webnovel

One–Imagination

Anak–anak pada umumnya berpikir, betapa menyenangkannya dunia orang dewasa. Tapi, itu tidak seindah yang dipikirkan. Ketika sudah dewasa, manusia cenderung akan memikirkan bagaimana mereka bisa hidup dengan tenang, tanpa memikirkan beban hidup mereka sedikitpun. Tapi rasanya itu mustahil. Dalam sehari, berapa kali kita menciptakan dunia kita sendiri, di dalam imaginasi yang tidak bisa dilihat orang lain? Di dunia dimana kita lah yang berkuasa, dan orang–orang yang hidup hanya menjadi figuran saja di sana.

Ah, sepertinya menyenangkan bukan jika apa yang kita inginkan itu terkabul begitu saja? Dalam dunia ini, ada berapa galaxy yang terbentuk? Mungkin jutaan. Tapi apakah kalian yakin? Di setiap galaxy, ada kehidupan yang sama seperti di galaxy tempat kita bernafas? Ada berapa nyawa yang hidup di setiap planetnya? Haish. Jangan 'kan mencari tahu tentang galaxy lain, mengetahui makhluk apa yang hidup di planet lain saja kita tidak bisa. Lantas, apa yang terjadi jika kita berpindah ke galaxy lain? Atau ... diri kita dari multiverse lain datang dan menemui kita? Meminta pertolongan dengan raut wajah yang sangat memprihatinkan? Kita tidak akan pernah tahu akan hal itu.

Pernahkah kalian membayangkan? Kalian terbangun di sebuah tempat yang asing, tempat yang tidak pernah kalian lihat di dunia nyata, dan hanya ada di acara–acara televisi internasional? Seperti misalnya ... begitu kalian membuka mata, hal yang pertama kali kalian lihat adalah langit dengan awan berwarna–warni, dan ada rel kereta api yang melayang di udara? Di seluruh kota itu, hanya ada bangunan tinggi yang seluruh pembatasnya menggunakan kaca transparan. Tidak ada satupun rumah yang kalian lihat di sana, dan semua detail dari bangunan itu, hanya terbuat dari kaca yang transparan, tanpa ada elemen lain yang menopangnya. Jika kalian berada di posisi itu, apa yang akan kalian lakukan?

Pemandangan indah yang sangat di dambakan, udara sejuk, dan ketenangan di siang hari ini, bukan kah ini adalah suasana yang selalu kita inginkan? Lalu bagaimana jika ... secara tiba–tiba ketenangan tersebut, berubah menjadi suasana yang menegangkan? Kalian bangkit dari posisi nyaman kalian, berlari sekuat tenaga, tapi ternyata itu tidak membantu sama sekali. Kemudian, kalian ingin kembali ke dunia kalian, walaupun sebenarnya kalian ingin berada di tempat ini. Di tengah ketegangan tersebut, ada suara yang membantu kita, menuntun kita untuk melakukan sesuatu. Suara itu memberi kita perintah untuk memejamkan mata, dan dalam hitungan ke lima, kalian boleh membuka mata kalian lagi.

"Ah, hanya mimpi," ucapnya. "Bodoh jika aku berpikir tadi itu sungguhan," katanya lagi.

Ia bangkit dari tempat tidurnya, berjalan kearah jendela dengan langkah yang masih belum stabil. Ia membuka tirai jendela yang masih tertutup, melihat keadaan di luar sana, untuk meyakinkan diri sekali lagi, jika yang tadi itu bukan lah mimpi. Tapi, hanya kenyataan pahit yang ia terima pada akhirnya. "Coba saja tadi aku tidak menurut pada suara itu, mungkin sekarang aku masih menikmati pemandangan di sana!" kesalnya. Tangannya yang keras, kini mendarat tepat di atas meja, sehingga menimbulkan retakan untuk yang kesekian kalinya. Ketika ada hidup yang lebih baik, kenapa itu terasa sangat singkat? Karena, takdir manusia itu berusaha, bukan menikmati sesuatu tanpa usaha.

