webnovel

Elysha = El Reski

Setelah hujan semalaman, sekujur mata memandang kan terlihat tanah basah. Ada sudut yang tergenang, ada yang cuma berubah warna, menggelap—basah. Ini sedang musim hujan, heh, bahkan kini kendati matahari telah tampakkan diri, mendung masih menggantung.

Suasana yang sangat mendukung gerakan malas gerak sedunia. Apalagi di Indonesia yang konon katanya, gaya gravitasi lebih tinggi dari seluruh negara di permukaan bumi.

Benar saja. Di dalam cuaca yang seperti ini, suara bip bip bip terdengar dari kamar seorang pemuda yang setengah terbuka. Alarm ponselnya sedari tadi berisik, berusaha membangunkan lelaki berambut acak kadut yang tengah malang kadak di tengah kasur. Meski begitu, tampaknya alarm sekeras apa pun tak akan mengganggu lelaki berambut abu itu.

Dia masih sibuk terlelap.

Bahkan ada liur di ujung bibirnya yang sedikit terbuka.

"El! EEELLLL!!"

Sampai suara menggelegar itu mengguncang rumahnya, tentu saja.

"El Reski Firnanda!"

Lagi, teriakan ala emak-emak terdengar. Tidak dekat tapi cukup kencang. Sepertinya dari luar sana teriakan berasal.

"Bocah budut! Bangun!"

Tapi makin lama makin mendekat. Bahkan Bum bum bum! hentakan kaki terdengar. Lantai kayu kriyat kriyet, sedikit berderit mengikuti langkah kaki.

Lalu suara braaak! keras mengikuti. Pintu kamar menjeblak keras, terbuka dengan ditendang.

Sosok wanita berdaster berambut nyentrik setengah putih setengah hitam tampak. Ia berkacak pinggang dengan kepala terangkat. Matanya berkilat galak. Roll di atas kepala gundal gandul mengikuti gerakannya.

Begitu ia melihat manusia bernama El Reski masih juga tidur di atas kasur, muka buibu itu makin murka. Buru-buru dia mengambil penebah dan ...

"Buanguuuun bocah maleeees!"

Emak-emak itu mulai menyabetkan tebahnya ke sembarang arah, yang jelas mendekati El yang masih tengkurap, tapi tidak tepat ke daging hingga berikan luka.

Aksi super yang langsung membuat pemuda berkulit putih di sana jenggirat bangun. Ia terlonjak dengan mata membelalak. Napasnya memburu, mulut terbuka. Hatinya jumpalitan ngeri mendengar bam bum bam bum suara tebasan tebah emak.

Kaget nggak lu semisal diginiin sama mak lu pas lu lagi tidur? Ya sama. El juga.

Dari wajahnya, El terlihat jelas sangat terkejut di sini.

Tapi ada yang aneh ... dia tak langsung tanggap.

Mukanya seperti dia tak mengerti apa yang terjadi.

Bingung, linglung.

Sedetik dia loading.

Dia memandangi kamarnya dengan seksama, kerutan muncul di kening. Asing. Asing!

Er ... asing?

Pandangan bergeser, ia dapati wanita paruh baya sedang menjerit-jerit ke arahnya sambil mengacungkan sapu lidi.

El diam. Otaknya masih berputar. Wanita itu ... dia familiar. Tubuhnya familiar. Tapi dia tak kenal.

Wait. Wait. Tubuhnya?

Mimik itu kontan bersinar, ia mengingat sesuatu!

Yang dia lakukan detik berikutnya adalah menunduk lalu tanpa babibu menarik kolor celananya hingga ada burung nampak sedikit.

Ah! Benar juga! El teringat. Beberapa hari lalu dia tertan—

"WOI BOCAH MESUUUUUUM!"

Paaak! Dalam hitungan detik, gegara aksi melihat Mr. P sendiri, tampolan sapu mendarat di kepala pemuda itu. Membuatnya telah terhuyung, kembali terjerembab ke atas kasur.

Ah ... iya. Selamat pagi~ halo. Dia Elysha—eh, El Reski.

"El? Hoi!" Wanita paruh baya di sana, si emak, mungkin tahu telah melakukan kekerasan dalam rumah tangga, memutuskan untuk mengecek keadaan anak lelakinya. Ia menoelkan sapu lidinya ke arah pipi El. Mukanya masih tertekuk, tangan berkacak pinggang, tapi gerakan yang ia berikan konstan.

