13 Chapter 13 Panik

"Sudah malam yuk tidur, sayang." ucap pemuda itu.

Wei Wei panik wajahnya merah, ia pun bergegas lari ke kamar sambil menutupi dirinya dengan sekujur selimut untuk berjaga-jaga.

Pemuda itu tersenyum dan hanya berjalan santai ke kamar. Ia pun mematikan lampu kamar dan perlahan naik ke ranjang itu.

Di dalam selimut itu Wei Wei sudah mengigit jari. Ia sangat panik sampai berkeringat dingin.

Pemuda itu tidak melakukan apa pun. Ia hanya mengucapkan "Selamat tidur, sayang." lalu ia pun tertidur dengan pulas.

Wei Wei pun menghela nafasnya. Ia lega tidak terjadi apa-apa. Ia pun mulai menurunkan selimutnya sedikit dan menoleh ke arah pemuda itu. Dilihatnya pemuda itu sudah memejamkan mata dan tertidur. Lalu ia pun juga tidur.

Malam yang dingin ini pun terasa hangat di temani oleh orang yang spesial.

***

Pagi yang cerah dengan suara kicauan burung yang merdu dipagi hari. Pemuda itu sudah terbagun dari tidurnya sejak tadi.

Tapi ia tidak mau beranjak dari ranjangnya. Ia hanya memandangi wajah istrinya yang tidur sambil mendekur itu dari tadi. Ia pun bergumam dalam hati sambil memandangi wajah istrinya "Istriku sangat cantik."

Pemuda itu pun membelai dan memainkan rambut istrinya yang sedang tertidur itu.

Sangking gemasnya memandangi wajah istrinya sendiri, ia pun mendekatkan wajahnya dan ingin memberikan kecupan selamat pagi di kening istrinya.

Tapi ketika ia hendak memberikan kecupan selamat pagi di kening istrinya itu, Wei Wei tiba-tiba membuka matanya dan terperanjak kaget.

Duang!!! Kepala Wei Wei dan dagu pemuda itu bertabrakan.

"Aww!!! Sakit!!" ucap Wei Wei kesakitan sambil memegang kepalanya.

Pemuda itu langsung menarik tubuh Wei Wei mendekat dan memeluknya.

"Tidak akan sakit, jika suamimu yang mengelusnya... " ucap pemuda itu sambil mengelus kepala Wei Wei yang kejedot tadi.

"Li Zhi Yang, terima kasih." ucap Wei Wei sambil memeluk balik.

"Apa kamu tadi mencoba menciumku!?" tanya Wei Wei.

Pemuda itu hanya tersenyum. Ia pun meletakkan tangannya di dagu istrinya kemudian di tariknya perlahan mendekat ke wajahnya. Lalu pemuda itu pun memberikan kecupan selamat pagi di bibir istrinya.

Kecupan itu sangat lembut sehingga memberikan desiran manis dibibir Wei Wei.

"Kita sudah terdaftar. Tidak perlu bertindak diam-diam." ucap pemuda itu.

Blush... Mendengar ucapan pemuda itu, wajah Wei Wei pun memerah ditambah lagi dengan kecupan selamat pagi tadi.

Ucapan pemuda itu menandakan bahwa jika ingin melakukan hal seperti tadi, tidak perlu meminta izin dulu.

"Hentikan ini! Aku akan terlambat kerja nanti!" ucap Wei Wei sambil mendorong jauh bidang pemuda itu.

Pemuda itu pun menangkap kedua tangan Wei Wei dan mendorongnya hingga Wei Wei pun terbaring di ranjang dengan keadaan tidak berdaya.

"Apa yang kamu mau lakukan!?" tanya Wei Wei secepatnya.

"Menurut mu?" ucap pemuda sambil tersenyum licik.

Pemuda itu pun mendekatkan wajahnya. Wei Wei berpikir penuda itu akan menciumnya lagi bahkan lebih sehingga ia pun dengan segera memejamkan matanya. Melihat istrinya yang menutup mata seperti itu, pemuda itu tersenyum tipis. Ia pun berbisik di telinga istrinya.

"Asistenku sudah menangani prosedur penerimaan untukmu. Kamu sekarang karyawanku."

"Ehh..!!?" gumam Wei Wei kaget sambil membuka matanya.

"Aku akan melipatgandakan gajimu tiga kali lipat." lanjut pemuda itu sambil melepaskan cengkramannya.

Mendengar ucapan pemuda itu, Wei Wei sangat senang. Matanya berbinar-binar akan uang. Ia pun segera memeluk pemuda itu sambil berkata "Tuanku, kekasihmu sekarang online! Panggil aku kapan pun yang kamu mau!"

