webnovel

Bab 2 : "Curiosity killed the Cat"

Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih 1 jam 30 menit, akhirnya pesawat kami tiba di bandara Syamsudin Noor, Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

"Akhirnya nyampe juga. Hmmm... Pegel semua badan gue." Kata Cindy sambil merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku.

"Jadi kita sekarang mau ke mana dulu, nih?" Tanya Devan.

Sebelum Angga sempat menjawab, Sarah sudah lebih dulu membalas pertanyaan Devan.

"Ya, iyalah ke hotel! Emang mau ke mana lagi?! Capek tahu!" Jawabnya ketus.

"Nggak usah pake marah-marah gitu kali! Biasa aja donk, jawabannya." Balas Devan dengan emosi.

"Udah, stop berantemnya. Sekarang kita cari dulu mobil travel sewaan kita." Lerai Angga sambil mengalihkan topik.

Kami lalu pergi menuju hotel yang ada di kota Banjarmasin.

Sebelumnya, mari aku perkenalkan diriku dan teman-temanku satu persatu.

Namaku Clara Wijaya, umurku 18 tahun, tinggiku 152 cm-- {'Okay! Aku tahu aku pendek! Jadi jangan dibahas!'}

Aku lahir dan besar di Jakarta. Ayahku sendiri orang Jakarta, sementara mama adalah orang Kalimantan. Lebih tepatnya orang Banjarmasin yang masih punya darah keturunan suku asli Kalimantan, yaitu Dayak.

Rambutku panjang sedada dan berwarna hitam ke coklatan (hampir agak merah). Kulitku berwarna putih, mungkin didapat dari mama yang juga berkulit putih, warisan dari nenek moyangnya yang masih ada keturunan Tionghoa.

Kegemaranku sebenarnya membaca, menulis, menggambar dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan seni serta sesuatu berbau mistis.

Dan ini teman masa kecilku hingga sekarang, Hans William.

Hans dan aku sudah saling kenal sejak kecil, karena mamaku dan bundanya Hans ternyata teman lama yang sempat terpisah.

Hans orangnya narsis, jahil, bawel, keren tapi nyeleneh. Aku akui mukanya emang ganteng sih, ya. Tapi nggak bakalan aku bilang ke dia, entar dia malah kumat narsisnya dan nuduh aku naksir dia. Dia juga tinggi, kira-kira sekitar 178 cm. Dan aku benci itu! Gara-gara dia tinggi, kalau jalan sama dia aku bakal dikira adiknya, karena tubuh pendekku. Belum lagi dia suka ngelekin ukuran miniku ini. Males ....

Btw, Hans itu keturunan Cina campuran. Bapaknya orang Cina Jakarta, mamanya Cina Banjar. Jadi dia juga bisa pakai bahasa banjar kayak aku. Kami suka tiba-tiba ngomong pakai bahasa itu kalau lagi kesel atau berantem. Maklum, biarpun kami sama-sama ada darah Cina-nya, aku malah nggak bisa sama sekali ngomong atau nulis Cina. Jadinya gitu ....

Lalu ada Ren, Ren Kurata nama lengkapnya. Ayahnya adalah orang Jepang, dan ibunya orang Indonesia yang lahir di Malang, tetapi pindah ke Jakarta.

Ren mulai tinggal sendiri di Jakarta sekitar 4 bulan lalu, setelah ibunya memutuskan untuk ikut dengan Ayahnya pulang ke Jepang.

Ren merupakan cowok tinggi, keren dan tampan, namun cuek serta dingin. Meski begitu banyak yang nge-fans sama dia. Walau pun orang bilang Ren itu sombong dan dingin, bagiku dia teman yang baik. Dia hanya bersikap seperti itu pada orang yang tak ia kenal saja. Buktinya, jika kamu benar-benar berteman dengannya, ia akan selalu membantu dan menolongmu ketika dibutuhkan. Tinggi Ren itu sekitar 183 cm. Mungkin karena tingginya serata sikap dinginnya itu, banyak yang merasa terintimidasi olehnya.

