webnovel

YangTerpilih (YTP)

Bruk "Aaa" suara sesuatu terjatuh menabrak sesuatu. Ya benar saja karena terburu-buru takut ketinggalan kereta akhirnya yumna menabrak pintu masuk stasiun. 'haaaah untung masih pagi gak ada orang, haahaa' batin yumna. Sedang diseberang sana ada yang terkekeh melihat Yumna terjatuh menabrak pintu masuk, namun merasa kasihan. Penampilannya saat ini terlihat berantakan, tapi gadis ini selalu cuek dengan penampilannya. Dia juga gadis mandiri yang tidak peduli meski kemana-mana seorang diri. Bahkan ketika dia bosan, tak jarang untuk pegi ke mall, toko buku, atau kuliner seorang diri. Pagi itu, dia berencana untuk pulang ke rumah orangtuanya yang berada di Malang menggunakan kereta seperti biasa. Ya, sudah beberapa tahun ini yumna merantau ke surabaya untuk bekerja dan belum sempat pulang beberapa bulan ini. *dalam gerbong kereta... '16D kan? bukankah ini tempat dudukku? kok ada orangnya si?' batin yumna dengan kesal karena tempat itu sudah ia pilih melalui aplikasi. 'Sengaja pesan samping jendela malah dipake orang, huuuhhh'. Orang itu menghadap ke jendela dan mendengarkan musik, tak menyadari kedatangan Yumna karena sudah tertidur. Akhirnya Yumna mengalah dan duduk disebelahnya. Karena hari masih terlalu pagi, yumna pun memasang headset dan memejamkan mata. Saat terbangun, dia merasa ada sepasang mata memperhatikannya. Yah benar saja, orang yang duduk disebelah melihatnya. tanpa sadar ternyata Yumna menyenderkan kepala dibahu orang itu. siapa orang itu ? dan bagaimana kisah Yumna selanjutnya? Yuk simak. Ada juga kisah perjuangan Yumna di Novel Surat Cinta Dari Allah.

ElLail888 · Teen
Not enough ratings
58 Chs

Kepergiannya . . .

Dengan berat hati mas Raffli menceritakan semuanya kepadaku. Mendengar itu tentu saja aku tidak percaya, bagaimana mungkin ini terjadi sedangkan beberapa hari lagi memang mas Dicky akan pulang.

🔹🔹🔹

"Jenazahnya malam ini tiba di Jakarta"

"Tidak mungkin, mas Raffli bercanda. hiks"

"Mas Dicky janji bakal pulang, dan minggu depan kami . . ." suaraku berhenti tak bisa ku lanjutkan lagi

Setelah pertunangan kami, mas Dicky langsung mengajakku untuk memperisapkan untuk pengajuan nikah di Jakarta. Ya, ketika akan menikah kami harus menunggu persetujuan dari komandan tempatnya bertugas.

Selama 1 bulan aku bolak-balik Malang Jakarta untuk mempersiapkan dan mengikuti berbagai tes. Hari itu dia datang memberi kabar jika akan bertugas ke Afrika Tengah selama 8 bulan. Rencananya setelah pulangnya dari Afrika, kami akan melangsungkan pernikahan.

"Bagaimana bisa dia meninggalkan aku sendirian di sini" aku masih tidak percaya dengan surat yang ku baca

"Maafkan aku Ta" ucap mas Raffli lirih tak tahu harus bagaimana melihatku sangat terpuruk. Pasalnya setelah mas Dicky pulang, kami akan melangsungkan pernikahan. Persiapan sudah 95% dan hari ini seperti tersambar petir di hari yang terang, kabar kepergiannya datang menghampiriku.

Saat itu tiba-tiba saja pandangan terlihat gelap, lalu suara mas Raffli tidak terdengar lagi dan aku sudah tidak sadarkan diri di ruang tamu.

Aku dan keluarga mas Dicky langsung terbang ke Jakarta menjemput mas Dicky.Tak berapa lama jenazahnya tiba di Indonesia.

