webnovel

Intuisi Dari Barcelona

'Katanya, tempat ini adalah akhir dunia. Kalau memang benar, izinkan aku kembali ke tempat ini untuk terakhir kali bersama seseorang yang benar-benar mencintaiku, menginginkanku, Tuhan!'

Salsabila tersenyum kecil menatap keadaan sekitar, angin berembus cukup kencang di dekat pelabuhan La Corun, Galacia, Spanyol. Suara debur ombak lautan biru di dekat mereka terdengar seperti sebuah nyanyian yang cukup panjang, langit dan samudera sering kali bersaing di sana—perihal tentang siapa yang biru dan memikat, nyatanya sama saja, setiap sudut bisa dikagumi oleh orang-orang yang datang mengunjungi tempat tersebut.

Salsabila dan Alan berdiri bersebelahan pada selasar yang membentuk sebuah setapak bundar mengitari sebuah mercusuar peninggalan Romawi setinggi 55 meter dengan posisi menghadap ke laut Atlantik Utara dari pesisir pantai Spanyol. Mercusuar yang dibangun pada paruh kedua abad pertama menjadikan tempat itu sebagai mercusuar tertua di dunia yang masih beroperasi.

Tower of Hercules berdiri kokoh di depan Salsabila dan Alan, begitu tinggi dan gagah, menjadikannya sebagai salah satu peninggalan ikonik di Spanyol. Entah harus bagaimana Salsabila menjelaskan perasaannya sekarang. Dia benar-benar sangat senang bisa dibawa ke tempat itu, jika Salsabila tak ke Barcelona mungkin ia tak akan melihat tempat yang sering disebut-sebut sebagai akhir dunia.

Ini adalah hari ketiga mereka di sini. Dan masih belum ada kemajuan yang signifikan dalam hubungan keduanya, masih dingin dan berbicara seperlunya. Jangan harapkan sesuatu akan terjadi di antara mereka seperti yang diharapkan oleh orang tua Alan. Sudah Salsabila katakan, itu mustahil terjadi.

"Tidak mau berfoto di sini?" tanya Alan memecah sunyi antara mereka. Ia menengadah menatap mercusuar itu sejenak, sebelum beralih pada sang istri yang seolah terhipnotis untuk terus menatap bangunan tinggi nan tua di depannya.

"Kenapa kamu suka banget bertanya aku harus foto, kamu punya ponsel buat berfoto sendiri, bukan?" Kedua tangan Salsabila masuk ke saku mantelnya, lalu melangkah tinggalkan Alan yang justru mengekor seolah ingin tahu apa pun urusan wanita itu. Padahal Salsabila hanya berdiri lebih dekat dengan tebing sekedar tatap betapa birunya lautan lepas di bawah tebing, tetapi sejauh mata memandang Salsabila bisa saksikan semua.

"Aku tidak ada maksud apa-apa, Sa. Kamu bawa kamera, jadi pasti pengeng foto, bukan?" Alan berdiri di belakang Salsabila, kembali bersuara dengan nada yang datar.

"Nanti, kalau aku ingin." Salsabila berkata dengan nada acuh tak acuh, memejamkan kedua mata dan rasakan angin yang menerjang di sekitarnya, membuat surai indahnya tergerai seperti tengah menari sesuka hati. "By the way, terima kasih sudah bawa aku ke sini, Mas."

Meskipun sebelumnya ia datang terpaksa di tempat ini, tetapi sekarang Salsabila begitu menikmatinya. Dia pikir selama di sini ia hanya akan merasa bosan dan menyendiri tanpa bisa melakukan sesuatu yang berarti. Tetapi, meskipun Alan begitu dingin padanya, pria itu tetap membawanya ke tempat-tempat bersejarah yang memang patut dikunjungi. Dan Salsabila bahagia tentu saja sudah dibawa oleh Alan.

"Terima kasih?" Alan bahkan tidak pernah terpikir Salsabila bisa mengatakan dua kalimat penuh arti itu, dan juga ia sama sekali tak pernah mengharapkan bisa mendengarnya terlontar dari bibir perempuan itu.

"Iya, terima kasih," ucap Salsabila kembali. Memutar tubuh seraya menampikan senyum tulusnya untuk Alan. Bukankah ia tidak pernah melakukan hal sederhana itu meski pada suaminya sendiri? Bukankah satu keajaiban yang datang dari Tower of Hercules.

