1 01

"Jangan terlalu sering merelakan kebahagiaan kalian hanya untuk membuat orang lain bahagia. Karena kalian juga berhak bahagia." Anastasya Kartika Maharani

*****

Seorang gadis berambut sebahu dan digerai sedang berjalan dipinggir jalan sekitar jam 10 malam dengan ditemani sepoi-sepoi angin malam  yang dingin. Tapi dia tampak sudah terbiasa dengan hawa dinginnya malam. Jalanan terlihat sepi oleh kendaraan, kendaraan sangat sedikit yang melintas karena sudah malam, entah itu mobil maupun motor.

Malam ini sedang bulan purnama yang membuat jalan sedikit terang dan ditambah cahaya lampu yang ada di sepanjang jalan itu membuat jalanan bertambah terang. Langit yang terang karena bulannya dan dihiasi berbagai bintang yang membuat nilai keindahan langit berlipat-lipat ganda.

Anastasya Kartika Maharani, dia gadis SMA yg masih duduk dikelas sebelas, gadis itu baru pulang dari kerja part timenya dan langsung menuju ke rumahnya. Dia bekerja di salah satu kafe yang lumayan terkenal di kalangan remaja, karena tempatnya yang kekinian dan Instagramabel. Dia tidak bekerja sebagai pelayan tapi dia bekerja sebagai penyanyi di kafe tersebut. Rumah dengan tempat kerjanya sedikit jauh. Sebenarnya dia hidup dalam keadaan yang sudah lumayan enak. Dia juga memiliki mobil tapi entah kenapa dia lebih nyaman jalan kaki sama naik kendaraan umum. Dia memakai mobil hanya saat bener bener butuh.

"Sya." teriak Reyhan dari arah belakang dengan menaiki motor scoopy nya.

Reyhan Prayoga Pratama, salah satu teman sekelas Anastasya.

"Ehh anjir." Kaget Tasya. Lalu menoleh ke belakang dan memperhatikan siapa gerangan yang teriak tadi karena merasa familiar oleh suara laki-laki yang memanggilnya. Dari kejauhan terlihat seorang cowok yang menggunakan motor matic dan menggunakan halm full face.

"Astagfirullah ya Allah." Lanjutnya sambil menggeplak punggung Reyhan saat cowok itu sudah ada di samping kanan Tasya dengan cowok itu masih diatas motornya yang berhenti, cowok itu menggunakan kedua kakinya sebagai penopang motornya.

"Sakit bego, panas nih punggung." Ucap Reyhan sambil mengelus-elus punggung yang digeplak Tasya tadi.

"jadi cowok kok lembek amat, salah lo juga ngagetin gue tolol. Gue kira siapa tadi yang manggil." Ujar Tasya

"Ngapain lo malem malem begini masih di luar rumah, jalan sendiri pula. Lo gak takut apa semisal ada yang ngapa ngapain lo." Tanya Reyhan

"Gue disini lagi anu itu apa." Lanjutnya bingung sambil mikirin jawaban yang tepat.

Tasya tidak ingin ada orang sekitarnya tau kalo dia sebenarnya bekerja. Sebenarnya dia bekerja diam-diam tanpa ada yang tau, entah itu keluarganya sendiri atau teman-temannya.

"Lo kalo ngomong yang jelas lah tolol. Anu anu, anu apa?" Tanya Reyhan. Tasya hanya menunjukkan cengirannya

"Punya mulut kayak gak pernah di sekolahin aja lo. Gue disini cuma cari angin aja. Lah lo juga ngapain lewat sini?" ujar Tasya lalu balik tanya ke Reyhan.

"Lo bisa liat sendirikan, kalo ini jalanan umum, semua orang juga bisa kali lewat sini." Sambungnya sambil ngegas.

"Iya juga ya, kok tolol sih gue." Ujar Tasya sambil cengengesan.

"Cantik doang punya otak gak di pakek." Ujar Reyhan dengan suara pelan

"Lo ngomong apa barusan?" Tanya Tasya menghadap Reyhan sambil berkacak pinggang. Sebenarnya dia mendengar Reyhan ngatain dirinya tadi.

"Gue barusan bilang kalo lo cantik." Jawab Reyhan yang gak ingin kena amuk.

Bisa mati gue diterkam singa betina. Batin Reyhan

"Halah boong." Ujar Tasya.

"Cewek mah gitu, kalo ada cowo muji cantik dibilang boong." Ujar Reyhan.

"Jadi ceritanya lo curhat ke gue gitu." Ujar Tasya.

"Siapa yang curhat?" Tanya balik Reyhan.

