1 Ch. 01 - Pemuda Dengan Seekor Keledai

Dua ratus tahun lalu, telah ditemukan sebuah batu ramalan yang terkubur di sebuah gundukan pemakaman. Ramalan itu bertuliskan bahwa akan ada seorang anak yang lahir dengan memiliki mata berwarna merah menyala seperti darah. Dan ketika besar, anak itu akan menjadi pengacau dunia yang tidak manusiawi.

Anak itu harus dibunuh bersama dengan ibunya yang telah melahirkannya.

Selama beberapa tahun, ramalan itu menjadi satu-satunya yang ditakuti oleh seluruh manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menjadi lupa akan ramalan tersebut dan menganggapnya sebagai dongeng anak-anak. Karena selama ratusan tahun, mereka tidak pernah menemukan bayi yang lahir dengan bola mata berwarna merah.

****

Pegunungan Yongwu, Tahun 45 Dinasti Huanwu.

"Haah,... Hidup ini terasa membosankan jika tidak ada satupun penjahat. Bukankah begitu, Tuan keledai?" ucap seorang pemuda berumur 14 tahun yang sedang menunggangi keledainya dengan wajah bosan dan muram.

Pemuda itu memiliki rambut yang dikuncir kuda dan berwarna hitam legam. Ia memakai penutup mata di sebelah kirinya sedangkan mata kanannya berwarna ombak laut. Alisnya tajam seperti pedang dan bentuk matanya begitu dingin serta kulitnya berwarna putih bubur gandum. Ia adalah seorang pengelana yang identitasnya belum diketahui oleh siapapun. Selama ini, ia hanya ditemani oleh satu-satunya keledai peliharaannya bernama Tuan muda. Lalu, pemuda yang sedang bercengkrama dengan keledainya sendiri bernama, Xiao Zhiyuan.

"Tuan keledai! Katakan sesuatu! Ayolah! Sudah seminggu aku tidak pernah berbicara dengan seseorang!" celetuk Xiao Zhiyuan dengan nada emosional.

Namun, Tuan keledai hanya diam saja seakan malas untuk merespon apa yang dikatakan oleh Xiao Zhiyuan padanya. Wajah Tuan keledai begitu menyinggung perkataan yang dikeluarkan oleh Xiao Zhiyuan. Ia tampak kesal dan bosan karena terus menjadi hewan tunggangan. Tuan keledai seakan berpikir bahwa dunia ini telah terbalik. Ia ingin Xiao Zhiyuan tidak lagi berdiri di atas punggungnya akan tetapi, sebaiknya. Tuan keledai ingin menunggangi punggung Xiao Zhiyuan yang sempit dan tidak cukup untuk dua orang.

"Hei! Tuan keledai! Kau sedang memikirkan apa? Kau tidak berpikir untuk meninggalkanku begitu saja 'kan?" celetuk Xiao Zhiyuan yang memperhatikan. "... Jika kau pergi, siapa yang akan menjadi kendaraanku? Aku tidak mungkin membayar orang lain untuk menjadi tunggangan ku. Lagipula, itu benar-benar tidak manusiawi—

Tiba-tiba saja Tuan keledai mengangkat kedua kaki depannya sehingga hal itu membuat Xiao Zhiyuan terjatuh dan terbanting ke belakang. Setelah Tuan keledai berhasil membuat Xiao Zhiyuan pergi dari atas punggungnya, ia pun segera lari dari tempat tersebut mendahului Xiao Zhiyuan yang kepalanya membentur tanah.

".... Dimana ini? Sepertinya aku hilang ingatan."

***

Kabupaten Li Sheng, wilayah kekuasaan Istana Kaisar Lan Yan.

"Hei! Hei! Lihat laki-laki itu! Dia tampan sekali." ucap salah seorang gadis desa saat ia berada di antara gadis-gadis yang lain ketika mereka melihat seorang pemuda berumur 14 tahun yang sedang berdiri di depan seorang pedagang buah-buahan.

