5 Chapter 5 Mulai tumbuhnya rasa suka

Keesokan harinya....

Cahaya matahari pagi pun masuk menembus kaca jendela kamar itu. Begitu siuman, hal pertama yang dirasakan Wei Wei adalah rasa sakit pada kepalanya akibat dibius itu. Berdenyut-denyut. Ia menyeringai ketika hendak bangkit dari posisinya yang terbaring. Niat itu ia tangguhkan. Ia menenangkan diri lebih dulu. Mengatur pernapasannya yang sedikit berat dihela.

Setelah napasnya bisa longgar lagi, denyut kepalanya mulai mereda, barulah WeiWei membuka matanya perlahan. Dan Wei Wei pun tersentak kaget melihat langit-langit sebuah kamar. Lalu ia menoleh kesamping. Di lihatnya seorang pria berambut kuning yang tidur terlentang dengan wajah ditutup oleh bantal di sampingnya.

"Eh? Apa yang terjadi setelah aku dibius tadi malam? Siapa pria itu? Aku tidak ada waktu untuk bertanya biaya tadi malam... " ucap Wei Wei sambil menarik selimut dan menutupi sekujur tubuhnya.

Wei Wei pun meletakan sejumlah uang sebesar 1 juta rupiah disamping pria itu.

"Aku tidak tahu itu cukup atau tidak... "Ucap Wei Wei.

Pada saat dia meletakkan uang itu ia melihat ke arah punggung pria itu. Punggung pria itu tercakar-cakar oleh kuku. Wei Wei tahu persis itu adalah cakarannya.

"Apakah aku sangat ganas semalam?" ucap Wei Wei panik.

"Ya sudah ku tambahkan satu juta lagi untuk biaya pengobatan." ucap Wei Wei sambil mengambil pakainnya dan bergegas meninggalkan kamar hotel itu.

Wei Wei pun pergi memanggil taksi di pintu depan Hotel Bintang 5 itu dan bergegas pulang ke rumah.

Di lain sisi...

Pemuda berambut kuning itu sudah sadar dan bangkit dari ranjang itu. Dilihatnya sejumlah uang yang berada di kasur yang ditempatinya tadi.

"Apa-apaan gadis ini!? Setelah bercumbu denganku semalam, dia malah memberikan uang ini. Dia pikir aku itu apa!? Lelaki bayaran yang hanya memuaskan hasrat birahinya!? Hei gadis! Kamu harus menjelaskan kepadaku untuk apa uang ini!" ucap pemuda itu sambil mengambil handphonenya.

"Hei Yang Long! Periksa gadis yang bernama Lu Wei Wei itu. Aku ingin tahu dia kemana!" ucap pemuda itu di telepon.

Di dalam taksi...

Wei Wei pun memikirkan kejadian semalam dan bergumam dalam hati sambil menahan amarah. "Ini adalah ulah kakak ku! Aku takut ibu tiriku juga ada hubungannya dengan ini!"

Perasaan sedih dan marah pun bercampur aduk. Wei Wei tidak tahu kepada siapa ia harus meluapkan semua ini.

Sesampainya di rumah. Dibalik kaca mobil taksi itu, Wei Wei melihat ada 2 orang polisi yang berdiri di depan pintu rumahnya sambil berbicara dengan pelayannya. Lalu bergegaslah Wei Wei membuka pintu taksi dan berjalan ke arah pelayannya itu.

"Apa yang terjadi?" tanya Wei Wei heran.

"Nona, kamu akhirnya kembali." ucap pelayan itu.

"Nona Wei Wei, kami curiga kalau anda ada hubungannya dengan kecelakaam lalu lintas." ucap polisi itu.

"Aku baru kembali. Aku... "

Belum sempat Wei Wei menyelesaikan kata-katanya sang kakak tiba-tiba berlari dan berteriak kearahnya.

"Wei Wei! Kamu mengemudi kemana semalam? Ibu dan aku sangat khawatir dengan mu sepanjang malam." ucap Xin Er.

"Khawatir? Kamu sepertinya lebih khawatir apakah rencanamu berjalan dengan lancar atau tidak!" ucap Wei Wei tegas.