"Monyet yang curhat." Balas Tasya

Reyhan sudah jengah dengan pertengkaran ini, lalu dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, sambil berkata "Eh Sekarang dah larut malem weh, lo mau disini aja apa pulang?" Saat Reyhan bertanya cowok itu menoleh kearah Tasya yang ada di samping kiri motornya.

Dari tadi mereka bercakap-cakap hingga tanpa sadar waktu.

"Ya mau pulang lah, dah malem juga. Gara-gara lo ngajak ribut jadi kemaleman kan." Jawab Tasya.

"Lah kok lo yang nyalahin gue sih, ya lo tuh. Yaudah gue anter lo pulang gimana, mau gak lo?" Tanya Reyhan.

"Gak usah deh. Rumah gue juga dah deket." Tolak Tasya alasannya emang bener rumahnya  dah dekat selain alasan itu, dia juga ingin menjaga perasaan sahabatnya. Sahabat Tasya suka Reyhan sejak mereka masuk SMA. Mereka sahabatan dari masuk TK sampai sekarang.

Jangan sampai persahabatan kita yang sudah terjalin lama malah pecah cuma gara gara cowo. Itu harapan Tasya untuk persahabatan mereka

Kalo ada cowo yang suka Tasya dan cowo itu disukai oleh sahabatnya, maka jawabannya Tasya lebih rela mundur hanya demi melihat hati sahabatnya tidak terluka.

"Beneran nih gak mau, halah paling dalam hati lo bilang mau kan tapi gengsi, kapan lagi coba lo di bonceng cowo ganteng kayak gue." Ujar Reyhan dengan percaya diri.

"Lah bocah, siapa coba yang gengsi, pede banget lo. Gue cuma gak mau aja jadi bahan gibahan sama tetangga gue noh. Nanti bakal ada gosip gosip lagi. Kayak lo gak tau aja kelakuan tetangga." Crocos Tasya, ya memang bener kebanyakan tetangga kayak gitu. Apa apa yang kita lakuin mesti jadi bahan gibahan.

"Ya udah sih jangan diladenin, toh tetangga lo juga bukan yang ngasih lo makan, jadi bareng gue pulang nggak?" Ujar Reyhan

"Bener juga sih yang lo omongin. Ya udah deh gue bareng lo aja, maap ye ngrepotin, sebenernya rumah gue juga dah deket." Jawab Tasya

"Kayak lo sama siapa aja. Cepet naik keburu malem." Suruh Reyhan

"Kan emang dari tadi dah malem Malihh." Ujar Tasya dengan naik ke jok belakang motor scoopy nya Reyhan.

"Sekate kate lo ganti nama gue, nama dah bagus bagus Reyhan juga malah diganti seenak dijidat jadi Malih." Protes Reyhan dengan muka keselnya  ke Tasya yang sudah duduk anteng di jok belakang.

"Gitu aja marah. Dasar baperan. Cepet jalan." Ujar Tasya

"Kebanyakan orang gitu ya sekar....." Ucapan Reyhan kepotong karena Tasya bicara.

"Lo jalan sekarang apa gue turun pulang sendiri, ini dah malem nyet. Lo niat nganter gue pulang gak sih jangan nganjak ribut mulu deh, waktunya gak tepat. Mending jalan sekarang, gue dah ngantuk banget nih." Ucap Tasya kesel karena dari tadi Reyhan ngajak ribut mulu.

Reyhan cepat cepat menghidupkan motornya sebelum kena amuk singa betina di belakangnya, Setelah Reyhan menanyakan lokasi rumah Tasya tidak ada lagi percakapan antara keduanya di sepanjang perjalanan hanya suasana sepi dan senyap yang menyelimuti mereka. Dan akhirnya sampailah motor Reyhan di depan pagar rumah Tasya.

"Ini bener rumah lo kan?" tanya Reyhan penasaran.

Lalu Tasya turun dari motor Reyhan dan berdiri di samping motornya. Sambil menggeleng menjawab pertanyaan Reyhan.

"bukan, ini rumah orang tua gue, gue cuma numpang disini, kenapa?" jawab Tasya.

"oh, gapapa nanya doang." Ujar Reyhan.

Reyhan sebenarnya mau nanya soal Tasya, kenapa gadis itu setiap ke sekolah naik kendaraan umum. Karena setiap Tasya ke sekolah selalu naik kendaraan umum. Padahal di rumahnya ada tiga buah mobil. Tapi niatnya ia urung. Karena bisa jadi ia punya alasannya tersendiri tidak memakai mobilnya.