"Menurutmu, dia itu berasal dari mana? Mungkinkah dia berasal dari Istana Lan Yan?"

"Tidak mungkin! Istana Lan Yan dan Kabupaten Li Sheng sangat jauh. Memangnya ada orang Istana yang mau berkunjung ke tempat ini?"

Tiba-tiba saja angin berhembus sangat kencang, membuat rambut panjang pemuda tersebut mengibas mengikuti arah angin. Pemuda dengan bola mata berwarna hijau zamrud dan rambut berwarna hitam, membuat penampilannya tampak memukau di depan para gadis-gadis yang sedang berada di sekitarnya. Mereka tidak tahu darimana datangnya pemuda ini. Tetapi, tampaknya para gadis di sana begitu memperhatikannya dengan tatapan menggoda.

"Entah kenapa suasana di sini semakin dingin saja. Aku seperti sedang diawasi oleh banyak pasang mata. Mungkin, sebaiknya aku cepat-cepat pergi sebelum mereka menyerangku lebih dulu." batin pemuda sambil berjalan meninggalkan kabupaten Li Sheng dengan terburu-buru.

"Tuan muda! Kau ingin pergi kemana? Ayolah, bermain sebentar denganku!" ucap seorang gadis desa yang langsung merangkul tangan pemuda sehingga membuatnya tampak canggung. Apalagi, pakaian gadis ini begitu terbuka dan membuatnya merasa telah menodai penglihatannya sendiri.

"M~ maaf nona. Aku sedang terburu-buru." celetuk pemuda yang langsung menampar tangan gadis tersebut dan berlari meninggalkan tempatnya.

Setelah ia berlari cukup lama dan akhirnya ia pun berhasil keluar dari sebuah tempat yang dipenuhi dengan gadis-gadis aneh. Ia tampak lega setelah akhirnya ia bisa terbebas dari mereka semua. Sisanya, ia hanya harus mencari bagaimana caranya ia bisa menemukan tempat tinggalnya sendiri setelah ia diculik oleh sekelompok penjahat.

"Karena Ayah tidak pernah mengizinkanku keluar, aku tidak tahu kemana arah menuju Longyuan. Sepertinya aku semakin tersesat." gumam pemuda sambil menatap sekitar yang dipenuhi dengan penduduk desa yang sedang bekerja sebagai tukang kayu.

Tak lama setelah ia melamun sambil memikirkan cara untuk pulang, ringkik seekor keledai semakin terdengar di telinganya. Dan disaat itulah ketika ia terjatuh secara tiba-tiba setelah seekor keledai menyeruduknya dari belakang.

Pemuda itu terbanting ke depan dan membuat wajahnya kusam karena debu. Setelah itu, ia pun menoleh ke belakang dan melihat seekor keledai berkalung lonceng emas dan beberapa hiasan kuda lainnya.

"Sepertinya keledai ini lepas dari majikannya." batin pemuda setelah ia melihat seekor keledai yang sedang menatapnya dengan jengkel.

"Tuan muda, kau baik-baik saja?" tanya seorang penduduk desa yang langsung berlari menghampirinya.

Pemuda itu tertegun dan menjawab, "Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya. Ngomong-ngomong, apakah keledai ini milikmu?" tanya balik pemuda.

Penduduk desa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak tahu siapa pemilik dari keledai ini. Tapi, yang jelas tidak ada seorangpun di desa ini yang memelihara seekor keledai.

Merasa cukup dengan jawaban tersebut, pemuda itu merogoh sesuatu dari dalam pakaiannya. Tak lama setelahnya, sebuah apel merah telah diambil olehnya dan ditujukan pada seekor keledai yang tampaknya sedang marah padanya.

"Tuan keledai tampaknya sedang marah. Bisakah aku memberikan apel kecil ini untukmu?" ucap pemuda seolah ia sedang berbicara dengan seseorang.

