1 Bab. 1

(Perdesaan, tahun 2000)

 

"Bella...!!" suara melengking itu membuat Bella terdiam sejenak.

"Iya mama. "sahut Bella yang kembali membongkar isi lemarinya.

Wanita paruh baya itu berdiri diambang pintu kamar, sembari menatap tajam putri semata wayangnya itu.

"Kamu ga liat ini jam berapa?"ucapnya dengan nada geram.

Bella menoleh kearah wanita itu sejenak, lalu kembali mencari cari sesuatu didalam lemari.

"Dasi Bella lari mah. Ga tau kemana?"sahutnya kesal.

Mamahnya tidak tahu apa dia sedang kesulitan sekarang.

Kalau sampai dasi abu abunya tidak ketemu, bisa dipidato bolak balik sama buk BK. Apalagi hari ini ada gelar razia dasi. Bisa gawat.

"Emang dasi punya kaki bisa lari. Kalau ga kamu ilangin ga bakal ilang."kata sang mama.

Bella menatap pasrah lemarinya yang sudah berantakkan, lalu menoleh menatap sang mama dengan wajah melas.

"Apa?"tanya sang mama melihat wajah anaknya yang mulai mencari perhatian. Ia tahu gelagat anak semata wayangnya itu, tidak lain ingin bolos sekolah.

"Mah Bella bolos yah. Nanti izin pake surat sakit. "gumam Bella sambil memanyunkan bibirnya.

Sang mama menggeleng. "No, no.. No.. Kamu harus sekolah. Dalam sebulan ini udah berapa kali kamu bolos. Emang mau tua disekolah?"tegas mama yang menohok Bella.

Bella melenguh pasrah. Ia meraih tas kuningnya sembari jongkok memasang sepatu.

"Ya deh, Bella berangkat."gumamnya seraya menyodorkan tangan. Sang mama memberikan tangannya. Bella langsung mencium takzim tangan sang mama, lalu berjalan keluar.

"Assalamualaikum."

"Tumben agak telat?."tanya Rini kepada Bella yang sudah berada diluar rumah.

"Biasa kebo!"sela Qori sambil memainkan ponselnya.

Bella menatap Rini, kemudian menatap Qori kesal. Ia mengayunkan kakinya, menendang tungkai kaki pria itu dengan keras.

"Aws.." Qori menjerit kesakitan sekaligus terkejut.

"Bella ga kebo yah."sungut Bella sembari menunjuk kerah bajunya. "Tadi Bella cari dasi dulu."

Rini menatap kerah Bella, "Bukannya dasi Bella didalam tas yah seingat Rini begitu."

Bella menoleh kearah Rini, kemudian segera membongkar tasnya. Dan yang benar saja, dasi yang sendari pagi ia cari tergeletak manis didalam tas. Ia menyesal tidak membuka tasnya terlebih dahulu.

Sambil terkekeh malu Bella memasangkan dasi abu abunya dikerah baju.

"Makanya jangan pikun!"tuding Qori yang membuat Bella merengut.

"Bella ga pikun, tapi lupa Qori."sela Bella membela diri.

Rini menatap Qori dan Bella bergantian. "Sudah sudah, waktunya berangkat."selanya sembari mendorong kedua temannya itu untuk melangkah.

  -_

-SMA 1 Perwira-

"Ujang. !!" panggil Bella sembari mendorong pelan pria yang duduk dihadapannya.

Pria yang bernama Ujang menoleh kearah Bella. "Kenapa?"tanyanya dengan nada malas.

"Bapak Ujang jualan bakso kan?"

Dahi Ujang berkerut. "Emang kapan bapak Ujang cuti jualan?" sungutnya.

Bella mengayunkan buku tebal keatas kepala Ujang. "Santai donk Ujang jangan ngegas."

Ujang mengaduh pelan seraya mengusap pelan kepalanya. Benjol benjol dah kepala Ujang.