Ada lengkungan balasan meski begitu tipis dan nyaris tak terlihat. "Kamu tahu legenda yang ada di tempat ini enggak?"

"Aku tidak tahu."

"Katanya, kalau dua orang yang berpisah di tempat ini—pasti suatu hari bakal dipertemukan kembali," tutur Alan sebelum menoleh seraya menunjuk mercusuar di belakangnya. "Dia saksinya."

'Biarpun aku ingin pisah sama kamu dan pasti akan berpisah. Semoga bukan di tempat ini dan di masa depan kita tidak perlu bertemu kembali."

Salsabila tahu bahwa pernikahan yang keduanya lakoni ini dan sama sekali tak memiliki visi dan misi sebentar lagi akan berakhir. Memang tidak ada kesepakatan tertulis bahwa mereka akan bercerai dalam waktu yang ditentukan. Hanya saja Salsabila sudah yakin betul bahwa pernikahan keduanya bukan pernikahan jangka panjang. Pada akhirnya mereka akan berpisah, entah itu besok, satu bulan kemudian, atau tahun depan.

Tidak ada yang tahu akan ke mana takdir membawa hubungan mereka. Salsabila hanya harus mempersiapkan diri mulai sekarang bahwa cepat atau lambat mereka akan menghadapi perpisahan itu. Senang atau buruknya tidak akan ada yang tahu.

Salsabila menunduk, ia keluarkan kamera polaroidnya sebelum arahkan benda itu pada pemandangan samudra yang biru di bawah langit biru, mereka sangat serasi, tetapi tak mungkin menyatu. Salsabila berhasil dapatkan satu cetak foto estetik dari samudra yang ia berhasil jepret, dia simpan lembar foto itu di dalam sling bag sebelum arahkan kameranya lebih tinggi dengan lensa menghadap ke arah dirinya sendiri.

Wanita itu tersenyum seraya mengangkat tangan kiri yang kosong tanpa memikirkan jika orang lain masih memperhatikannya di belakan sana. Salsabila juga tidak peduli jika wajah Alan tertangkap usai ia menekan tombol shutter, kali ini dia berfoto dengan latar belakang Tower of Hercules sudah cukup menjadi penyempurna dari beberapa foto yang berhasil Salsabila abadikan.

"Bisa tidak kalau berfoto itu berdua?" Sosok di belakang Salsabila tiba-tiba protes, ia mendekar hendak merebut kamera sang istri, tetapi Salsabila lebih sigap menyembunyikannya di belakang punggung.

"Kamu tahu, aku tidak mau berfoto sama kamu dengan alasan ingin menunjukkan kemesraan kita pada mama Rena. Aku bosan sama alasan itu, aku mau kalau kita bisa berfoto bareng pun karena kita benar-benar sanggup untuk berfoto pakai ketulusan. Bukan paksaan sebagai ajang kamu bisa ngeshow kalau kita ini adalah pasangan."

Setelah mengatakan kalimat itu, buru-buru Salsabila memasukkan kamera polaroidnya ke dalam sling bag. Dia tidak ingin dipasangkan lagi dengan Alan dalam satu frame yang sama, frame yang menampilkan begitu banyak kebohongan.

"Ingat ya, Mas. Aku mau kalau kita foto bareng karena kita memang layak foto berdua, paham?" Lalu setelah melanjutkan kalimatnya itu, Salsabila langsung melenggang pergi.

"Apa yang tidak layak dari kita? Aku sama kamu ini pasangan!" seru Alan berhasil membuat Salsabila menghentikan langkahnya, perempuan itu menoleh sejenak seraya menghela napas panjang.

"Sekali pun kita adalah pasangan, kita masih belum layak, Mas. Kamu tidak bisa paham maksud dari perkataanku. Antara kita tidak ada cinta, sekalipun ada ...." Salsabila menatap lurus ke depan—pada Mercusuar Hercules. "Semoga salah satunya tidak tersiksa karena cinta sendirian."

Setelah itu Salsabila melenggang pergi dan membiarkan Alan tertampar dengan perkataan Salsabila yang begitu nyata dan benar adanya.