Saat keledai itu akan memakan apel yang masih berada di atas tangan pemuda, tiba-tiba saja ada orang lain yang langsung mengambil apel tersebut dan memakannya untuk dirinya sendiri.

"Haha! Kau rupanya pandai sekali merayu orang lain, Tuan keledai! Tapi, sayang sekali apel ini aku saja yang makan karena kau telah membuat majikan mu terluka!" ketus pemuda yang mengambil apel tersebut dari seorang pemuda yang baik hati.

Setelah mendengar suaranya, pemuda yang memberikan apel tersebut tampak terkejut dan langsung menatap ke arah pemuda lainnya yang sedang berdiri di hadapannya.

Pemuda dengan satu mata yang memiliki warna sangat indah. Pandangannya sedang menatap dingin ke arahnya. Ia tampak sedang berhenti mengunyah ketika keduanya saling memberikan tatapan heran.

Dan ternyata, pemuda yang sudah mengambil apel miliknya adalah Xiao Zhiyuan yang sedang mencari Tuan keledai meskipun sebenarnya ia tidak peduli apakah Tuan keledai sudah disembelih oleh penduduk desa atau tidak.

"Hei! Tuan! Berhentilah menatapku! Sebaiknya kau lihat wajahmu itu! Jika kau tidak segera membersihkannya, tidak akan ada wanita yang ingin mendekatimu!" celetuk Xiao Zhiyuan setelah ia merasa heran karena pemuda yang terus menatapnya. Mungkin saja karena pemuda ini merasa heran dan penasaran setelah melihat bola mata kiri Xiao Zhiyuan yang sengaja ditutup.

Pemuda itu tertegun dan segera mengusap wajahnya menggunakan lengan pakaiannya sendiri. Merasa hal itu akan semakin membuat wajah pemuda itu semakin jelek dan kotor, Xiao Zhiyuan berinisiatif untuk memberikannya sebuah sapu tangan bersih padanya.

"Pakailah ini! Wajahmu akan semakin kotor jika tetap dibersihkan dengan pakaian yang kau pakai!" ketus Xiao Zhiyuan sambil memberikan sapu tangannya.

Pemuda itu tampak terkejut dan mengambil sapu tangan yang telah diberikan padanya dan kemudian ia pun membersihkan wajahnya yang tampak kotor.

Setelah melihat wajahnya yang sudah bersih kembali, Xiao Zhiyuan menarik tali tunggangan milik Tuan keledai dan segera pergi dari tempat tersebut tanpa mengatakan apapun.

Namun, ketika ia merasa kalau masalahnya telah selesai, pemuda yang ditolongnya tadi kembali berlari menghampirinya dan berkata, "Tuan muda! Tuan muda! Kau mau kemana?"

Xiao Zhiyuan langsung mendapatkan firasat buruk setelah pemuda ini kembali berlari menghampirinya. Ia pun segera mengabaikannya dan melompat, menaiki punggung Tuan keledai.

Seolah mengerti apa yang akan dikatakan oleh Xiao Zhiyuan selanjutnya, Tuan keledai terdiam dan mematung di tempat. Ia tidak ingin berjalan ketika Xiao Zhiyuan memerintahkannya untuk segera pergi dari tempatnya.

"Hei! Tuan keledai! Tunggu apalagi?! Ayo kita pergi!" ucap Xiao Zhiyuan dengan nada memaksa.

Tuan keledai tetap diam dan menatapnya dengan tajam.

"Apakah kau marah setelah aku memakan apel milikmu? Ayolah! Aku akan menyogokmu nanti jika aku punya uang!" ucap Xiao Zhiyuan yang mulai kesal dengan sikap yang ditunjukkan tuan keledai.

"Tuan muda, mengapa kau terburu-buru? Aku ingin berterima kasih karena telah membantuku. Aku akan mengembalikan sapu tangan milikmu lain kali." ucap pemuda dengan wajah yang tampak ramah dan baik hati.