"Aku mau kamu membuatkanku sarapan." ucap pemuda itu sambil tersenyum.

"Tidak masalah!" ucap Wei Wei yang segera beranjak dari ranjang itu dan menuju ke dapur.

"Pfff... Dia sangat lucu." ucap pemuda itu sambil terkikik.

Ketika hendak ke dapur, Wei Wei pun teringat bahwa ia ingin mengatakan hal itu kepada suaminya. Segeralah ia balik ke kamar lagi. Dibalik pintu kamar itu, Wei Wei pun mengintip sedikit dan berkata "Zhi Yang, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu?"

"Ada apa?" tanya pemuda itu heran.

Wei Wei pun memberanikan dirinya dan berkata "Sebenarnya aku dulu punya pacar di kampus."

Tatapan pemuda itu yang tadinya lembut seketika menjadi dingin dan tajam. Ia pun berkata "Apakah dia menyakitimu!?"

"Kami memiliki hubungan yang baik sampai aku menemukan dan mengetahui pernikahan rahasia dan anak perempuannya." jawab Wei Wei sambil menundukan kepalanya.

"Meski begitu apakah kamu masih memikirkan pria itu?" tanya pemuda itu dingin.

".... " Wei Wei tidak merespon pertanyaan pemuda itu.

Melihat Wei Wei tidak merespon pertanyaannya, pemuda itu pun dengan dinginnya melangkah ke dapur dan meninggalkan Wei Wei sendirian.

"Tidak... Meskipun aku tidak mengakhiri hubungan dengan Si Han sepenuhnya." gumam Wei Wei dalam hati.

Di dapur....

Wei Wei hanya bisa mengintip pemuda itu memasak dari balik tembok. Ia bahkan tidak berani berbicara dengan pemuda itu.

Ia bahkan susah untuk mengungkapkan kata-kata yang ingin diucapkannya jadi ia pun hanya duduk dengan manis di sofa sambil bergumam seorang diri. "Zhi Yang tidak berbicara, Dia pasti sedang marah."

"Apa yang kamu lakukan? Bersiaplah untuk sarapan." ucap Pemuda itu sambil memasak.

Wei Wei tersentak kaget ketika Pemuda itu berbicara kepadanya.

"Ok!" jawab Wei Wei dengan semangat.

"Ternyata Zhi Yang tidak marah padaku. Syukurlah." gumam Wei Wei dalam hati.

Wei Wei pun bergegas pergi ke kamar mandi dan mengosok giginya. Di melihat dirinya di cermin itu dan bergumam "Aku harus mencari kesempatan dan mengatakannya kepada Si Han. Aku tidak bisa menyakiti Zhi Yang terus."

Beberapa menit kemudian, masakan pemuda itu pun selesai dan di hidangkan di atas meja makan.

Setelah selesai gosok gigi dan cuci muka, Wei Wei pun melangkah ke arah meja makan.

"Aku sudah siap." ucap Wei Wei sambil menarik kursi meja makan dan duduk.

"Wah! Ada sereal." ucap Wei Wei sambil memakan sereal itu dengan lahap.

"Aku senang kamu telah jujur dengan masa lalumu. Aku akan memberikanmu waktu untuk membuat keputusan." ucap pemuda itu.

Wei Wei tersentak kaget dengan ucapan pemuda itu. Ia pun menghentikan makannya dan menatap wajah pemuda itu tanpa sadar ada bekas krim sereal di bibirnya.

"Kamu ngak marah sama aku?" tanya Wei Wei.

Pemuda itu tersenyum melihat Wei Wei yang makan belepotan seperti anak kecil. Ia pun menyentuh bibir Wei Wei mengunakan tangannya dan mengusap krim sereal itu. Kemudian ia pun berkata "Bodoh, Aku ngak bisa marah sama kamu. Aku sangat mencintaimu."

Wajah Wei Wei pun merah seketika. Ia bergumam dalam hati "Aku sangat tersentuh dengan perkataannya. Gimana ini? Aku sangat ingin menciumnya!"

Wei Wei malu ia tidak berani mencium pemuda itu. Ia hanya bisa meliriknya sesekali sambil menyantap kudapannya.

Selesai makan, pemuda itu mengantarkan Wei Wei ke perusahannya untuk bekerja.

***

Di perjalanan....

Di dalam mobil, Wei Wei hanya memandangi pemuda itu. Pemuda itu cool sekali ketika menyetir. Wajahnya yang tampak dingin dan serius itu membuatnya semakin menawan.

"Aku sedang menyetir. Jangan menatapku seperti itu." ucap pemuda itu sambil menyetir.