Lalu ada Devan, Devan Ananta, cowok setengah Korea. Ibunya adalah wanita cantik dari Seoul yang jatuh cinta sama pemuda Indonesia, lalu menikah dan lahirlah Devan. Devan itu orangnya ceria, hyperactive, kekanak-kanakan, jahil dan usil plus genit. Suka berdandan bak boyband Korea. Dia benar-benar anak mami. Terbukti dari sikap, kelakuan dan tingkat ke akrabannya sama mamanya. Dia sangat kompak sama mamanya yang juga suka bertingkah layaknya anak-anak. Devan punya tinggi sekitar 174, lebih pendek 4 cm dari Hans.

Satu lagi cowok yang nggak kalah tinggi dan keren adalah Angga Maulana. Dia dulu kapten tim basket di SMA kami dan merupakan cowok tertinggi di sekolah. Tingginya 188! Wow... Gila, kan? Leher aku aja mau patah rasanya, tiap kali harus nengok ke atas kalau mau ngomong sama dia.

Angga ini kulitnya sawo mateng, tapi biar gitu banyak yang suka. Orangnya baik, ramah, suka nolong dan gampang akrab. Dia bisa jadi pemimpin yang dapat diandalkan.

Lalu cowok terakhir di sini adalah Kevin! Pemilik nama lengkap Kevin Wiranto ini adalah cowok terakhir sekaligus cowok terpendek di geng kami ini. Tingginya cuman 165 dan itu pasti memang jauh lebih pendek ketimbang cowok-cowok di kelompok ini.

Kevin itu kutu buku, pendiam, cuek dan ngomongnya pedes. Dia bisa jadi ketus banget, tapi mukanya imut. Kadang aku lebih suka jalan bareng dia karena dia nggak terlalu tinggi. Cuman, kalau jalan sama dia kudu sabar dan kuat mental, uiii....

Dia tipe yang suka marah alias jutek, tetapi sebenarnya dia baik hati dan peduli sama temen, cuma mulutnya aja yang pedes. Mungkin karena dia sulit untuk menyampaikan maksud dan perasaannya, jadinya gitu dan sering bikin orang salah paham soal dirinya. Kevin itu bisa dibilang Tsunadere! Di luarnya galak, namun dalam lembut, perhatian. Hehehe...

Terus, selain aku ada dua orang cewek lainnya di geng kami ini, Sarah dan Cindy.

Sarah Faharjo, anak orang kaya, hobinya shopping. Dia punya badan seksi dan tinggi bak model. Kulitnya putih mulus, rambutnya panjang di cat warna unicorn.

Nah, kalau Sarah ini selain cantik dan kaya, dia dijuluki Queen di SMA dulu. Dia lumayan tenar, bukan karena soal cantik sama banyak duit sih, tapi karena sikapnya yang ketus, jutek dan sering merintah-merintah orang, bak ratu itu yang bikin dia makin terkenal.

Dia dikagumi sekaligus ditakuti dan dibenci. Kabarnya nggak akan ada cowok yang nolak dia. {'Masa?'}

Terus Cindy, cewek mungil imut bernama lengkap Cindy Kusuma ini orang asli suroboyo, lho...

Hehe... Kalau tadi Sarah punya tinggi sekitar 170 cm, si Cindy hanya 158 cm. Tapi itu juga masih tinggi 6 cm dari aku!

Cindy orangnya periang, imut, perhatian, pinter tapi agak telmi. Terkadang bisa kekanak-kanakan juga, persis seperti Devan kalau udah gitu. Kadang kala bisa bersikap dewasa tapi terlalu polos di sisi lain.

Selain Hans, teman-teman lainnya baru aku kenal di SMA.

Dulu, pas masih SMA geng kami ini dikenal dengan nama 'Geng Internasional' alias Geng campur. Kenapa? Lihat aja tuh, lihat aja, Hans si tuan muda dari Cina, Ren si Pangeran Jepang, Devan si artis Korea, Angga dan Kevin si gagah dan si imut asli Indonesia. Dari situ aja udah keliatan campuranya dari berbagai negara.