Sang kakak pun berbisik di telinga Wei Wei dan berkata "Apa yang kamu lakukan semalam? Apa kamu berani katakan?"

Walaupun wartawan tidak mendapat apapun tapi seharusnya dia sudah dilecehkan. Gumam Xin Er dalam hati dengan wajah tersenyum licik.

Mendengar hal itu Wei Wei pun terdiam sejenak. Ia berusaha menguatkan dirinya. Lalu ia pun berkata kepada polisi itu "Aku yakin polisi tidak akan pernah membiarkan seorang penjahat lepas dari gengamannya atau memperlakukan seseorang yang tidak bersalah dengan tidak adil."

"Nona Lu, kami membutuhkan anda untuk investigasi selanjutnya untuk menemui kebenarannya." ucap polisi itu kepada Wei Wei.

"Baik, aku mengerti. Aku akan ikut kalian ke kantor polisi untuk investigasi." ucap Wei Wei.

Sang kakak hanya tersenyum dan bergumam "Dia tidak akan berani mengatakan kalau dia tidur dengan pria semalam. Jadi tidak akan ada bukti yang cukup. Hehehe.. "

Sesampainya di kantor polisi di ruang introgasi....

"Dimana kamu dari jam 7 malam sampai jam 10 malam waktu kejadian kemarin?" tanya polisi itu.

"Aku memiliki kencan buta di Hotel Bintang 5." jawab Wei Wei.

"Kemana kamu pergi setelah kencan buta?" tanya polisi itu lagi.

Wei Wei pun terdiam sesaat. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa ia tidur dengan seorang pria sampai pagi.

Sesaat kemudian ayahnya datang ke kantor polisi dan berjalan menghampirinya.

"Lu Wei Wei!" bentak sang ayah.

"Ayah!?" ucap WeiWei terkejut.

Lu Qiang Qi langsung menampar wajah WeiWei dengan keras. Plakkk!!! Dan berkata "Sialan kau! Apa yang kamu lakukan!? Kamu menabrak orang lain dan lari. Bahkan sekarang kamu malah kamu menjadikan kakakmu sebagai kambing hitam! Seperti apa yang dikatakan oleh Xin Er, jelaskan itu semua!"

"Aku.. Aku tidak bersalah!" ucap Wei Wei sambil menahan sakit akibat tamparan di wajah itu.

"Apa kamu bilang!?" ucap Lu Qiang Qi sambil mengarahkan tangan dan ingin menampar Wei Wei lagi.

"Hei! Ini kantor polisi. Tidak boleh ada kekerasan!" kata polisi itu sambil menahan bapak itu.

Tapi ayahnya tidak memperdulikan polisi itu. Polisi itu hanya menahan tubuh tidak tangannya. Dia tariknya tangannya dan diarahkannya kewajah Wei Wei. Saat itu lah muncul seorang pemuda berambut kuning yang meghentikan tangan bapak itu. Tamparan itu pun tidak jadi dilampiaskan. Kemudian bapak itu menoleh kebelakang.

"Eh, Tuan muda kedua, kenapa anda ada disini" tanya Lu Qiang Qi panik.

Pemuda berambut kuning itu menghiraukan perkataan Bapak itu. Ia melangkah ke arah Wei Wei. Dilihatnya wajah Wei Wei yang merah akibat tamparan ayahnya. Lalu ia pun menyentuh wajah Wei Wei yang terkena tamparan tadi dengan lembut sambil mengelus-ngelus pipinya.

Wei Wei pun terdiam sesaat memandangi wajah pemuda yang sedang ada dihadapannya itu. Ia pun bergumam dalam hati "Eh? Siapa laki-laki ini? Kenapa dia sangat perhatian sekali padaku?"

Pemuda itu menatap tajam kearah polisi dan berkata "Saya disini bersaksi untuk Wei Wei. Dari jam 7 sampai jam 10 semalam, aku dan dia sedang berkencan."

"Apakah Presiden Lu berpikir kesaksianku dapat diandalkan? Atau haruskah aku mengatakannya lagi?" tanya pemuda berambut kuning itu kepada ayah Wei Wei.