"Sungguh tidak marah?" tanya Wei Wei lagi untuk memastikannya.

Mendengar pertanyaan istrinya, pemuda itu pun menginjakan remnya tiba-tiba.

Wei Wei tersentak kaget ketika pemuda itu menginjakan remnya secara mendadak.

Pemuda itu pun mengapai kepala Wei Wei, kemudian di tariknya perlahan mendekat ke wajahnya.

Ia pun mencium Wei Wei dengan perlahan. Sentuhan bibir pemuda itu terasa. Ketika pemuda itu menyondorkan lidahnya sedikit, Wei Wei dengan sengaja memberikan ruang agar lidah pemuda itu dapat masuk. Pemuda itu memainkan lidahnya di dalam mulut Wei Wei. Wei Wei pun membalasnya dengan menyesap rasa lidah pemuda itu. Mereka pun saling membalas lumatan itu.

Adegan kiss in the car pun mulai memanas karena adanya respon dari kedua belah pihak.

Karena ini sedang di jalan, pemuda itu segera menghentikan ciumannya dan berkata "Aku nggak marah, aku sedang menyetir. Jangan terlalu nafsu dan mengalihkan perhatianku.

"Hmm.. " gumam Wei Wei malu dengan wajah yang merah.

Sesampainya di Perusahan Keluarga Li...

Pemuda itu membukakan pinti mobil dan mempersilahkan istrinya untuk turun. Setelah turun dari mobil, pemuda itu pun memegang tangan Wei Wei dan membawanya melangkah bersama kedalam perusahaan.

"Li Zhi Yang, tunggu. Aku harus melapor sendiri. Aku tidak ingin terlihat seperti ini." ucap Wei Wei gugup.

"Aku akan mengantarmu keatas." ucap pemuda itu santai.

Mereka pun melangkah memasuki pintu masuk perusahaan itu.

Di dalam perusahaan itu, ada banyak karyawan yang melirik kearah mereka.

"Siapa wanita yang bersama Tuan muda kedua itu?" bisik gadis berambut pirang dengan temannya.

"Tampangnya biasa saja, kurasa dia yang menggoda Tuan muda. Supaya Tuan muda kasihan padanya." bisik gadis berkacamata.

"Apakah dia menggunakan semacam susuk atau pelet?" bisik gadis berambut coklat.

Ucapan mereka semua terdengar sangat jelas di kuping Wei Wei. Akibatnya Wei Wei menjadi tidak percaya diri dan semakin gugup.

Ia pun melangkah sambil menundukan sedikit kepalanya.

Pemuda itu pun segera berkata "Jangan hiraukan mereka." untuk menenangkam WeiWei.

"Tegakan kepalamu." lanjut pemuda itu.

Mendengar ucapan pemuda itu, Wei Wei pun menegakkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya.

Mereka pun berjalan ke arah lift.

Sesampainya di lift, pemuda itu pun menekan tombol lift sehingga lift tersebut pun terbuka.

"Orang-orang tidak akan berpapasan dengan kita disini." ucap pemuda itu sambil melangkah masuk kelift.

"Aku akan meminta mereka mengajarimu tentang pekerjaan disini. Jangan khawatir tidak akan ada yang meperlakukanmu berbeda." lanjut pemuda itu sambil menekan tombol lantai ke-23.

"Tapi.... " gumam Wei Wei sambil menundukkan sedikit kepalanya. 

"Kenapa wajahmu murung?" tanya pemuda itu.

"Eh...! Tidak... tidak apa-apa." ucap Wei Wei segera.

Sesampainya di lantai ke-23, pintu lift pun terbuka.

Wei Wei tersentak kaget seketika. Ia melihat seorang pemuda yang mengenakan jas ungu itu sudah menunggu di depan pintu lift.

"Ini asistenku." ucap pemuda itu.

Segeralah pemuda berjas ungu itu pun menyapa dan memperkenalkan dirinya kepada Wei Wei.

"Nona Lu,  aku YangLong. Senang bertemu denganmu." sapa pemuda berjas ungu itu.

"Mulai saat ini, dia adalah atasanmu." ucap pemuda itu.

Wei Wei memberanikan dirinya untuk bersalaman dengan pemuda berjas ungu itu sebagai tanda perkenalan mereka.

"Tuan Yang Long, senang bertemu denganmu juga." ucap Wei Wei sambil menjulurkan tangannya.

Yang Long hanya menatap tangan yang dijulurkan itu. Ia bahkan tidak mau membalas salaman perkenalan tadi.

Secepatnya pemuda itu pun merangkul bahu Wei Wei dan mengajaknya ke kantornya.

