webnovel

Wizard of the Last, Elliza

Penyihir, sebutan bagi mereka manusia yang mampu menggunakan ilmu magis. Ilmu magis bagi manusia dianggap sebagai ajaran sesat dimana seseorang menyerahkan separuh jiwa mereka terhadap para demon. Karena itu keberadaan manusia pengguna sihir tidak banyak. Manusia yang takut dengan kekuatan mereka menciptakan larangan sihir menyebar, dan saat keberadaan pengguna sihir diketahui, hal buruk akan menimpa mereka. Mereka akan diburu, ditangkap, kemudian dieksekusi. Beberapa yang nyawanya diampuni dijadikan seorang budak. Seperti itulah sebuah kerajaan bekerja demi memberantas para penyihir. Namun takdir semua penyihir akan berubah semenjak kelahiran seorang gadis bernama Elliza. Dia akan membuktikan bahwa manusia dan para penyihir dapat hidup berdampingan di atas tanah kelahiran yang sama.

Ay_Syifanul · Fantasy
Not enough ratings
17 Chs

Bagian 09 - Lima Bulan Lalu...

Saat itu Nixia adalah petualang tingkat perak yang siap dipromosikan menjadi emas yang baru-baru ini melejitkan namanya karena jarangnya petualang yang mampu sampai pada peringkat itu secepat dirinya.

Nixia yang berusaha dengan keras setelah menjadi petualang hampir selama 4 tahun itu mulai mencapai titik batasnya. Dia mulai kesulitan untuk menemukan permintaan yang cocok untuk promosi peringkat karena hanya sedikit yang mengajukan permintaan penyelesaian tingkat bahaya yang tinggi.

Paling buruk yang Nixia lakukan adalah memburu penyihir. Dia yang sebelumnya mengenal Elliza merasa tidak enak karena harus terlibat dengan para penyihir lagi.

Padahal mereka hanya ingin hidup. Nixia jarang sekali mendengar kerusuhan akibat ulah penyihir, tapi hanya dengan menemukan mereka bukan berarti mereka harus diburu dan dibunuh.

"Kenapa terdengar terasa begitu kejam? Tidakkah penyihir juga manusia?"

Kala itu Nixia sampai lelah membaca papan permintaan yang hanya berisikan pemburuan penyihir.

Dari yang dia dapat ketahui dari berbagai buku yang ada, Nixia tau kebenaran penyihir yang adalah separuh demon dan separuh manusia.

Bukan di segi fisiknya, namun jiwanya. Saat penyihir kehilangan diri mereka maka mereka akan menjadi demon, namun jika mereka mampu menekan kekuatan mereka maka seorang penyihir suci akan terlahir.

Nixia tak tau pasti maksud penyihir suci, namun yang jelas mereka tidak berbahaya pada tingkatan tersebut. Hanya saja jika mereka mudah terpancing oleh kekuatan hitam layaknya 7 dosa besar maka sisi gelap dalam diri penyihir akan menelan mereka kedalam kegelapan dan merubahnya menjadi monster yang sesungguhnya.

Itulah yang dikhawatirkan oleh pemimpin kerajaan manusia. Raja saat ini mengkhawatirkan jika penyihir malah menjadi ancaman terbesar sebelum demon mampu menguasai wilayah mereka.

"Tapi aku sungguh penasaran, jika seseorang penyihir terlahir karena garis keturunan mereka. Lalu apa yang dilakukan nenek moyang mereka agar menjadi seorang penyihir?"

Nixia menyadari hal tersebut. Bahkan dia berpikir bila alasan seseorang menjadi penyihir diungkap, maka akan ada jalan dimana mereka bisa mengembalikan penyihir menjadi manusia seutuhnya.

"Jumlah penyihir meningkat setelah perang besar dahulu. Jika itu benar, apakah pertemuan manusia dan demon menjadi alasan seseorang menjadi penyihir?"