Belum lagi geng ini juga dapat julukan 'geng si keren' dan 'geng penguasa sekolah'. Ampun, dah!

Jika anak-anak lain itu keren, aku malah ngerasa diriku cuma cewek biasa aja. Cewek biasa yang pendek dan nggak cantik atau imut sama sekali! Salah satu penyebab aku bisa satu geng sama mereka, ya, karena Hans.

Mungkin ini kali ya, penyebab banyak yang benci sama aku? {'Ngenes.'}

Sekilas, dari perkenalan ini justru mirip sebuah novel remaja. Hahaha... Iya, ini cocok jika dijadikan kisah geng tenar remaja SMA. Sayang... semua nggak akan seperti yang kalian pikirkan, meski ini tampaknya cocok menjadi sebuah cerita komedi remaja.

Jika saja peristiwa itu tak terjadi, mungkin cerita kami akan jadi cerita cinta dan kehidupan para remaja pada umumnya. Yaaa, kira-kira sejenis cerita novel fiksi kehidupan remaja atau semacamnya. Tetapi sayang, kisah ini tentu bukanlah cerita fiksi kehidupan para remaja ataupun cerita bernuansa romansa dan komedi seperti yang kalian pikirkan.

Ini akan menjadi sebuah cerita tragedi. Sebuah cerita dan pengalaman pilu kami semua. Sebuah rahasia yang berusaha aku musnahkan dan buang jauh-jauh! Sebuah luka dan ingatan pahit yang inginku kubur untuk selamanya tepat di dasar hatiku.

Saat ini, detik ini, momen ini, kami semua masih belum menyadarinya. Menyadari bahwa keputusan kami untuk berlibur ke sini adalah satu langkah pertama kami menuju kehancuran! Kehancuran persahabatan dan kehidupan kami.

Aku juga bisa dibilang turut andil dalam 'kehancuran' ini. Sebab, karena diriku-lah, mereka ingin berlibur ke sini. Karena rasa penasaranku akan hal mistis, akan masa lalu ibuku dan suku Dayak, aku menginjakkan kaki di pulau itu. Teman-temanku yang juga tertarik dan penasaran, ikut pergi dan melihat langsung suku yang terkenal itu.

Karena itulah kami putuskan untuk berkunjung ke Kalimantan. Kami berniat menjelajahi pulau ini, di mulai dari Kota ini, hingga pulau misterius itu.

Harusnya aku menghentikan mereka saat itu. Harusnya aku tentang keputusan mereka untuk pergi ke pulau terkutuk itu. Tidak! Harusnya dari awal, aku seharusnya sudah menolak dan menentang rencana liburan ini. Jika saja kami gagal untuk berlibur, mungkin kami tak perlu ke tempat ini, dan jika saja kami tak ke pulau ini, maka kami tak akan menginjakkan kaki di Pulau terlarang itu! Kami semua tak akan pernah ke sana!

Jika saja, jika saja... Jika saja benar, maka semua ini tak perlu terjadi ....

Harusnya kuhancurkan rasa penasaranku dan rasa penasaran teman-temanku!

Tetapi, kini semua telah terlambat. Waktu tak dapat diputar ulang. Kini penyesalan tinggal lah penyesalan. Tidak ada obat untuk itu.

Ini semua salahku!

Aku ikut bersalah dalam hal ini!

Benar arti dari sebuah ungkapan, 'Rasa penasaran dapat membunuh seekor kucing'.

_________________

Gabung dengan server discord-ku

https://discord.gg/haPjuxc8XS

.

Mohon dukung aku di ko-fi

https://ko-fi.com/aida_hanabi

.

atau trakteer

https://trakteer.id/aidahanabi

"Curiosity killed the cat"

-rasa ingin tahu (yang berlebihan) bisa jadi hal yang buruk (jika kita terlalu penasaran akan sesuatu itu tidak baik)

Terkadang ada saat di mana kita harus menyinkirkan rasa penasaran serta keingin tahuan kita dan menguburnya.

AidaHanabicreators' thoughts