"Ayo, kita pergi ke kantor sekarang." ucap pemuda itu.

Sambil melangkah ke depan bersama istrinya, pemuda itu menoleh kebelakang dengan tatapan tajam ke arah Yang Long. Mereka seperti mengetahui apa yang akan dibicarakan meski tidak mengeluarkan suara dan hanya dengan sebuah tatapan mata saja.

Percakapan tatap mata tanpa suara :

Zhi Yang : "Jangan membuli istriku!"

YangLong : "Pergilah kau ke kantor!"

Pemuda itu pun berjalan melangkah ke kantornya. Yang Long pun mengikutinya dari belakang.

"Kantormu di sebelah kantorku." ucap pemuda itu kepada Wei Wei sambil melanjutkan langkahnya. 

"Baiklah." jawab Wei Wei singkat.

"Ini, aku sudah menyuruh YangLong untuk membuat kartu identitasmu. Sini, kupakaikan." ucap pemuda itu sambil memakaikan kartu identitas itu tepat di dada sebelah kiri Istrinya.

"Terima kasih." ucap Wei Wei senang.

"Jaga sikapmu selama jam kerja!" ucap pemuda itu sok cool.

"Bagaimana ini, Zhi Yang terlihat sedikit menakutkan ketika dia serius." gumam Wei Wei dalam hati.

Sesampainya di depan pintu kantor...

"Selamat pagi..." ucap sekretaris pemuda itu.

"Selamat pagi." balas pemuda itu kepada sekretarisnya.

"Lu Wei Wei, kamu berbagi ruangan kantor yang sama dengn Yang Long." ucap pemuda itu sambil meninggalkan istrinya kepada YangLong.

"Apakah kamu tidak masalah berbagi ruangan kantor denganku, Nona Lu?" tanya Yang Long sambil melangkah ke kantornya.

"Eh...! Tidak. Tidak apa-apa kok." jawab Wei Wei yang mengikuti Yang Long dari belakang.

"Dia tidak berpikir untuk memukulku kan?" pikir Wei Wei dalam hati.

Sesampainya di kantor Yang Long, Wei Wei pun tersentak kaget. Ia melihat ruangan kantor nya begitu rapi dan bersih.

"Mejaku berhadapan dengan mejamu. Kamu bisa beristirahat di sofa ketika kamu lelah. Jika kamu membutuhkan sesuatu, beri tahu aku." ucap Yang Long.

"Hmm.. Baik. Semuanya sempurna, aku akan mencoba yang terbaik dalam bekerja." ucap Wei Wei bersemangat sekali.

"Apakah gadis ini bodoh?" gumam Yang Long dalam hati.

Yang Long pergi kemejanya dan mengambil setumpuk kertas yang berisi profil perusahaan. Kemudian ia meletakkannya di meja kerja Wei Wei.

"Ini adalah profil perusahaan dan deskripsi pekerjaanmu. Kamu bisa bertanya padaku jika ada sesuatu yang tidak dimengerti."  ucap Yang Long.

Wei Wei pun memandangi setumpuk kertas yang ada di mejanya itu.

"Apa-apaan dia ini, banyak sekali kertas menunpuk dimejaku." gumam Wei Wei dalam hati sambil menelan ludah.

"Oh ya, lebih baik kamu menyelesaikannya dalam waktu seminggu." lanjut pemuda itu sebelum melangkah ke mejanya sendiri.

"Apa!!?" Ucap Wei Wei kaget.

"Apa dia sudah gila!? Bagaimana bisa aku menyelesaikan ini semua." gumam WeiWei dalam hati.

"Apakah asisten lamamu juga melakukan hal yang sama?" tanya Wei Wei untuk memastikan.

"Tidak. Ini tugas spesial untuk Istri dari CEO." jawab Yang Long datar.

"Kenapa seperti itu!?" tanya Wei Wei kesal.

"Kamu tanya kenapa? Karena kamu istri Li Zhi Yang." jawab Yang Long dingin.

Mendengar ucapan Yang Long, WeiWei tersentak kaget dan  wajahnya memerah karena sekarang ia baru sadar bahwa dirinya adalah istri dari CEO itu.

***

Halo, nama ku Yang Long. Aku bekerja sebagai asisten pribadi Li Zhi Yang. Yang perlu kalian ketahui Zhi Yang itu sangat bodoh, tingkah lakunya seperti anak kecil dan dia sangat manja sekali. Ooh iya, jangan kasih tahu dia ya, kalau aku mengatainya dari belakang. Ini rahasia kita saja. Sampai disini dulu perkenalan singkat saya, sampai jumpa lagi di next chapter ya.

***

avataravatar
Next chapter