Baginya itulah yang mampu Nixia ketahui selama ini. Penyihir dan demon pastilah saling berhubungan. Tidak mungkin manusia terlahir dengan jiwa gelap layaknya demon di dalam tubuhnya tanpa ada campur tangan demon itu sendiri.

Berpikir untuk melakukan investigasi di samping pekerjaannya sebagai petualang promosi peringkat, Nixia harus memulainya dari bertemu beberapa penyihir dahulu.

Tapi apa reaksi mereka jika mereka ditemui petualang sepertinya yang dikenal selalu memburu penyihir? Pikirnya.

"Permisi..."

Saat pikirannya tengah memikirkannya tiba-tiba saja seseorang berseru padanya. Nixia yang terkejut berbalik karena dia tau suara itu dari sana.

"Ah, kau? Apa yang kau butuhkan dariku?"

Dia adalah seorang gadis dengan rambut merah muda bergelombang dengan mata emas miliknya. Gadis itu menatap Nixia dengan pandangan sedikit tidak percaya.

Saat Nixia melihat tanda pengenal gadis itu, rupanya dia adalah petualang tingkat tembaga.

Karena dia seorang petualang, membantu petualang junior juga merupakan tugasnya sebagai petualang senior.

"Anu... apakah Kakak ini petualang yang banyak dibicarakan itu?"

Saat Nixia memikirkannya barulah dia menatap sekeliling dimana banyak orang memandang kearahnya dan tak jarang beberapa anggota perserikatan membicarakan dirinya.

Tersadar akan hal tersebut Nixia hanya menghela nafas.

"Panggil saja aku Nixia. Jujur aku tidak menganggap diriku spesial atau apapun itu, tapi jika kau perlu bantuanku maka akan aku lakukan sesuatu tentang hal itu."

Benar. Karena kesepiannya, Nixia pikir membantu orang lain adalah hal yang benar. Lagipula itu juga akan mempengaruhi peringkatnya layaknya menyelesaikan sebuah permintaan.

"Tidak, bukan aku seperti butuh bantuan atau apa. Hanya saja, aku mengagumi Kak Nixia!"

"Eh?!"

Sontak Nixia mengungkapkan keterkejutannya dengan berteriak ringan. Seisi ruangan perserikatan memandang kearahnya, jauh lebih banyak dari sebelumnya.

Namun tidak hanya itu, gadis itu juga terlihat kebingungan dengan memiringkan kepalanya.

"Apakah Kak Nixia tidak tau? Tidak hanya aku yang mengagumi Kakak, banyak petualang juga mengagumi cara Kak Nixia bekerja keras sebagai petualang!"

"Ah, itukah?"

Nixia yang sadar arah pembicaraan itu menghela nafas panjang dengan mengusap dadanya.

Memang dari hanya perlengkapannya saja Nixia hanya sekadar petualang biasa tanpa terlihat mencolok dengan zirah besi atau semacamnya.

Gaya bertarungnya juga dia dapat setelah menekuni cara menggunakan pedang seperti yang dilakukan Hera, ayahnya.

Sebenarnya Nixia jauh lebih nyaman menggunakan kampak, namun anggota perserikatan menyarankannya menggunakan pedang atau rapier.

'Meskipun kau adalah wanita, jangan biarkan obsesimu sebagai petualang membuatmu melupakan pesona wanita yang sesungguhnya.' Saran salah satu anggota perserikatan yang waktu itu masih Nixia ingat.

Memang benar, Nixia hampir tidak memikirkan itu, namun dia menjadi petualang bukan karena dia ingin menebar pesona.

Namun dia mengikuti saran Hera yang memintanya bergabung perserikatan karena kehidupan di kota lebih menyulitkan dibandingkan tinggal di rumah mereka di hutan.

'Nixia, aku tidak ingin kau tumbuh dengan ketidaktahuanmu pada dunia. Segala tentang penyihir, manusia setengah hewan, monster, demon dan sebagainya bisa kau ketahui dengan menjadi petualang. Berbagai jenis orang yang jahat dan baik, semua itu juga bisa kau ketahui. Cobalah untuk mencari teman.'