Aku tak kuasa menahan tangis, berkali-kali jatuh pingsan tak sadarkan diri. Umi pun demikian, tapi masih mencoba menguatkan aku.

"Sabar ya nduk, iki mergo gusti Allah sayang ndek Dicky. Kito nduweni rencono, tapi Allah seng nentokno" hibur umi

"Nggeh mi" aku sudah tidak bisa berkata apapun lagi.

Setelah prosesi serah terima jenazah, kami pun pulang bersama. Pulang dalam keadaan dia sudah tidak bernyawa lagi.

"Mas, kenapa kamu ingkari janji kamu? bukankah kamu janji akan pulang dalam keadaan selamat? satu minggu lagi pernikahan kita" aku berkata lirih yang hanya terdengar olehku sendiri.

Bunda dan umi hanya bisa mengusap punggungku memberi dukungan. Bagaimana tidak terpuruk, mas Dicky meninggalkanku tepat seminggu sebelum pernikahan kami.

Keesokan harinya jenazahnya di makamkan dengan upacara militer karena gugur dalam tugas.

"Ini saat terakhirku melihat kamu mas, selamat jalan semoga kamu bahagia di sana. Semoga kelak kita akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya." batinku dengan mata sembab dan air mata yang sudah terasa kering.

Semua orang sudah pergi, yang masih di sini hanya aku dan keluarga serta mas Raffli. Ini seperti mimpi, aku seperti bermimpi buruk yang tak pernah terbayangkan.

🎼 🎼 🎼

Tak pernah terpikir olehku

Tak sedikit pun kubayangkan

Kau akan pergi tinggalkanku sendiri

Begitu sulit kubayangkan

Begitu sakit kurasakan

Kau akan pergi tinggalkanku sendiri

Di bawah batu nisan kini

Kau telah sandarkan

Kasih sayang kamu begitu dalam

Sungguh 'ku tak sanggup ini terjadi

Karena 'ku sangat cinta

Inilah saat terakhirku melihat kamu

Jatuh air mataku menangis pilu

Hanya mampu ucapkan

Selamat jalan, kasih

Satu jam saja 'ku telah bisa

Cintai kamu, kamu, kamu di hatiku

Namun bagiku melupakanmu

Butuh waktuku seumur hidup

Satu jam saja 'ku telah bisa

Sayangi kamu di hatiku

Namun bagiku melupakanmu

Butuh waktuku seumur hidup

Di nantiku

Inilah saat terakhirku melihat kamu

Jatuh air mataku menangis pilu

Hanya mampu ucapkan

Selamat jalan, kasih

Satu jam saja 'ku telah bisa

Cintai kamu, kamu, kamu di hatiku

Namun bagiku melupakanmu

Butuh waktuku seumur hidup

Satu jam saja 'ku telah bisa

Sayangi kamu di hatiku

Namun bagiku melupakanmu

Butuh waktuku seumur hidup

🎼 🎼 🎼

Lalu aku pulang dengan langkah lemas di gandeng oleh bunda. Aku masuk ke kamar dan beristirahat lalu tertidur. Ya, aku masih berharao apa yang ku alami adalah mimpi. Ternyata ini adalah kenyataan yang harus aku hadapi. Di dalam kamar ku dengarkan musik dari radio yang sengaja ku nyalakan agar aku tak merasa sendiri.

