webnovel

YangTerpilih (YTP)

Bruk "Aaa" suara sesuatu terjatuh menabrak sesuatu. Ya benar saja karena terburu-buru takut ketinggalan kereta akhirnya yumna menabrak pintu masuk stasiun. 'haaaah untung masih pagi gak ada orang, haahaa' batin yumna. Sedang diseberang sana ada yang terkekeh melihat Yumna terjatuh menabrak pintu masuk, namun merasa kasihan. Penampilannya saat ini terlihat berantakan, tapi gadis ini selalu cuek dengan penampilannya. Dia juga gadis mandiri yang tidak peduli meski kemana-mana seorang diri. Bahkan ketika dia bosan, tak jarang untuk pegi ke mall, toko buku, atau kuliner seorang diri. Pagi itu, dia berencana untuk pulang ke rumah orangtuanya yang berada di Malang menggunakan kereta seperti biasa. Ya, sudah beberapa tahun ini yumna merantau ke surabaya untuk bekerja dan belum sempat pulang beberapa bulan ini. *dalam gerbong kereta... '16D kan? bukankah ini tempat dudukku? kok ada orangnya si?' batin yumna dengan kesal karena tempat itu sudah ia pilih melalui aplikasi. 'Sengaja pesan samping jendela malah dipake orang, huuuhhh'. Orang itu menghadap ke jendela dan mendengarkan musik, tak menyadari kedatangan Yumna karena sudah tertidur. Akhirnya Yumna mengalah dan duduk disebelahnya. Karena hari masih terlalu pagi, yumna pun memasang headset dan memejamkan mata. Saat terbangun, dia merasa ada sepasang mata memperhatikannya. Yah benar saja, orang yang duduk disebelah melihatnya. tanpa sadar ternyata Yumna menyenderkan kepala dibahu orang itu. siapa orang itu ? dan bagaimana kisah Yumna selanjutnya? Yuk simak. Ada juga kisah perjuangan Yumna di Novel Surat Cinta Dari Allah.

ElLail888 · Teen
Not enough ratings
58 Chs

Maaf Yang Tidak Terucap

"Assalamualaikum ras"

Mungkin belum pulang, pikir Fahri. Tapi saat dia menuju kamar, meja makan sudah tersusun rapi dengan makanan lezat. Tidak ada Laaras di sana, lalu segera ke kamar untuk bergaanti baju. Kamar kosong, tidak ada Laras di kamar.

"Kemana Laras?" gumam Fahri

Lalu Fahri menyusuri rumah sakit, mulai dari ruang tv, ruang kerja, dapur, halaman depan, kolam renang, tetap tidak ada Laras. Saat langkahnya akan kembali ke dalam, Fahri menangkap sosok yang duduk termenung di taman belakang.

"Apa yang harus aku lakukan lagi?" ucap Laras dengan lirih, suaranya sudah hampir menghilang.

🔹🔹🔹

Sementara itu Fahri di belakang memerhatikan Laras dengan pandangan sendu, dia merasa begitu jahat masih mencintai orang lain padahal sudah memiliki istri yang cantik dan mencintainya.

Fahri memilih berbalik dan langsung menuju kamarnya untuk bersih-bersih. Setelah meluapkan kesedihannya di taman belakang, merasakan sedikit lega kemudian bangkit dan masuk dalam keadaan ceria lagi. Laras masuk kamar dan masih sepi tidak ada seorang pun, dia pun langsung berbaring di tempat tidur dan menarik selimut. Laras masih tidak menyadari kehadiran Fahri, baru setelah selesai berganti baju Fahri mendekat ke Laras yang sudah tampak tertidur. Dengan pelan Fahri menarik selimut untuk Laras dan mencium keningnya. Laras setengah tersadar dan tersenyum dalam tidurnya.

Di tengah malam Laras terbangun, perasaan tadi tidur tidak menggunakan selimut dan saat ini tertidur pulas dengan mengenakan selimut hangat. Laras mengedarkan pandangannya dan mendapati Fahri tertidur di sofa, Laras pun melakukan hal yang sama. Meskipun tampak ragu tapi akhirnya dia melakukan hal yang sama, Laraspun tampak memandangi Fahri.

"Bagaimanapun dia tidak pernah mencintaiku" ucap Laras dengan lirih. Laras tampak akan membalai wajah Fahri, tapi ia urungkan. Laras berbalik dan langkahnya terhenti. Tangannya ditarik oleh Fahri yang masih memejam.

"Jangan pergi" ucap Fahri

Laras tampak bingung tapi kemudian berbalik mendapati Fahri masih terpejam tetapi tangannya dengan erat memegang lengan Laras.

"Jangan pergi" ucap Fahri sekali lagi

"Hm rupanya dia mengigau"

"Iya aku tidak akan pergi"

"Makasih ras"

"Ha?" Laras tidak percaya Fahri mengucapkan namanya, bukan Yumna.

Fahri membuka matanya, sebenarnya dari tadi dia mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh Laras.

"Aku bilang jangan pergi, Laras"

"Kamu nggak lagi mengigau ri?"

"Maafkan aku ya?"

"Untuk?" tanya Laras dengan heran

"Semuanya . . . Ya, semua. Aku yang membandingkan kamu sama Yumna, aku yang tidak menjaga perasaan kamu, aku yang mengabaikan kamu, dan banyak hal lainnya"

"Udah ah mau tidur"

"Laras, aku serius"

"Aku juga serius, kakiku pegel duduk di lantai begini 😌" Laras berusaha mencairkan suasana

"Siapa suruh duduk di lantai"

"La kan kamu bilang jangan pergi"

"Aku kan bilangnya jangan pergi, nggak nyuruh duduk di lantai. Lagian kan ada sofa, haha"

"Hmm tau ah"

"Ras, jangan tinggalin aku. Aku nggak mau tidur di sofa"

"Lah kamu sendiri yang mau, siapa suruh tidur di sofa" Laras pergi ke ranjang tidurnya dan meninggalkan Fahri masih berusaha berdiri tapi malah jatuh dan badannya tergulung selimut.