Itu adalah saat sebelum perjalanan mereka meninggalkan rumah kenangan hingga Nixia berumur 13 tahun.

Hera mungkin benar. Nixia yang hanya terus memikirkan bagaimana caranya untuk menghidupi keluarganya pada kenyataannya melupakan satu hal penting.

Pertemanan.

"Sebelum itu, siapa namamu?"

"Ah, na-namaku Kiela. Petualang tingkat tembaga."

———

Tanpa sadar beberapa hari kemudian Nixia sudah berteman dekat dengan gadis bernama Kiela tersebut.

Selain mereka mulai melakukan penjelajahan dungeon bersama, Nixia juga mengajarkan beberapa ilmu pengetahuan yang dia dapat selama berpetualang agar gadis itu lebih berhati-hati jika terjadi sesuatu yang buruk.

Kebersamaan itu tanpa sadar menghilangkan cara berpikir Nixia sebelumnya. Dia mulai merasa berteman lebih menyenangkan daripada menjadi petualang sehingga dia tidak pernah memikirkan lagi tentang promosinya dan hanya terus mengikuti kemana Kiela ingin pergi.

Kiela yang teropsesi dengan peningkatan peringkat tanpa sadar selalu membawa Nixia pada semua permintaannya. Selain menemaninya, Nixia juga akan melindunginya jika sesuatu diluar dugaan mereka terjadi.

"Seperti yang kau lihat. Beberapa celah di dungeon sering menjadi tempat persembunyian monster. Jika kau mengabaikannya kau akan jatuh ke perangkap musuh."

"Oh, begitu? Aku tidak pernah menyadari itu. Pantas saja terkadang setiap kali aku masuk dungeon terlalu jauh, jumlah monster berkembang lebih dari dugaan."

"Mereka memang monster. Namun, mereka tetap memiliki akal. Karena mereka adalah mutasi makhluk hidup, mereka juga mampu berkelompok seperti goblin, salamander, dan pasukan tengkorak."

"Kau tau banyak ya, Nixia?"

Kiela yang merasa dekat dengan Nixia tanpa sadar mulai memanggil namanya tanpa embel-embel 'kakak' seperti sebelumnya.

Kiela mulai merasa dirinya bisa memahami cara pikir gadis itu. Dia juga terkejut mengetahui jika Nixia hanya satu tahun lebih tua darinya. Dengan begitu Kiela setidaknya akan mampu menyusul gadis itu suatu hari nanti.

"Aku ingin menjadi sepertimu, Nixia. Kau kuat, juga anggun, dikagumi banyak orang, juga dikenang. Kau sempurna. Aku ingin terus 'mengagumi' orang sepertimu."

"Saat kau menekankan 'kagum' padaku rasanya itu bukan sekadar rasa kagum semata." Canda Nixia dengan tawa rendahnya.

"Itu..."

Merasa Kiela berhenti melangkah, Nixia yang beberapa langkah didepannya berbalik memandangnya dengan tatapan tanya.

"Kau kenapa?"

"Karena aku... penyuka sesama jenis."

Setelah mendengarnya Nixia diam ditempat. Dia bungkam dengan mulutnya yang kaku, dia lalu kembali bertanya.

"A-apa? Aku pikir aku mendengar sesuatu yang berbeda." Pikirnya semakin membuat wajah Kiela memerah karena malu membicarakannya.

"Aku penyuka sesama jenis! Aku menyukai Nixia!"

Di dalam dungeon dimana suara menggema dengan berulang-ulang, Nixia yakin kalau dia tidak salah mendengar bahwa Kiela mengatakan bahwa dia penyuka sesama jenis.

"Itu berarti..."

"Aku tau ini aneh untuk menyukai sesama jenis, tapi itulah yang kurasakan. Melihatmu membuat hatiku berdetak kencang, aku ingin dekat denganmu, tapi aku tak ingin kau membenciku, jadi aku memulainya dengan cara yang berbeda."

