah. Mari kita bersenang-senang. Appa tidak ingin ada air mata lagi. Let's go! Mereka sedang menunggu kita." melangkah dengan semangat menuju pabrik.

--

     Cincin tersemat indah di kedua jari mereka. Semua mata tertuju kepada mereka. Ikut berbahagia menyambut pasangan itu. Dengan gaun yang ia gunakan, Yoona tampak cantik. Bagaikan malaikat, bersinar hingga pantai Jeju berseru serentak dengan riukkan ombaknya. Burung-burung menari dilangit yang cerah. Dihadapi dengan sebuah kue yang akhirnya berhasil Kris ciptakan setelah sekian lama lembur.

     Terlihat kedua ayah mereka dengan jas yang terlihat rapi. Yuri dengan gaun tak kalah indah, Sena dengan gaun imutnya. Kai yang terlihat semakin tampan dengan jasnya, begitu juga dengan Henry yang sibuk menggoda para gadis setelah merasa percaya diri dengan jas yang ia gunakan. Kris bagaikan pangeran yang seakan baru turun dari kudanya. Lalu, penampilan yang berhasil menghebohkan, Amber menggunakan gaun pilihan Yuri. Walau tetap dengan sepatu ketsnya.

     Disamping itu, muncul seorang pria tua sedang mendorong sebuah kursi roda yang terdapat seorang wanita duduk disana. Masih terlihat pucat, tapi senyuman memenuhi wajahnya. Menatap pasangan itu dengan lega, merasa bersyukur bisa menyaksikan hari bahagia itu. Setelah kehadiran kedua anaknya itu, yang ia ketahui dari suster, ia merasa mendapatkan kekuatan. Sehingga berhasil hadir disana.

'Hidup sudah menjadi pilihan. Apapun yang terjadi didalamnya merupakan krikil kecil yang jika berhasil dilewati, akan semakin memantapkan langkah.

Langkah untuk menuju tempat terindah.

Dambaan semua orang.

Cinta adalah segalanya.

Jika Cinta dapat di mengerti dan di sadari. Maka Cinta akan semakin mudah untuk disambut.'   →→→[,Hyull]

-The End-

Masih mau baca cerita saya yang lain?

Jika mau, saya masih punya buuuaaannyyak banget! (tapi ya cerita saya ringan2 begini kak. Paling panjang sampai 20an part. Hehe..)

Mari komentarnya kakak..

Maaci.. ^^