webnovel

#1. Pertemuan Pertama

Cahaya remang-remang matahari terbit mulai menerangi sejuknya pagi hari. Burung merpati beterbangan mengelilingi seluruh negeri sambil berkicauan dengan riang. Rakyat dan para bangsawan memulai aktivitas mereka dengan semangat tiada tara, tentunya dengan senyuman pantang menyerah.

Dari seluruh penjuru negeri ini, terdapat sebuah istana megah penuh dengan arsitek rumit nan indah. Tepatnya istana Kingdom Adora, begitulah mereka menyebut nama kerajaan elok nan riang itu. Disana, duduklah seorang raja generasi ke-X di singgasananya, seorang raja yang dihormati dan disegani karena wibawanya dan adilnya beliau dalam memimpin Kingdom Adora.

Dari seluruh cerita menarik yang menyebutkan kerajaan ini, Yang Mulia Raja telah dikaruniai sepasang anak dari Sang Ratu. Mereka adalah Pangeran Jimin, si putra sulung, dan Putri Jieun, putri bungsu dari Yang Mulia Raja.

Alkisah, Pangeran Jimin tengah berbaring santai, dengan kasur empuk nan nyaman di kamarnya. Entah ada angin apa yang membuatnya ingin lebih lama di kamar, berat rasanya ia membuka matanya barang sekali saja. Mungkin ia lelah karena urusan kerajaan yang telah ia selesaikan beberapa hari lepas.

Kemudian, muncullah Yang Mulia Raja dari arah gedung utama menuju kamar Pangeran Jimin untuk melihat apa yang tengah dilakukan Pangeran saat ini. Namun alangkah terkejutnya Yang Mulia Raja, ketika beliau melihat Sang Pangeran masih berbaring dalam kasur di kamarnya dengan bertelanjang dada. Nampak jelas lekukan tubuh Sang Pangeran dengan perut yang berotot, nampak seperti roti sobek yang dijual di pasar rakyat.

Yang Mulia Raja berdecak melihat tingkah Sang Pangeran, yang kelak akan menggantikan kedudukannya sebagai pemimpin inti di Kingdom Adora. Seorang Pangeran yang akan meneruskan keadilannya dan kewibawaannya kelak.

Akhirnya, Yang Mulia Raja merasa kesal pada Sang Pangeran karena tak kunjung bangun. Beliau menggoyahkan kasur Pangeran Jimin sembari menepuk tubuhnya agar segera bangun.

"Hei Jimin-si pabo! Matahari sudah muncul sedari tadi. Lebih baik kau berjalan-jalan untuk mendengarkan apa saja yang rakyat butuhkan. Ppalliwa, bangun!" ucap Yang Mulia Raja. Beberapa detik setelahnya, Pangeran Jimin terbangun, namun matanya masih berukuran 5 watt.

Dengan kesal, Sang Pangeran menyahut,"Nde, Appa-yo. Aku akan mandi, sekarang!" jawab Sang Pangeran, lalu mengambil baju menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Demi apapun, air yang mengalir melewati tubuhnya sangat sejuk. Sehingga membuat kantuknya hilang dengan sempurna.

15 menit berlalu...

Seorang pangeran berwajah rupawan sudah keluar dari kamar mandi dengan setelan kerajaan. Rambutnya yang baru saja ia sisir rapi, terlihat seperti oppa-oppa yang ada di drama Korea. Parfum vanilla telah melekat erat di tubuhnya. Wajahnya yang imut dan sedikit gembung seperti mochi. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpana pada pandangan pertama karena wajahnya yang imut dan setelan yang rapi nan memikat.

Saat tengah berbangga diri di depan cermin, si putri bungsu mengaburkan segalanya, "Kak, kita makan, kajja!" teriak adik satu-satunya Sang Pangeran, yang tak kalah rupawan dari wajah kakaknya. Ia memiliki wajah yang manis berlesung pipit.

"Diamlah, Jieun. Tak lihatkah aku sedang bercermin? Tak perlu memberitahuku, aku akan segera ke bawah." sahut Pangeran dengan berteriak.

"Ya sudah. Jieun duluan ya, kak!" teriak adiknya kembali, disusul suara kelotak sepatu yang terdengar oleh Pangeran.

Dengan bergegas, Pangeran Jimin berjalan menuju ruang makan istana. Di tengah perjalanannya, ia menangkap sebuah pemandangan indah. Sinar jingga matahari terbit dengan guratan awan membuatnya berhenti sejenak.

'Neomu yeoppo! Pasanganku nanti pasti akan secantik dia.' batin Pangeran Jimin, lalu melanjutkan langkahnya menuju ruang makan istana.