"Kiela..."

Jujur, Nixia tak tau harus bersikap atau menjawabnya dengan bagaimana. Nixia sama sekali tidak mengenal cinta, apalagi cinta itu terhadap sesama jenis.

Nixia tak memikirkan apapun selain keluarganya selama ini. Dia membutuhkan teman pun dikarenakan Hera yang melihat iba dirinya setelah kepergian Elliza waktu itu.

Hera melihat Nixia begitu sedih. Dia hampir tidak makan seharian dan pada malam harinya Nixia selalu bermimpi buruk. Karena itulah Hera memutuskan untuk pindah ke kota.

Di umurnya Nixia yang waktu itu bisa dikatakan dia terlambat untuk memulai pertemanan, namun dengan bergabung dengan perserikatan maka Nixia akan lebih banyak mengenal berbagai macam orang.

Namun sampai ditingkat dicintai atau mencintai seseorang, Nixia belum mempersiapkan diri.

"Kiela, aku..."

"Maafkan aku! Aku mengatakan sesuatu yang aneh! Kau tak perlu menanggapinya serius!"

Melihat raut wajah kebingungan Nixia, Kiela memutuskan untuk menyudahi pembicaraan itu dengan menyangkal dirinya sendiri juga berbalik menyembunyikan wajahnya.

Namun Nixia yang terlanjur mendengarnya mendekatnya dengan tangan yang terulur mengusap bahu gadis itu.

"Tenang saja. Aku tidak menyalahkan perasaanmu, karena sejujurnya aku tidak mengerti. Tapi, jika itu meringankan pikiranmu, mungkin aku harus menerima permintaanmu."

Hubungan yang Kiela inginkan mungkin bukanlah sebuah kisah cinta pada kebanyakan. Jika mereka mencoba menjalaninya dahulu suatu hari pasti Kiela akan menyadarinya.

"Nixia... terima kasih."

———

Karena hari itu Nixia tidak menyadari bahwa kedekatan keduanya mulai terlihat sedikit tidak wajar.

Kiela selalu menghampiri rumahnya untuk mengajarinya keluar. Saat mereka hanya berdua, Kiela selalu memeluk lengan gadis itu hingga dirinya puas.

Meskipun begitu, Nixia sama sekali tidak merasakan apapun. Dia hanya bersikap tenang dan normal saat Kiela berusaha bersikap manja dengannya.

"Eh, apa kau akan pergi hari ini?" Tanya Kiela setelah Nixia membicarakan sesuatu dengannya.

"Ya, ada jejak penyihir yang menyerang kota pada sebuah dungeon. Jika dibiarkan maka kita akan kehilangan jejaknya dan kita tak akan tau apakah penyihir itu akan menjadi demon yang kuat atau tidak. Karena itu aku harus melakukan pengintaian atau perserikatan akan melaporkan tindak sewena-wenaku."

"Tapi kenapa harus Nixia?! Masih ada petualang emas lainnya kan!" Marah Kiela yang tak suka waktu mereka bersama menghilang.

"Apa boleh buat. Akhir-akhir ini aku juga jarang menerima permintaan dan Guild meminta tolong padaku langsung jadi aku tak enak menolaknya."

Nixia harus melakukannya karena permohonan beberapa orang yang mengenal baik dirinya. Dia tak ingin membuat mereka kecewa karena ketidakikutsertaannya dalam menciptakan dunia damai di mana tanpa ada penyihir.

"Kalau begitu aku harus ikut!"

"Itu berbahaya! Kau harus tinggal disini."

"Aku tak mau! Pokoknya aku harus ikut!"

Keras kepala gadis itu membawa Nixia pada keputusan sulit yang akhirnya menyetujui permohonannya.