🎼 🎼 🎼

Pagi berkabut dinginnya menusuk

Hatiku yang sedang pilu

Semalam sudah mataku membasah

Harapkan jalan keluar

Tiada pernah terbayangkan

Secepat inikah semua menghilang

Kumohon izinkanku memelukmu sekali lagi

Biar jadi kenangan indahku terakhir kali

Relakan relakan tapi hatiku pilu

Apaku salah tolong maafkan

Aku tak bisa lagi meminta

Berjalan Tinggalkan menoleh kebelakang

sirna sirna sirna

Tiada pernah terbayangkan secepat inikah

Semua menghilang

Ku mohon izinkanku memelukmu sekali lagi

Biar jadi kenangan indahku terakhir kali

Relakan relakan tapi hatiku

Ku mohon izinkanku memelukmu sekali lagi

Biar jadi kenangan indahku terakhir kali

Relakan relakan tapi hatiku

Relakan relakan tapi hatiku

Pagi berkabut dinginnya menusuk

Hatiku yang sedang pilu

🎼 🎼 🎼

Lagu itu seperti menggambarkan perasaan yang ku alami saat ini. Beberapa waktu berlalu sejak kepergiannya aku menjadi lebih banyak diam dan mengurung diri di kamar. Aku hampir depresi, tak pernah makan apalagi keluar kamar. Hanya sesekali menyapa ayah bunda.

"Nduk kamu makan ya !! " bujuk bunda

Aku hanya menggeleng, tatapanku kosong seolah mendengar tapi hanya berlalu begitu saja.

"Nduk ikhlasno !! Dicky wis tenang nang kono" ucap bunda

Aku hanya bisa menangis dengan tangan memegang lututku. Sambil mengusap lembut kepalaku. Lalu aku memeluk bunda dengan erat, tidak tahu lagi harus berkata apa. Perasaanku tak bisa di jelaskan dengan kata-kata.

Dua bulan telah berlalu, aku masih larut dalam kesedihan karena kepergiannya.

'Tok tok tok'

Suara ketukan pintu dan salam terdengar dari luar. Terdengar suara orang berbincang di ruang tamu. Aku tidak ambil pusing dengan itu. Tiba-tiba bunda masuk ke kamar, mengajakku ke luar untuk menemui seseorang itu.

"Umi" aku mencium tangannya dan memeluknya dengan erat.

"Piye kabare nduk?"

"Alhamdulillah mi"

"Sini nduk, umi mau bicara. . . " tampak sedikit ragi tapi umi melankutkan perkataannya.

"Nduk Dicky wis tenang, kamu kudu ikhlas. Uripmu yo kudu tetep lanjutno, Dicky yo mesti bakalan gak tenang ndelok kamu ngene nduk" begitulah ucapan yang terdengar dari umi.

"Kamu tetap menjadi anak umi, tapi umi juga tidak ingin kamu berlarut dalam kesedihan. Bukalah hatimu lagi untuk lelaki yang baru".

"Tapi mi. . ." aku hanya menggeleng mendengar permintaan umi.Tidak akan secepat itu melupakan mas Dicky.

"Tidak untuk sekarang ini, mi"

"Umi tidak menyuruh kamu melupakan dia, dan mungkin tidak sekarang, tapi ikhlaskan ya nduk biar dia tenang di alam sana"

"Nggeh mi insha Allah, tapi Tata tetap masih boleh ke rumah kan mi?" umi mengangguk dan memelukku dengan erat.

Nasehat umi aku dengarkan secara seksama, sesekali bunda juga ikut menasehati dan menghiburku.

Aku kembali ke kamar, masih mengurung diri dan tak ingin bertemu siapapun. Sedikit lega setelah mendengar nasehat umi dan bunda, tapi hatiku belum bisa menerima sepenuhnha kenyataan ini.

**

"Yah, bagaimana ini? Sudah 2 bulan ini Tata tidak mau keluar kamar. Badannya saat ini semakin kurus, bahkan bunda tidak pernah mendengar tawa dan keusilannya lagi. Bunda khawatir keadaan psikisnya semakin memburuk" ucap bunda sambil berderai air mata melihat aku hanya mengurung diri di kamar.

Beberapa bab ini akan flash back dan mungkin akan banyak menceritakan kisah Yumna dan Dicky. Mohon maaf juga kalau banyak kepenulisan yang kurang sesuai EYD, dan ceritanya kurang menarik. Ini adalah first time nulis cerita. Kasih komennya dong kak, biar semangat ?

ElLail888creators' thoughts