Setelah mimpi yang indah tadi, biasanya kita akan berusaha tidur kembali, dan mencoba untuk mengulangi mimpi yang sama. Tapi, apakah kita berhasil mendapatkan mimpi yang sama? "Argh! Padahal aku ingin sekali tinggal di sana!" rengeknya, sembari menenggelamkan kepalanya ke sela kakinya yang dilipat. Ah, miris sekali. Di tengah kesedihannya, terdengar suara ketukan pintu, selang beberapa detik kemudian, seorang wanita berteriak dari balik pintu tersebut. "HEI NAK! APA KAU SUDAH GILA? BERTERIAK DI PAGI HARI BUTA SEPERTI INI?" Karena teriakkanya yang sangat keras, dia sampai harus menutup kedua telinganya agar pendengarannya tetap baik–baik saja.

"Bibi tua itu gila atau apa? Bahkan suara teriakkanya bisa membangunkan orang–orang di komplek ini," cercanya pelan. Ah namanya orang tua, kadang memang suka tidak intropeksi diri. "Sepertinya, di tempat tadi aku tidak akan menemukan tetangga yang rese seperti itu," ucapnya.

Ia kembali bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi, karena ia harus bersiap pergi ke tempat ia bekerja. Ah, hari–hari yang kelam jika membahas tentang arti dari kehidupan. Setiap orang pasti menginginkan kehidupannya yang baik, bukan? Kehidupan di mana seorang remaja yang baru saja lulus sekolah tidak perlu memikirkan tentang uang, dan bagiamana caranya untuk bertahan hidup, di tengah persaingan hidup yang keras. Membayangkan bagaimana jika ia terlahir dari keluarga yang berkecukupan, mampu membiayai hidupnya sampai ia bisa melanjutkan sekolah ke jenjang selanjutnya, tanpa memikirkan beban lain yang akan menghambat aktivitasnya.

"Ah, untung saja aku kebagian kelas sore. Jadi senior di kantor tidak akan menceramahi ku karena aku secara tiba–tiba mengganti jadwal kerja ku," ucapnya, sembari meletakkan ponsel yang ia pegang tadi.

Sebelum matahari naik semakin tinggi, ia segera bergegas pergi ke tempatnya bekerja, meninggalkan tempat tinggal kecilnya yang sederhana. Disepanjang perjalanan, ia bersenandung ria, berusaha menikmati hidup yang ingin segera ia akhiri. Ah, andai saja ... andai saja ada keajaiban yang menimpa dirinya, seperti, bertemu anak konglomerat yang jatuh hati padanya, lalu langsung mengajaknya untuk menikah hari itu juga. "Aw! Hey! Tuhan memberi mu 2 mata, kenapa kau tidak lihat ada aku dan motorku berdiri di sini!" teriaknya kesal. Haish, bukannya keajaiban yang datang, malah musibah yang menimpanya di pagi hari ini. "Dasar cowo sialan! Untung saja celana ku tidak terkena cipratan air itu! Mentang–mentang orang kaya, berprilaku seenaknya saja!" cercanya lagi.

Ah, padahal ia sudah berusaha untuk ceria hari ini, tapi ada saja orang yang membuatnya kesal, dan membuat harinya kembali buruk. Setelah kejadian ini, apakah Tuhan tidak punya rencana baik untuknya? Setidaknya, datangkan seseorang untuk menolongnya, atau, membuatnya kembali bersemangat? Oh ayolah, itu akan sangat mustahil untuk terjadi.

Baru selesai satu masalah, kini datang masalah baru. Dari arah yang berlawanan, orang–orang berlari dengan teriakkan yang sangat memekakkan telinga, seolah ada monster besar yang mengejar mereka, dan ingin melahap mereka secara hidup–hidup. "Haish, drama apa lagi ini?" Ia menengok kearah pria yang berucap, dia memandangi wajah pria itu, dan ia teringat sesuatu. "Kau? Kau orang sialan tadi yangg—" Belum sempat ia bicara, pria itu menutup mulutnya, kemudian berkata, "Nona, ini bukan waktunya untuk marah. Lebih baik kau lari, dan selamat dirimu, jika kau menginginkan kehidupannya yang lebih baik." Setelah mengucapkan hal itu, pria tadi menghilang begitu saja, dan tak berselang lama, cahaya berwarna hijau memancar dari segala sudut kota, membuat penglihatannya terganggu, dan gendang telinganya berdengung sangat keras.

"Welcome back in the new universe, Graciela!"

~~~~~

My first time write for WSA!

Hope you enjoying read my story!

Iamreyncreators' thoughts