webnovel

Kenangan Malam Terkutuk

Setelah menambah satu jam tidurnya, Salsabila merasa kelaparan. Moodnya sudah lumayan membaik dan tubuhnya juga sudah merasa enakan. Karena perutnya yang sudah meronta-ronta untuk diisi, Salsabila berganti pakaian dan berniat untuk turun ke dapur mencari makanan. Tetapi sebelum itu, Salsabila ingin membasuh muka dan gosok gigi terlebih dahulu. Namun saat ia sedang membasuh wajah, di pantulan cermin toilet Salsabila baru menyadari kalau ia memiliki bekas goresan yang terlihat jelas di dadanya, cukup besar dan dalam. Mungkin dia mendapat luka itu dari goresan permata yang dikenakan oleh Natasha.

Salsabila memilih mengabaikan luka itu dan kembali melanjutkan niatan awalnya, turun ke dapur mencari makanan untuk diisi ke perutnya. Di rumah ini Salsabila dan Alan tinggal bersama dua orang pembantu, satunya bertanggung jawab untuk membersihkan rumah dan satunya lagi bertanggung jawab masalah dapur, itu adalah bude Yun, wanita tua yang sudah lama ikut dengan keluarga Dirgantara, dan setelah Alan berkeluarga dia mengikut dan mengabdi di sini. Ada juga tukang kebun, dan satu orang satpam. Rumah ini begitu ramai dan besar. Alan menempatkan semua pegawai laki-laki di rumah yang terpisah dari rumah utama dan pegawai perempuan di rumah kecil terpisah lainnya. Di rumah utama hanya ada Salsabila dan Alan serta beberapa kamar kosong lainnya yang hanya ditempati jika ada keluarga yang berkunjung.

Halaman rumah ini sangat luas, dilengkapi kolam renang di halaman belakang. Salsabila suka menghabiskan waktu di kolam renang itu atau dapur untuk merenung. Ya, dapur. Alan membangun rumah ini dengan dapur yang sangat cantik dan lengkap. Salsabila tentu saja menyukai dapur cantik ini yang memang selalu dalam keadaan bersih.

Sesampainya di dapur, Bude Yun ternyata sudah menyiapkan sarapan lezat nan bergizi, hanya saja Salsabila ingin makan mie rebus. Salsabila merasa kalori yang berlebih bisa membuatnya lebih membaik. Oleh karena itu, Salsabila mengambil mie instan dari dalam lemari dan mulai memasak sendiri.

Saking fokusnya, dia sampai tidak menyadari seseorang yang menghampirinya dan memanggil namanya.

"Sa."

Salsabila menoleh mendengar suara Alan. Salsabila merasa heran dengan kedatangan pria itu. Bukankah dia sedang menghadiri pernikahan sahabatnya? Tetapi kenapa dia terlihat begitu acak-acakan? Kancing atas kemeja batiknya sudah terlepas dan rambutnya seperti habis diremas tidak beraturan.

"Aku …." Alan berjalan mendekat ke arah Salsabila. "Kenapa tidak mengatakan apa pun soal—"

Tanpa Alan meneruskan kata-katanya, Salsabila sudah punya firasat kalau yang dimaksud pria itu adalah kejadian semalam di mana dirinya dipermalukan oleh Natasha. Kabar seperti itu memang akan sangat cepat sampai ke telinganya. Ada banyak mata dan telinga di sana.

Salsabila berbalik, mematikan kompor dan berjalan menjauhi Alan. Rasa laparnya sudah menghilang dan berganti dengan moodnya yang kembali jumpalitan.

"Aku baik-baik saja, Mas."

Belum jauh Salsabila melangkah, Alan sudah menangkap pergelangan tangan Salsabila. Alan menarik Salsabila mendekat dan fokusnya langsung terarah ke dada Salsabila yang saat itu memang mengenakan gaun berdada rendah. Sehingga luka yang memang belum ia obati itu tercetak jelas di dadanya. Alan memandangi area itu dengan kedua alis yang mengernyit dan mengamati.

"Baik apanya? Ini apa, huh?!"

Seperti adalah hal normal, Alan menarik turun gaun itu sehingga luka goresan itu semakin terlihat jelas.

Buru-buru Salsabila menghindar lalu menutupi dadanya. "Ini hanya—"

"Hanya apa, Sa? Jelas-jelas dia melukaimu dan kau bilang baik-baik saja!" Suara Alan sudah meninggi, menandakan kalau pria itu sedang marah besar.

Kalau saja tidak hafal tabiatnya, Salsabila akan mati kesenangan diperhatikan seperti itu. Pria itu marah? Karena apa, bukankah akan lebih terlihat normal kalau Alan bersikap biasa saja.

"Cuma lecet. Kamu sudah makan?" Salsabila berusaha mengalihkan suasana. Sungguh, dia tidak nyaman berlama-lama berada disituasi menggelikan seperti ini dengan Alan.

Namun pria itu terlihat tidak peduli dengan pertanyaan yang Salsabila lontarkan. Malah Alan semakin mengunci Salsabila dalam tatapannya, yang membuat Salsabila merasa tidak nyaman.

