webnovel

Women Falls

Joe Echart yang mencoba jadi penyembuh buat Jea La Epione dari ilusi dan trauma masa kecil yang di alaminya. tapi bagaimana cara Joe mengeluarkan Jea dari lumpur yang Jea buat sendiri? ps; cerita ini sebagian true story. Agak berat jadi di sarankan yang baca di atas 17 tahun ya.. banyak edukasi tentang perempuan, kekerasan dan seks. silahkan vote bagi yang sudah baca

ooh_yektishii · Urban
Not enough ratings
5 Chs

3.Lossing sister

Awan menyatu jadi satu gumpalan tebal. Mungkin hujan deras akan turun sebentar lagi. Kopi sore buatan Joe telah habis sejak puluhan menit lalu, membuatnya bosan dan memilih mengetuk pintu kamar bercat biru tua dengan begitu banyak stiker karakter Squidward tertempel di sana.

Sahutan pelan terdengar, Joe memberanikan membuka pintu itu separuh, mengintip apa yang sedang di lakukan seseorang di dalam sana.

"Apa kamu sudah makan?"

"Sudah." jawaban singkat Joe peroleh.

"Sedang apa? kenapa seharian nggak keluar kamar?" Tanyanya lagi dengan ramah.

Meski agak canggung karena waktu yang mereka lalui tidak begitu banyak, Joe tetap berusaha perhatian selayaknya seorang kakak laki-laki pada adik perempuanya.

Jaket kebesaran menyelimuti tubuh kecil gadis itu. Rambut yang biasa dikuncir kuda kini di biarkan terurai berantakan. Senyuman terukir di wajah si gadis. Menampilkan sedeket gigi bersih untuk di tunjukkan kepada Joe.

"Maaf kak. Aku terlalu sibuk belajar untuk ujian besok." Katanya

"Begitukah? Kalau begitu lanjutkan belajarmu. Nanti kakak bawakan roti kekamarmu."

Pandangan Joe langsung memburam. berganti-ganti layaknya layar televisi yang rusak. Kejadian samar Joe lihat tanpa dia mengerti hingga berhenti pada salah satu adegan. Bunyi gemuruh hujan menggelegar.

Ruangan gelap makin menakutkan karena sinar petir di luar sana menelusup masuk secara tiba-tiba dan terus menerus. Vallen terlihat cemas, menggosok punggung tanganya dan tak hentinya menghubungi seseorang. Ini sudah lebih dari ke enam puluh kali panggilan tak juga terjawab.

Ayah sudah pergi sejak tadi. Entah memutari jalan mana dengan mobil butut miliknya di tengah hujan petir begini. Malam makin larut dan adiknya tak kunjung memberi kabar. Joe dan Vallen terus mencoba menghubungi, sederet doa terus dia ucapkan agar tak ada nasib buruk menimpa keluarga mereka.

Pukul sembilan tepat, saat bel berbunyi sekali dan pintu rumah terbuka. Joe langsung berlari keluar, mendapati adiknya berdiri termangu. Basah kuyup dan penuh lumpur di sekujur tubuh.

"Kamu dari mana saja? Kenapa tidak bisa di hubungi? dan kenpa bajumu penuh lumpur begini,nak? apa kamu terjatuh di suatu tempat?"

Kepanikan Vallen membuat hati Joe makin tak tenang. Dia juga menanyakan hal yang sama di dalam hatinya. Apa sebenarnya yang terjadi pada adik perempuan satu-satunya ini?

"Ibu bisa menanyai adik kapan saja. Sekarang biarkan adik mandi dan beristirahat." Mencoba menenangkan ibunya, Joe menggiring adiknya menuju kamar mandi. Menyiapkan baju ganti dengan telaten.

"Baju gantimu aku taruh di atas ranjang."

Tak ada sahutan. Hanya bunyi shower yang Joe dengar dari dalam kamar mandi. Di perhatiknya kamar kelabu yang sedikit berantakan. Banyak kertas penuh coretan yang berselebar kemana-mana. Perhatian Joe menuju pada satu goretan besar di atas meja belajar. Baru akan menghampiri suara bedebum keras terdengar dari arah kamar mandi. Panik, Joe berusaha mengetuk tak sabaran pintu kamar mandi.

"Ada apa,Dek? apa kamu jatuh?!"

Tak kunjung ada sahutan.

Makin di buat panik, Joe mendobrak paksa pintu kamar mandi. Dengan mudah pintu terbuka. Dan yang dia dapati hanya mimpi buruk.

"a-adek?!"

Air keran terus mengalir memenuhi bak mandi yang kini keruh akibat air yang bercampur lumpur serta tubuh lemas tak bernafas.

Nafas Joe terasa tercekat. Segera dia terbangun, mengusap dahinya yang peluh dipenuhi keringat mengucur hingga dada.

Jantung yang tiba-tiba terpacu membuat Joe menghela nafas panjang. Mimpi buruk sialan yang terjadi berulang.

Joe jengah dan hampir putus asa. Andai kewarasanya hilang, ingin sekali dia di telan bumi saja.

Joe dan Vallen mencoba lari dari pahitnya kenyataan. Meninggalkan rumah penuh tawa dan duka yang dulu mereka tinggali sejak lama. Joe kira semuanya mulai membaik. Rumah baru, suasana baru, hidup baru tanpa jejak duka dari masa lalu. Joe salah. mungkin semuanya tertinggal disana. Terkubur dalam sesuatu yang di namakan masa kelam. Namun satu hal yang masih tersisa, ingatan itu masih saja ada. Menghantui setiap mimpi Joe dan Vallen.