"Haha! Mencoba untuk menggodaku?! Sayang sekali, kau tidak akan bisa!" batin Xiao Zhiyuan yang membangga-banggakan kemampuan prediksinya.

"Ngomong-ngomong, bisakah aku ikut dengan Tuan muda? Kebetulan sekali aku tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang." ucap pemuda kembali.

"Hah? Jadi kau ingin aku mengantarmu pulang?" celetuk Xiao Zhiyuan tanpa memikirkannya.

Pemuda langsung menjawab, "T~ tidak Tuan muda! Sebenarnya, aku tidak ingin pulang. Hanya saja, saat ini aku benar-benar tersesat dan seperti orang yang kebingungan. Aku tidak tahu bagaimana sikap orang-orang yang berada di luar kediaman karena aku tidak pernah keluar dari rumah. Dan setelah aku melihat Tuan muda, tampaknya kau telah menempuh perjalanan panjang dan sangat mengerti bagaimana sikap orang-orang luar. Karena itu, aku ingin mengikutimu agar aku tahu bagaimana kehidupan luar yang sebenarnya."

Xiao Zhiyuan menatapnya dengan bingung dan bertanya, "Apakah itu sebuah pujian? Aku sama sekali tidak mengerti setiap kata yang kau bicarakan."

Pemuda langsung menjawabnya, "Itu adalah sebuah pujian! Tuan muda begitu hebat! Aku salut melihatmu!"

Wajah Xiao Zhiyuan seketika memerah dan tertawa pelan saat selesai mendengarnya. "... Hei! Kau pikir aku ini adalah orang yang menyukai pujian? Apakah kau pikir dengan mendengarmu berbicara, hal itu akan membuat pola pikirku berubah?"

Pemuda itu terdiam dengan wajah yang tampak bersalah.

Tuan keledai tampak sangat marah setelah ia melihat wajah pemuda di sebelahnya. Ia pun kembali mengangkat kaki depannya sehingga hal itu membuat Xiao Zhiyuan terbanting ke belakang seperti kejadian yang baru saja menimpanya.

"Hei! Apa salahku! Mengapa kau selalu saja melakukan hal ini padaku, Tuan keledai!" teriak Xiao Zhiyuan sambil memegangi tengkuk lehernya yang terasa pegal.

Tuan keledai langsung berdiri di belakang pemuda seolah ia tidak ingin meninggalkan pemuda asing yang ada di depannya.

"Hei! Kau tidak sedang bercanda 'kan Tuan keledai? Setelah apa yang aku lakukan padamu, kau lebih memilihnya?" ucap Xiao Zhiyuan yang merasa dikhianati setelah Tuan keledai lebih memilih pemuda yang tidak dikenalnya dibandingkan dengan dirinya yang sudah merawatnya sejak kecil.

Tuan keledai menatapnya dengan jengkel dan membuang wajahnya.

Pemuda di depannya tertawa kecil dan berkata, "... Aku rasa terjadi kesalahpahaman di sini. Aku tidak berniat untuk mengambil Tuan keledai darimu." ucap pemuda dengan segan.

"Huh! Lagipula siapa yang membutuhkannya? Aku merasa tidak keberatan jika kau ingin menyembelihnya dan dijadikan makanan untuk satu desa! Silahkan saja lakukan semaumu! Aku akan pergi!" ketus Xiao Zhiyuan yang langsung pergi menjauhi mereka.

Baru beberapa langkah ia meninggalkannya, tiba-tiba saja Xiao Zhiyuan ambruk di tempat dan membuat pemuda di belakangnya tampak terkejut.

"Ahh, keledai itu! Bisa-bisanya dia memanggil arwah untuk menindih tubuhku!" batin Xiao Zhiyuan yang tampak kesal setelah ia merasa seperti ditindih oleh beban yang sangat berat.

avataravatar