"Kenapa kamu tidak bilang apa-apa sama aku?" Jelas Alan mengabaikan pertanyaan Salsabila.

Salsabila menghembuskan napas pelan. "Untuk apa?"

"Aku tidak ada hubungan dengan wanita itu, Sa! Aku tidak suka kenyataan dia mengaku-ngaku dan mempermalukanmu!"

Entah kenapa pria itu terdengar membela diri sendiri. Buat apa pria itu menjelaskan sesuatu yang Salsabila sudah ketahui. Memang benar kalau Alan sudah tidak punya hubungan dengan Natasha, tetapi sangat jelas kalau Alan masih berhubungan dengan Meira. Jadi, meskipun Alan bersusah payah untuk menjelaskan kalau dia tidak punya hubungan dengan Natasha, tetapi tetap saja Alan sudah mengkhianati pernikahan mereka dengan masih menjalin hubungan dengan Meira.

"Benarkah?"

Salsabila sudah tidak mampu mengendalikan nada suaranya yang meragukan.

"Sungguh?" ulang Salsabila kembali.

Alan sepertinya mengerti akan arti dari pertanyaan singkat Salsabila.

"Kamu tidak percaya?" tanyanya dengan ragu. Jelas berbeda dengan suaranya yang begitu lantang tadi.

Salsabila terdiam. Kemudian kembali membuka suara, "Apa gunanya percaya atau tidak?"

Skakmat.

Benar juga. Untuk apa Alan menjelaskan semuanya kepada Salsabila?

Untuk apa Alan ingin membuat Salsabila percaya dengan segala penjelasannya?

"Kamu ada atau tidak ada hubungan dengannya, atau dengan wanita lainnya. Bukankah itu bukan urusanku, Mas?!"

Tidak ada kata-kata yang bisa keluar dari bibir Alan. Salsabila memang sesuatu.

"Aku tidak suka kamu dipermalukan, Sa. Itu saja." Alan memilih menggunakan kata-kata pembelaan itu.

Salsabila menunduk sebentar, kemudian kembali mendongak untuk menatap suaminya. "Ada banyak hal yang lebih memalukan dan menyedihkan untuk aku tanggung selama menjadi istrimu. Kemarin itu hanya secuil saja, Mas."

Alan dan Salsabila saling bertukar tatap sebentar. Sebelum Salsabila yang lebih dahulu memutuskan tatapan itu kemudian berlalu meninggalkan Alan dengan segala pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

Alan menyusul untuk kembali ke kamarnya dan segera mengganti pakaian. Sepertinya ia butuh tidur, Alan butuh menghilang dari pikirannya sejenak. Sekalian menghilangkan dengungan ucapan menyakitkan Salsabila tadi. Ya, entah kenapa itu terasa menyakitkan. Menyadari bahwa tenyata Salsabila menanggung banyak rasa malu dan sakit selama menjadi istrinya, sungguh tak nyaman. Sudah pasti puncaknya adalah kejadian dua tahun lalu itu.

Haruskah Alan mengingat kejadian itu? Kejadian yang membuat dirinya pantas disebut lelaki laknat, bangsat, atau apa pun itu yang berarti buruk. Alan saja yang melakukan tidak bisa lupa, apalagi Salsabila yang menjadi korbannya.

Kejadian itu terjadi dua tahun lalu. Bermula dari Meira yang kembali menolaknya untuk menikah dengannya. Bahkan wanita itu tiba-tiba menghilang dengan anaknya, tanpa memberi kabar kepada Alan sebelumnya. Alan marah saat itu dan berakhir meminum banyak alkohol di club malam. Alan pulang ke rumah dalam keadaan mabuk berat. Alkohol membuatnya tidak sadarkan diri, dan entah bagaimana paginya Alan baru menyadari kalau dia terbangun di kamar Salsabila, di tempat tidurnya lebih tepatnya.

Alan semakin terkejut ketika mendapati dirinya yang tidak berpakaian di dalam selimut. Pikirannya tidak beraturan lagi, ketakutan bahwa mungkin saja dia melakukan sesuatu yang mengerikan pada Salsabila menghantuinya. Tetapi itu bukan dugaan semata, karena disalah satu sisi tempat tidur Alan menemukan bercak darah.

Celaka, Alan meniduri Salsabila dalam keadaan mabuk. Menjadi pria perebut kehormatan wanita itu seharusnya memang miliknya, tetapi salah kalau ia ternyata merebutnya dengan paksaan dan pasti menyakitkan untuk Salsabila.

Saat itu Alan berniat menjelaskan dan meminta maaf pada Salsabila. Tetapi wanita itu tidak pernah sekalipun mendongak, wanita itu terus menunduk tetapi tidak juga menangis. Salsabila pasti ketakutan dan marah di saat bersamaan. Alan yakin pasti melakukan itu dengan paksaan. Semenjak itulah Alan berjanji pada dirinya sendiri, tidak akan pernah lagi mabuk. Alan tidak bisa lagi kelepasan dan menyakiti Salsabila lebih dari malam terkutuk itu.