"Makasih ya, lo dah nganter gue pulang." Ucap Tasya

"Hemmm" hanya dijawab dengan deheman oleh Reyhan.

"Ati ati dijalan, langsung pulang lo Bambang, jangan keluyuran, besok sekolah." Ucap Tasya peduli.

"Tadi Malih sekarang Bambang besok apa lagi coba." Ucap Reyhan. " Ya udah pulang dulu gue, lo masuk sana." Lanjut Reyhan sambil menyalakan mesin motornya.

"Ye." Jawab singkat Tasya lalu melangkah untuk membuka gerbang dan masuk ke dalam rumah.

Setelah Reyhan tidak melihat Tasya di luaran rumah, Reyhan mengegas motor scoopy dia menjauh dari rumah Tasya dan pulang ke rumah.

*****

Tasya membuka pintu rumahnya lalu melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah dan menuju ke lantai atas. Pikir dia orang tua nya dah tidur, ternyata oh ternyata, Tasya terkejut saat membuka pintu kamarnya. Kedua orang tuanya ada di dalam kamarnya. Rasanya dia ingin menghilang saja saat ini. Tapi ini juga salahnya tadi saat di jalan, andai tidak ketemu sama Reyhan dan ribut dengannya, mungkin dia bisa pulang lebih cepat.

Uhhh, habis ini pasti diomelin. Batin Tasya

"Ayah sama Mama tumben ke kamar Sasya." Tanya Tasya penasaran dan juga senang karena orang tuanya masuk ke kamarnya.

Sejak kakaknya Vero Adeline menikah enam tahun yang lalu, Kedua orang tuanya tidak lagi mengurusi Tasya, yang sekarang satu satunya tanggung jawab mereka berdua. Entah kesalahan apa yang diperbuat oleh Tasya hingga kedua orang tuannya mengabaikannya yang saat itu masih berumur sebelas tahun. Usia Tasya dengan Vero hanya terpaut 4 tahun.

"Kenapa baru pulang, kenapa chat dari Ayah gak kamu bales?" Tanya Ayahnya dengan tampang galak.

"Karena tadi di sekolah sama gurunya diberi banyak tugas, jadi agak malam pulang belajarnya, hp Sasya juga mati jadi gak bisa bales chat Ayah." Jawab Tasya bohong sambil menunduk tidak menatap ayahnya. Tapi soal handphone dia tidak berbohong, handphone dia memang benar mati.

Setiap dia mau pergi ke kafe dia bilang ke orang tuanya, kalo dia belajar bersama di rumah Natalie, sahabatnya. Hal itu dilakukannya setiap hari. Dia bekerja juga ada alasan tersendiri.

"Alesan, Itu cowo yang nganterin kamu di depan rumah siapa?" Tanya Ayahnya. Mamanya hanya duduk diam di kursi belajarnya sambil memperhatikan Tasya.

"Tadi yang nganterin pulang itu temen kelas Sasya, yah. Namanya Reyhan." Jawab Tasya tetep nunduk tidak mendongak melihat orang tuanya.

"Gak penting tau namanya, jangan sampai kamu udah diizinin keluar rumah malem, kamu malah jadi pelacur dan malu-maluin keluarga. Seperti yang di lakuin kakakmu." Setelah mengatakan itu orang tuanya melangkah keluar kamarnya.

Perkataan itu sungguh membuat hati Tasya sakit, seakan orang tuanya tidak percaya sama apa yang dilakukannya diluar rumah. Kedua orang tuanya tidak peduli dengan perasaannya. Tidak ada lagi kasih sayang yang diberikan oleh keduanya. Tasya sebenarnya sangat merindukan moment moment kehangatan keluarganya dulu. Tasya juga tidak menyalahkan ingin menyalahkan perbuatan kakaknya yang dulu, karena dulu telah berlalu. Tasya yakin semua ini memang sudah takdirnya.

Setelah orang tuanya sudah keluar kamarnya, Tasya langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi membersihkan dirinya.

Tasya keluar dari kamar mandinya lengkap dengan baju tidur yang sudah melekat ditubuhnya. Dia mendekat ke ranjang tempat tidur dan membaringkan tubuhnya, dia lupa handphone nya belum di isi daya. Dia mengambil benda pipih di dalam tas yang tak lain adalah handphone yang ia pakai keluar tadi dan meraih charge di laci meja samping tempat tidurnya lalu ia charge dan menaruh hp nya di meja. Ia memejamkan mata sambil memikirkan hidup kedepannya bagaimana. Perlahan tanpa sadar ia sudah terlelap masuk ke dalam mimpinya.

*****

avataravatar
Next chapter