"Tidak perlu. Kesaksian tuan muda kedua sudah pasti benar. Mengapa kamu tidak mengatakannya lebih awal Wei Wei?" ucap Lu Qiang Qi yang merasa segan.

Wei Wei yang polos itu hanya terdiam memandangi pemuda itu. Ia tidak tahu apapun. Ia bahkan tidak mengerti kenapa pemuda itu menolongnya.

"Pernyataan telah diterima. Bisakah kita pergi sekarang?" tanya pemuda itu kepada salah satu polisi.

"Tentu." jawab polisi itu.

Pemuda itu pun merangkulkan tangannya ke bahu Wei Wei dan membawanya pergi bersama. Sedangkan Lu Qiang Qi bergegas mengejar mereka hingga ke depan pintu kantor polisi.

"Tunggu, Tuan muda kedua! Xin Er sudah lama menyukai anda. Bagaimana jika makan malam dirumahku." ujar Lu Qiang Qi.

Pemuda itu merasa jengkel mendengar ucapan itu. Ia menoleh ke belakang dan menatap Lu Qiang Qi dengan tatapan yang tajam dan penuh dengan amarah itu. Lalu berkata "Jika kamu ada waktu memikirkan makan malam, sebaiknya kamu berpikir tentang bagaimana membebaskan orang yang telah menjebak Wei Wei!"

Lu Qiang Qi kehabisan kata-kata. Ia terdiam dan berkeringat dingin. Ia tidak tahu cara yang bagaimana lagi untuk bisa membebaskan Xin Er dari tahanan penjara itu.

Pemuda itu melangkah kearah mobilnya. Ia membukakan pintu mobil depan itu dan mempersilahkan Wei Wei untuk masuk.

"Kamu.... "

Belum sempat Wei Wei menyelesaikan perkataannya. Pemuda berambut kuning itu memotong dan berkata "Masuk ke dalam mobil dulu."

"Hmm.. Baik.. " jawab Wei Wei yang hanya menurut saja.

Di dalam mobil...

Pemuda berambut kuning itu mendekat kearahnya. Perlahan-lahan semakin mendekat ke wajah Wei Wei. Wei Wei pun panik. Wajahnya merah seketika.

"Apakah dia akan menciumku?" gumam WeiWei dalam hati.

"Kamu... Kamu... Apa yang kamu lakukan?" tanya Wei Wei sambil mendorong bidang pemuda itu.

"Tenanglah.. " Bisik pemuda itu di telinga Wei Wei.

Bisikan tersebut malah membuat wajah Wei Wei semakin memerah. Merah seperti apel.

"Apakah dia benar-benar akan menciumku... " gumamnya lagi sambil menutup mata dengan perlahan.

Pemuda itu pun tersenyum ketika melihat WeiWei menutup matanya. Rupanya pemuda itu hanya memasangkan sabuk pengaman itu ke Wei Wei. Lalu pemuda itu kembali ke posisi semula sambil menatap kearah Wei Wei.

"Pfff... Kenapa kamu menutup matamu?" sindir pemuda itu sambil tersenyum memandangi Wei Wei.

Wei Wei pun membuka matanya. Dilihatnya sabuk pengaman yang telah terpasang itu. Lalu ia pun berkata "Eh, tuan muda kedua. Terima kasih."

Pemuda itu mendekat lagi dan menatap WeiWei dengan tajam. Lalu pemuda itu berkata "Apakah kamu ingat dengan ku?"

Wei Wei yang polos itu merasa heran dengan perkataan pemuda itu. Ia hanya bisa bergumam dalam hati "Kenapa terdengar seperti kita telah melakukan sesuatu yang buruk?"

Melihat ekspresi Wei Wei yang seperti itu, pemuda itu paham bahwa Wei Wei tidak mengingat kejadian semalam. Kejadian dimana mereka berdua mengarungi lautan bersama.

Akibat tamparan yang kuat tadi, wajah Wei Wei masih bengkak. Lalu pemuda itu mengemudikan mobilnya dan membawanya ke suatu tempat.

Tiba di Klinik Duan Xiu....

Wei Wei heran kenapa pemuda ini berhenti di depan rumah sakit. Lalu pemuda itu pun membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Wei Wei untuk turun.