"Ras, tolong aku nggak bisa bangun" ucap Fahri memelas

Bukannya menolong Laras malah tertawa terbahak-bahak melihat Fahri tergulung selimut seperti ulat.

"Ras, please"

"Mas Fahri ini ada-ada aja, siapa suruh sih gitu"

"Aku beneran ras, nggak becanda" kata Fahri

Laras hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan suaminya, bagaimana bisa kelakuannya masih seperti anak kecil. Laras menghampiri membantu melepas selimut yang membelit Fahri.

"Makasih istriku sayang"

"Hmm"

"Jangan ngambek dong" bujuk Fahri

"Siapa yang ngambek?"

"Laah ini, masa aku dipunggungin?"

Laras masih diam, tidak berkata apapun. Fahri akhirnya memberanikan diri memeluk Laras dari belakang, Fahri masih berusaha mencairkan suasana tapi Laras malah diam mengabaikannya. Beberapa saat kemudian terdengar nafas teratur dan mata yang sudah memejam, ternyata Laras sudah tertidur tanpa mendengar omelan Fahri.

**Di tempat lain

"Sesi hari ini cukup, saatnya kamu mengikuti apa yang saya instruksikan. Kamu siap?"

"Iya dok"

"Sekarang ambil posisi ternyaman, dab dengarkan instruksi saya"

"Sekarang pejamkan mata kamu, tarik nafas dalam-dalam, sampai kamu merasa sesak. Kemudian hembuskan pelan-pelan" begitulah instruksi dr. Afifa diikuti oleh musik relaksasi

"Bagus, sekarang lakukan tahapan ini tiga kali lagi. Bayangkan tempat yang kamu suka, bisa pantai, pegunungan, air terjun, atau apapun tempat pemandangan yang kamu suka. Bayangkan sekelilingmu, hirup udara yang ada di sekitarmu dengan perlahan. Lakukan dua sampai tiga kali. Lihat di sekelilingmu, pemandangan itu sangat menenangkan, tidak ada waktu untuk bersedih lagi" lanjut dr. Afifa.

Nafas Yumna saat ini sudah sedikit teratur dan dia masih terpejam dalam imajinasinya.

"Apakah ada bagian tubuh yang sering kamu keluhkan sakit? jika ada tolong katakan padanya untuk tidak menerima beban lagi. Dan saat ini jangan mencoba menahan sesuatu sendiri lagi" lanjut dr. Afifa

"Dulu kamu sering mengeluhkan tanganmu sakit kan? ya itu yang di sebut psikosomatis, jiwamu sudah penuh dan berahir sakit di badan yang tidak kunjung sembuh. Mulai saat ini bahagiakan dirimu, na. Jangan terbebani dengan apapun"

"Jika kamu ingin luapkan apapun itu, saat ini menangislah lagi sampai kamu rasa beban itu sudah pergi. Jangan malu, dan anggap saja kamu di pantai atau berada di tempat yang kamu suka itu. Menangislah na"

Air mata Yumna semakin mengalir deras, Yumna memegangi dada serta memukulnya sambil menangis terisak. Rasanya sakit tidak bisa di jelaskan. Dadanya terasa sesak, sakit, dan hanya terdengar suara isak tangis yang tiada henti.

Beberapa menit berlalu, Yumna masih terisak dan dr. Afifa masih membiarkan Yumna meluapkan emosinya. Perlahan tangisannya sudah mulai mereda. Melihat Yumna sudah mulai tenang, dr. Afifa melanjutkan terapinya.

"Kamu sudah tenang?" Yumna hanya mengangguk dan Afifa memberikan instruksi lanjutan.

"Sesekali berdirilah di depan cermin yang besar, kamu tatap yang ada di cermin. Katakan terima kasih dan tersenyumlah kepada yang di depan cermin itu. Orang yang terpantul di depan cermin itu adalah orang yang hebat, katakan terima kasih dan ungkapkan sayang padanya"

"Sekarang kamu boleh buka mata kamu perlahan lalu tersenyumlah. Sesi kali ini selesai ya na, kamu hebat" puji dr. Afifa.

Yumna hanya tersenyum sambil mengusap air matanya, merasakan bebannya runtuh hari ini.Yumna selesai melakukan sesinya, selama kurang lebih 2 jam. Tentu saja selama 2 jam banyak air mata yang mengalir. Wajah Yumna menjadi sembab tapi hatinya menjadi plong dan bisa tersenyum bahagia.

"Terima kasih ya dok"

"Sama sama na, mulai sekarang ingat ya jangan menahan beban sendirian. Bahagianya orang lain bukan tanggung jawabmu. Yang utama kamu harus membahagiakan diri kamu dulu. Bagaimana orang lain akan bahagia dengan kamu, jika kamu sendiri tidak bahagia dengan diri kamu? ya kan?" ucap dr. Afifa sembari tersenyum

"Baik dok" jawab Yumna

Terima kasih pembaca masih setia membaca karyaku, tanpa kalian aku tidak akan semangat untuk menulis lagi. Bisa kasih komen dan masukannya ya untuk terus melanjutkan atau tidak. Maaf tidak bisa menyebutkan satu persatu. Love All.

Jangan pelit PS nya yaa ;)

Saranghae.

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

ElLail888creators' thoughts