Elysha, aih salah, El Reski Firnanda sekarang, hanya bisa mengerang dan menepis lidi itu. "Iya buk iya, bangun nih," katanya dengan suara berat.

El masih super mengantuk sebenarnya, tapi Ibunda pemilik tubuh ini super keras kalau pagi hari begini. Kalimat setiap beliau membangunkan—

"Bagus kalau begitu! Cepat mandi dan keluar! Ayo keluaaar!"

Nah iya, begitu. Setiap pagi dia disuruh pergi.

"Jahat banget sih buk sama anak sendiri? Masa iya anak kesayangannya diusir dari rumah?" berdiri malas-malasan, lelaki berhidung mancung sedikit bengkok itu memprotes. Ia berikan tatapan penuh duka ke arah ibunda, memohon dalam diam untuk tidak ditendang keluar hari iniiii saja.

Namun bukannya mengiyakan, wanita bertubuh sedikit tambun itu makin memainkan sapunya. Tidak ditebaskan ke arah El memang, tapi dipukul-pukulkan ke kasur persis sisi pantat si pemuda. Roaran marah terlempar dari bibir wanita itu, "jahat, jahat! Ya kamu ini tahu diri dikit kek. Sudah disekolahin tinggi-tinggi, jadi sarjana ... eh lulus nganggur begini! Sana keluar rumah! Cari kerja! Lamar sana sini biar nggak di rumaaah aja!"

"Iya, aduh! Ampun! Ampun!" pemuda berusia 23 tahun itu pun berjingkat berdiri. "Aku udah siapin semua tinggal print terus kirim! Aduuuh! Buuk! Sakiiit!" ringis El kala sapu itu tanpa sengaja mengenai betis.

Si Ibunda terkejut dengan erangan yang terakhir ini. Dia langsung menarik tangannya, tapi pelototan mata itu masih panaaas mengebor punggung El. Jadi El hanya bisa berpasrah dan ngibrit ke luar kamar.

Ia melipir ke arah dap—

"EL RESKI!!"

Belum juga si pemuda sukses menggok ke dapur, gelegaran teriakan kembali terkumandang. Akhirnya, dengan bahu merosot ia belok ke arah yang lain, kini benar tujuannya kamar mandi.

"Maaf ya mas El, maaf ya ...," sambil menuju ke kamar mandi, bibir pemuda itu berkomat-kamit. Di depan kamar mandi yang pintunya ada kacanya ... dia memandangi pantulan mukanya. Mimik tenang itu berubah resah. Dia menoleh kanan kiri sebelum akhirnya membuka kancing piyama satu persatu dan telanjang dada.

Begitu ia melihat pemandangan tubuhnya di kaca, muka lelaki itu memerah. Cepat ia menutup muka dengan tangan, lirih ia menjerit tertahan, "kyaaaaaa," sebelum pelan-pelan ia melebarkan jarak antara jarinya lalu menurunkan tangan perlahan.

Senyuman laknat lalu merekah.

"Muwehehe. Badan lakik gini ya ... anjir seksi abis. Ih pentilnya nggak pink," gumam El sembari memandangi dirinya sendiri. Matanya berbinar penuh napsu. Ia meneliti jengkal demi jengkal, jemari ikutan bermain. Ia menikmati jengkal demi jengkal dada lebar itu.

Hoho. Otot. Hohoho. Bidaaaang~

"Muwehehe—"

"EL RESKI MANDI!!"

Namun belum juga ia bereksplorasi lebih lanjut, buntelan handuk menimpuk kepala. Di sana, di ujung lorong, ibunda sedang berkacak pinggang. Ia melotot, matanya seperti pancarkan sinar laser.

El hanya bisa begidik sebelum cepat-cepat mengambil handuk yang tergolek itu dan menarik tirai yang memisahkan kamar mandi pun mesin cuci dari ruangan lain. Ia pun buru-buru lepas celana, cucul semua, masuk ke kamar mandi.

Hiyaaaa ... meski Ibunda mas El ini lebih memiliki toleransi daripada Ibunya, emak-emak tetaplah emak-emak. Ngeriiiii.

Elysha pun mandi.

Dia tidak memejamkan mata tentu saja. Sambil mandi ia meraba-raba dirinya sendiri.

Dia tak mau melewatkan kesempatan merasuki tubuh lelaki.

Iya. Beberapa hari lalu dia bertransmigrasi ke sini dan menjadi orang ini.

Dan dunia ini adalah dunia yang ia buat sendiri.

[]