Lagipula Nixia akan lebih mudah dalam melindungi Kiela jika dia ada di sampingnya, ditambah Kiela juga baru saja menjadi peringkat perak. Jika memang informasi yang diberikan perserikatan benar, maka sebagai seniornya Nixia akan menyuruh Kiela meninggalkan medan pertempuran terlebih dahulu.

Dan dengan begitu mereka memasuki dungeon...

Mendapatkan informasi jika ada penyihir yang melarikan diri, bisa jadi dungeon adalah basis yang baik juga untuk memulihkan kekuatan para penyihir dengan tempat yang sulit dijangkau atau kamuflase menggunakan sihir bumi.

Nixia memeriksa tanah memahami struktur dan komposisi tanah. Dan dengan begitu Nixia menemukan sesuatu.

"Jejak pembuatan sihir bumi begitu kuat. Aku rasa penyihir itu berusaha melarikan diri dengan menggunakan jalan pintas."

Itulah yang dia ketahui, namun dengan keberadaan tanah buatan itu Nixia menjadi waspada bila adanya jebakan yang menantinya.

Yang lebih penting untuknya adalah melindungi Kiela di belakangnya.

"Aku bisa merasakannya. Energi jahat yang membuat bulu kudukku merinding." Katanya dalam pengalaman pertamanya memburu penyihir.

"Berhati-hatilah, mulai dari tempat ini sudah tidak aman."

"Baik!"

Mereka masuk begitu jauh ke dalam dungeon. Rasanya seperti berjalan menuju perut bumi, namun jauh lebih seperti mereka dituntun menuju suatu tempat.

"Nixia, di sana!"

Menunjuk pada sebuah tempat terbuka di depan mereka ternyata adalah sebuah ruangan berbentuk kubah raksasa dimana tidak terlihat satupun pintu masuk selain. tempat mereka lewati sebelahnya.

Dan Nixia mulai menyadarinya.

"Ini jebakan, menjauh dari sini Kiela!"

Sontak memintanya untuk kembali ke tempat sebelumnya, Kiela yang mengerti segera berlari, namun seketika tanah di belakang mereka bergetar kuat.

Jalan keluar tiba-tiba tertutup oleh dinding tanah yang menjulang tinggi ke atas langit.

Sebuah suara keluar begitu Nixia menyadarinya.

"Bagus, bagus sekali, seperti dugaanku bahwa petualang berbakat sepertimu akan dengan berani maju sejauh ini."

Seseorang muncul dari balik dinding. Sosok lelaki dengan jubah hitam yang terkoyak pada beberapa bagian.

"Siapa kau?!" Tanya Nixia setengah berteriak.

Jika benar seperti yang dibicarakan lelaki itu maka Nixia sudah jatuh terlalu jauh pada jebakan lelaki itu terlebih lagi dia membawa Kiela.

"Aku? Kau tidak perlu tau namaku bukan? Niatmu datang kemari adalah membunuhku bukan?"

"Cih!"

Nixia berdecak lidah. Dia pikir mungkin setidaknya memintanya untuk membebaskan Kiela, namun sepertinya itu mustahil.

Saat itu Nixia dengan perlahan menarik rapier putih miliknya. Dia dengan bersiaga memberikan tatapan tajam pada lelaki itu.

"Aku tak akan mengampunimu!"

Kiela yang melihat sisi lain Nixia begitu terkejut. Dia tak bisa ikut menarik pedang dari sarungnya karena tangan dan kakinya yang bergetar ketakutan.

Dua sosok yang memiliki aura menyeramkan saling berhadapan. Lelaki itu terlihat begitu santai sedangkan Nixia sangat kebingungan karena harus menemukan cara untuk membawa Kiela keluar dengan selamat.

Karena Kiela mempercayakan dirinya padanya. Dia percaya Nixia akan melindunginya, jadi akan dia lakukan.

Nixia melompat pada satu sentakan pada kakinya dengan pedang terayun di atas kepala.

"Ambil ini!"

Pertarungan itu dimulai dengan suara benturan yang begitu dahsyat.