"Emang kenapa nanya bapak Ujang jualan?"tanya Ujang kesal.

"Ga ada, cuman nanya. Soalnya kan bapak Ujang suka marah marah. Siapa tau gitu bapak Ujang diusir kampung sebelah." sahut Bella dengan santai.

Ujang menggeram pelan. Pria itu meraih telinga Bella, lalu mencubitnya dengan keras. "Kalo ngomong jangan doain apa."

"Ehh... Te...tee.. Sakit Ujang." Seru Bella sembari meringis kesakitan.

  Bella memukul kasar tangan Ujang. Hingga pria itu melepaskan telinganya. "Tapi emang bener bapak ujang galak. "gumamnya sambil mengusap daun telinga yang sudah memerah.

Ujang membulatkan matanya, menatap Bella dengan tajam. "Kamu mau dijadikan bakso sama bapak?"

  Bella menggeleng takut. "Aaa tidakkkk bapak Ujang gaya monsterr..."pekiknya sambil berlari keluar kelas.

Qori yang melihat Bella berlari keluar pun hanya menggeleng pelan. Gadis itu memang suka menjaili Ujang. Hanya karena Bapaknya Ujang memiliki wajah yang menakutkan.

"Untung cewe.. Kalo cowo bener Ujang jadiin bakso si Bella."gerutu Ujang seraya menjatohkan kembali bokongnya diatas kursi.

Qori terkekeh. "Sabar Jang, ngadepin cewe macem Bella mah banyak banyak istigfar." sahutnya.

Ujang menoleh kearah Qori. "Itu anak memang minta diruqyah yah."

Qori hanya mengangguk ngangguk pelan mengladeni ocehan Ujang sambil terkekeh geli. Bukan dia saja selama ini yang merasakan kekesalan terhadap Bella, tapi Ujang juga. Setidaknya dia tidak merasakan sendiri.

---

Bella menenteng sepatunya. Membiarkan kaki mulusnya berjalan diatas tanah berlumpur. Perlahan ia melewati jalan yang berada ditengah sawah. Karena takut kakinya merosot masuk kedalam sawah.

Qori yang melihatnya jengah. "Kenapa harus lewat sawah sih kalo takut kotor."

"Bella mau cepet sampe rumah. Mama katanya buat sayur pete."sahut Bella tanpa menoleh kearah Qori.

Pria itu mendesis pelan. "Cewe kok doyan pete."

"Suka suka Bella, daripada Qori ga doyan sayuran. Makanya badan Qori kurus gaya ikan teri kata pak Romlah." sahut Bella kesal.

Qori mendorong pelan bahu Bella dari belakang. Membuat gadis itu hampir terjatuh kedalam sawah jika ia tidak cepat cepat menyeimbangkan diri.

Bella membalikkan badan, menatap kesal kearah Qori dengan bibir yang sudah memanyun sepanjang 5centi.

"Qori, kalo Bella tadi jatuh gimana?" serunya kesal.

"Tinggal naik."sahut Qori santai.

Bella menggeram kesal. Gadis itu menjongkok, mencolek lumpur yang ada didalam sawah dengan jari telunjuknya. Kemudian ia bangkit sembari mencolekkan pipi Qori dengan lumpur yang ada dijarinya.

"Makan tuh lumpur." geramnya.

Qori mengjingkat taget, sontak ia memegang pipinya yang sudah tercolek lumpur. "Eh,.. "gumamnya sambil membersihkan lumpur yang ada dipipi.

Mata Qori melotot. "Bella... "desisnya dengan nada penuh amarah.

Waduh gawat nih. Bella berbalik, lalu berlari kabur.

"Waaa.... Qori gaya monster..."serunya sembari berlari kebirit birit.

Qori hanya diam ditempat, menatap Bella yang berlari jauh dengan kesal. "Awas Bella sialan."

avataravatar
Next chapter