***

Acara sarapan bersama keluarga kerajaan telah usai. Semua orang kembali pada pekerjaannya masing-masing. Begitu pun Pangeran Jimin, seperti biasa ia mendapatkan kepercayaan untuk mendengarkan kebutuhan rakyat Kingdom Adora.

"Yeayy, aku akan jalan-jalan ke pasar rakyat lagi. Semoga saja ada bidadari lewat ehee'. Aku akan menembaknya" gumamnya bersemangat.

Tersebutlah, langkah demi langkah Pangeran Jimin menelusuri pasar sampai ke akarnya. Ketika Pangeran Jimin lewat, semua rakyat menunduk hormat. Namun matanya menangkap seorang yeoja cantik yang berdiri dengan sinis, dengan pakaian yang berbeda dan lebih mencolok dari rakyat umumnya.

Ia memakai gaun perang berwarna biru tua, sama persis dengan warna pakaian yang tengah Pangeran Jimin pakai saat ini. Lesung pipitnya yang menawan terlihat jelas, bahkan saat ia sedang enggan untuk tersenyum. Lekukan bibir merah muda miliknya terlihat seksual. Benar-benar bidadari yang jatuh dari langit.

"Kau yang berbaju biru tua, kemarilah!" seru Pangeran Jimin pada yeoja itu, dengan sekuat tenaga menahan rasa hangat di pipinya.

"Mworago? Gua? Siapa kau?" tanya yeoja berbaju biru tua dengan sinis.

Pangeran Jimin hanya tersenyum kecut, lalu mendekati yeoja tersebut. Lalu tanpa aba-aba, ia menarik yeoja tersebut berlari ke tempat yang sepi, dimana tidak ada satupun rakyat yang bisa melihat mereka berdua.

"Ah ndee, apakah kau pangeran disini? Ckck. Ah mianhae gua sudah membuat separuh kesabaranmu habis. Karena jujur saja, gua tidak terlalu tertarik pada lelaki sepertimu." ujar yeoja tersebut dengan percaya diri.

"Aku Jimin, nama kau siapa?" Pangeran Jimin mengulurkan tangannya padanya, yeoja tersebut hanya berdecak.

'Dasar pangeran ngenes!' batin yeoja itu sinis.

"Baiklah, pangeran. Gua Jiena. Kau bisa memanggil gua Jijin atau apa aja, terserah kau." jawab yeoja bernama Jiena tersebut asal, tanpa menerima jabatan tangan Pangeran Jimin.

"Arraseo, aku panggil kau Jian. Mau ikut aku gak?" ajak Pangeran Jimin.

"Dengar ya, kemana pun kau pergi, gua gak mau ikut. Lagian kita berdua baru aja kenalan. Nekat banget kamu ngajak jalan gua." jawab Jiena pedas.

"Siapa yang bilang kita baru saja kenalan?" ucap Pangeran Jimin bersmirk. Lalu tanpa aba-aba, ia menarik Jiena dalam pelukannya, lalu mencium bibir Jiena kilat. Setelah itu ia meloloskannya dari pelukan.

"APA KAU GILA, HAH!?" teriak Jiena dengan tatapan tajam menuju ke arah Pangeran Jimin, namun tak ada satupun respon darinya.

Hanya hening selama beberapa menit. Tanpa aba-aba, Pangeran Jimin menarik Jiena dalam pelukannya untuk kedua kalinya. Ia melumat bibir Jiena dengan sensual. Pangeran Jimin menggigit bibir bawah Jiena, membuat Jiena membuka mulutnya, mengabsen setiap lekukan dalam mulut Jiena dengan lidahnya. Jiena akhirnya membalas lumatan Pangeran Jimin, hingga terdengar suara decakan mulut mereka berdua.

10 menit saling melumat, mereka menghentikan aktivitasnya dengan terengah-engah. Wajah mereka berdua memerah seperti kepiting rebus. Lalu hening kembali selama beberapa menit. Hingga Pangeran Jimin kembali menarik Jiena dalam pelukannya untuk ketiga kalinya. Ia mendekatkan mulutnya pada telinga Jiena.

"Karena kau adalah milikku, selamanya." lirih Jimin sensual, dengan tatapan yang menandakan bahwa ia tidak bercanda. Sedangkan untuk yang kesekian kalinya, pipi Jiena memanas.

Pangeran Jimin, seorang pangeran tampan dari Kingdom Adora mendapat kabar perjodohan dengan Putri Yeji dari Kingdom Bernas. Tetapi, ia lebih memilih untuk bersama dengan Jie Na, seorang putri penyihir di sebuah kerajaan yang tengah dikuasai Gisael Witch.

Jie Na sendiri datang dari Kingdom Galeun untuk menunaikan saran ibunya, Nalji Witch untuk berangkat ke Kingdom Adora untuk suatu keperluan dan melakukan perjanjian dengan Pangeran Jimin.

ryeon_xxlleecreators' thoughts