webnovel

Chapter 2 - Bagian 3 Kenangan Buruk

Ini adalah.....

Kejadian ini aku mengingatnya.

10 menit kemudian anak lelaki tersebut kembali ke ruang kelasnya dengan memegang tangan gurunya.

Ruangan itu kosong, tidak ada seseorang pun disana.

"Dimana Reika-Chan?" Melirik ke arah kiri dan kanan ruang kelas"Tidak ada siapapun di sini...."

"Eh, Tadi ada disini Bu guru, tadi aku tidak sengaja mendorongnya dan ada memar di lututnya"

"....Ini aneh, kenapa ruang kelas ini menjadi sepi?"

Tolong Hentikan!

Jangan memperlihatkanku masa lalu kelam ini!

"Kalau tidak ada hal lain lagi, ibu akan kembali dulu"

"Ehh, tunggu...."

Guru itu pergi meninggalkan anak lelaki itu.

Tolong hentikan ini sekarang juga! Jangan perlihatkan kepadaku! .... Kejadian seperti ini, aku sama sekali tidak ingin mengingatnya kembali.

"..."

"..."

Itu adalah awal dimana aku membenci manusia.

Aku membenci pertemanan. Ketika seorang teman yang tidak bisa mempercayai temannya, itulah yang kusebut dengan kebencian.

Terutama dengan gadis yang aku dorong itu. Awalnya saat aku pertama kali melihat gadis itu, aku menganggap bahwa orang itu seperti bunga yang bermekaran di musim semi. Tetapi ketika aku tidak sengaja melakukan sebuah kesalahan, semuanya berakhir sudah.

Waktu aku masih berada di sekolah dasar, aku adalah orang yang terlalu polos. Aku mengatakan bahwa "pertemanan adalah hal yang sangat menyenangkan" dan itulah kata-kata yang membuatku sadar bahwa tidak ada seorangpun teman di dunia ini yang dapat mengerti perasaanku. Sungguh, dunia palsu ini hanya ada tipuan dan kekejaman yang ada di dalamnya.

Selama ini, kenangan pahit yang sudah bertahun-tahun telah hilang di kepalaku, kini muncul kembali sebagai bunga yang terkutuk. Ya, aku mengutuknya. Masa lalu kelam ini, terutama dengan orang yang menuduhku dengan alasan yang sangat tidak masuk akal sama sekali. Dan di saat aku menjelaskannya, mereka sama sekali tidak mempercayai satu kalimat dari ucapanku sekalipun.

Persahabatan....

Pertemanan.....

Apa- apaan itu!

"Dia mencuri uangku"

"Dia juga memukulku"

"Dia baru saja Merobek buku catatan ku"

Itu adalah benar bahwa aku telah mendorong Reina-chan, tetapi aku tidak melakukan hal apapun selain itu, jadi berhentilah menuduhku dengan alasan sembarangan!

Mereka semua menuduhku dengan alasan yang tidak mendasar, dan terus memperpojok ku terus menerus. Mereka semua mempermainkan ku seperti sebuah mainan.

Ya, saat ini orang-orang di sekitarku menatapku begitu tajam.

Ketidakpercayaan dan kebencian, itulah tatapan mereka yang tertuju ke arahku.

Kalian semua! Berhentilah menatapku dengan wajah yang menyeramkan itu.

"Kazuto! Apakah benar kamu telah mendorong Reika-chan hingga terjatuh?" Bu Gu melempar buku cetak yang dipegangnya ke sebuah meja. Akibatnya, dentuman yang sangat keras terdengar sampai ke telingaku.

Aku menoleh ke arahnya. Benar, saat ini tatapannya menandakan rasa kebencian yang sangat mendalam yang tertuju ke arahku.

Itu memang benar, aku telah melakukan hal yang salah, aku telah meminta maaf berulangkali kepadanya.

Kesalahanku ini, padahal waktu itu aku sudah berlari untuk mencari pertolongan kepada seseorang, dan akhirnya menjadi seperti ini. Padahal aku sudah meminta tolong kepadamu dan saat ini juga kau memarahiku. Sebuah alasan yang tidak masuk akal sama sekali dia memarahiku.

"....Tetapi kenapa kau malah lari dan tidak pergi menolongnya?"

Berhentilah menanyakan pertanyaan itu kepadaku! Bukankah aku sudah meminta bantuan kepadamu Sensei?

Ya, aku sudah meminta tolong kepadamu dan saat ini juga kau menuduhku. Bukankah sudah kuceritakan semua kejadian itu kepadamu? Seharusnya saat ini kau menenangkanku dan membelaku, dan kenapa malah menuduhku dengan alasan yang tidak mendasar seperti itu?

Jelaskan kepadaku dan kenapa kau menatapiku dengan tatapan sama seperti mereka semua? Sebagai seorang guru, bukankah seharusnya kau bertindak dengan cara yang lebih tenang sedikit? Apakah kau menganggapku salah dimatamu dan mengalihkan kejadian sebenarnya, seolah-olah kau telah menyembunyikannya.

Matanya dengan tajam tertuju ke arahku yang sedang duduk di kursiku, menandakan bahwa matanya tidaklah main-main seperti seseorang yang ingin membunuhku.

Ya, semua orang yang berada di kelas ini tidak ada satupun dari mereka yang mempercayai kata-kataku.

Mereka menganggapku sebagai orang jahat yang sudah menyakiti para siswa-siwi di sekolah ini.

"Itu..."

Teman-teman sekelas lainnya menatapiku dengan tatapan sinis, dengki, dan kebencian.

Tatapannya semakin tajam, lalu mereka mengatakan.

"Lebih baik kau mati saja!"

"Keluarkan dia dari sekolah ini!"

"Aku tidak mau berteman dengan seorang penjahat!"

Tidak! Hentikan! Jangan mengatakan hal yang kejam begitu...

Mereka semua yang berada dikelas ini termasuk guruku menatapiku dengan rasa dengki dan marah, terdapat niat membunuh di dalam tatapannya, seolah-olah mereka semua merencanakan untuk membunuhku.

Sedikit demi sedikit hatiku pecah, perasaan yang tidak mengenakan selalu mengikutiku, gelisah, rasa takut yang setiap kali bertemu mereka menyelimutiku waktu itu.

Rumor tentang buruk ku disekolah menyebar ke kelas lainnya yang menandakan aku di cap sebagai orang jahat di sekolahku.

Bahkan para guru-guru lainnnya sekalipun, mereka memandangku sebagai siswa tidak bermoral yang tidak diajari etika sekalipun.

Saat itu, kebencian yang berada di dalam diriku melonjak semakin mendalam, dan sampai kini masih tersimpan di dalam hatiku. Aku mengutuk mereka semua yang telah merendahkan ku. Ya, aku sangat mengutuk sekali perbuatan mereka yang sama sekali tidak menganggapku sebagai seorang manusia sedikitpun.

Di kelas ini, mereka semua tidak mengharapkan kehadiranku untuk mengikuti pembelajaran ini. Mejaku setiap harinya dicoreti oleh spidol maupun tip ek yang tertulis " Matilah kau penjahat!" Yang menandakan bahwa mereka semua adalah musuhku.

Saat ini aku menatapi, menatap anak perempuan itu yang sedang diam di kursinya.

Sejak saat itu, Reika- chan tidak berkata apa-apa lagi kepadaku.

Ya, tatapannya menjadi dingin. Mungkin Reika- Chan mengira kalau aku adalah orang yang jahat. Sekarang dia membenciku dan saat ini rasa percayaku terhadap teman-temanku terputus sudah.