Tapi Wei Wei diam saja seperti tidak memperdulikan ucapan pemuda itu.

"Turun." ucap pemuda itu kepada WeiWei.

"Apa?" Tanya Wei Wei heran.

"Apa aku lupa mengembalikan uang kepada pemuda ini? Apa dia ingin membalas dendam? "Apakah dia aka membiusku lalu..... Ah... Kenapa aku terpikir seperti itu?" pikir Wei Wei.

Pemuda itu pun mendekat dan melepaskan sabuk pengaman Wei Wei. Perlahan digendongnya Wei Wei keluar dari mobil itu. Dan membawanya masuk ke dalam rumah sakit.

Wei Wei memandangi wajah pemuda itu cukup lama dengan tangan yang merangkul di pundak pemuda itu. Pemuda itu bukan hanya memiliki wajah yang tampan tetapi sikapnya terhadap wanita sangat lembut. Wei Wei pun bergumam lagi "Kenapa laki-laki ini baik padaku?"

Sesampainya di dalam Klinik...

Pemuda itu menempatkan Wei Wei di kasur rumah sakit. Lalu seorang pemuda berambut hijau dan berkacamata menghampirinya dan berkata "Kenapa kamu membawanya kesini?"

"Duan Xiu, coba periksa wajahnya. Wajahnya bengkak sekali." jawab pemuda berambut kuning itu.

Keterangan : Di China Duan Xiu artinya homoseksual.

Duan Xiu pun melihat wajah Wei Wei dan berkata "Tidak perlu khawatir, wajahnya tidak apa-apa. Kompres dengan es maka wajahnya akan segera membaik."

"Ngomong-ngomong nona manis, nama saya Duan Xiu bukan berarti homoseksual. Zhi Yang adalah teman saya." sapa Duan Xiu sambil tersenyum.

"Ooh jadi rupanya nama pemuda itu ZhiYang." gumam Wei Wei dalam hati.

"Namaku Lu Wei Wei. Salam kenal. Dan terimakasih." ucap Wei Wei kepada Duan Xiu.

Lalu pemuda berkacamata itu melangkah keluar sambil berkata "Zhi Yang ikuti aku sebentar."

Di koridor klinik itu mereka berbincang....

"Zhi Yang, Ou Qiao bilang kamu tidur dengan seorang wanita kemarin malam. Apakah dia orangnya?" ucap Duan Xiu.

"Sejak kapan kamu jadi suka mengosip? Lupakan. Berikan aku salep untuk menghilangkan bengkak." ucap Zhi Yang.

Setelah diberikan salep Zhi Yang pun menjemput Wei Wei di kamar pasien tadi dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sedangkan Duan Xiu yang berdiri di depan pintu masuk klinik itu hanya melambaikan tangan dan mengucapkan "Hati-hati di jalan ya."

Click pintu mobil mobil pun terbuka. Tapi secepatnya Wei Wei berkata "Terima kasih untuk hari ini. Stasiun subway tidak jauh dari sini. Aku dapat pulang sendiri. Tidak perlu repot mengantarkanku."

Pemuda itu mendekatkan tubuhnya kearah Wei Wei dan berbisik di telinganya dengan lembut "Awalnya aku tidak berniat untuk berkencan denganmu. Karena aku tidak menyukai sikap keluargamu. Jadi, kamu harus mengerti. Aku hanya menolongmu, bukan keluargamu."

Mendengar ucapan pemuda itu, wajah Wei Wei merona. Wei Wei hanya bisa bergumam dalam hati "Apa yang dikatakannya? Aku.. Aku... "

"Sudah jangan melamun lagi. Masuklah ke dalam mobil." ucap Zhi Yang.

Wei Wei pun hanya menurut dan masuk ke dalam mobil. Ditutupkannya pintu mobil itu. Lalu didalam mobil itu Wei Wei duduk dengan manis sambil bergumam dalam hati "Aku ingin kembali ke kampus." Tanpa sadar pemuda itu sudah mendekat kearahnya. Dekat sekali, seperti ingin melakukan sesuatu terhadapnya.

"Tunggu...! Apa yang ingin kamu lakukan!?" tanya Wei Wei panik.

Bersambung.....

***

avataravatar
Next chapter