webnovel

Winter's Tale

Menghabiskan waktu bersama dengan seseorang dalam waktu yang cukup lama tidak berarti kau mengenalnya. Mungkin selama ini yang kalian lakukan hanyalah sekedar basa - basi semata. Atau mungkin salah satu diantara kalian tidak sepenuhnya mempercayai satu sama lain dengan apa yang telah dan sedang dialaminya. Bagi Zeline hidup dengan membatasi diri adalah hal biasa untuknya, bahkan menjadi sebuah keharusan. Sedangkan bagi Reigan, menghabiskan waktu lebih dari setengah umurnya mengenali wanita itu nyatanya tidak bisa membuat Reigan memilikinya begitu saja. Setelah semua masalah yang terjadi nyatanya masih ada begitu banyak lembaran kosong yang tidak ia ketahui dan mengerti tentang Zeline.

Rzndaa7 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 8

"Kau yakin semua akan baik - baik saja ?"

"Ya, semakin cepat kau berbicara dengan nya maka semakin baik pula untuk mu"

"Apa dia—maksud ku bagaimana jika—" Max mengangkat telapak tangan nya didepan wajahku menyuruh ku untuk diam dan berhenti, tidak lama tangan itu turun.

"Tidak akan. Aku akan menendang nya jika ia berani mendekat 1 meter padamu" Aku hanya tersenyum, percaya jika Max bisa dan mampu melakukan itu untuk ku.

Beberapa waktu kedepan aku akan tinggal ditempat ini, tempat yang menurut Zion bagus untuk membantu ku mengingat beberapa kenangan dan secara bersamaan pria pemilik tempat ini ikut melarangku untuk pergi keluar dari area pribadi nya. Sebagai penanggung jawab, Max berada disisi ku untuk menemani agar aku tidak mati bosan atau nekat melarikan diri. Laura telah pergi setelah aku menghabiskan sarapan disusul Reigan setelahnya, ia berjanji akan kembali setelah jam 3 siang.

Aku akan bertemu dengan Daniel hari ini. Setidak nya itu yang Reigan katakan padaku pagi tadi sebelum ia berangkat.

Aku mengingat sebagian kecil tentangnya, tentang Daniel yang menjauh dari ku, atau tentang beberapa kejadian yang terjadi diantara kami. Namun sayang nya Reigan tidak menjelaskan lebih detil perihal itu, ia sama sekali tidak ingin membantu ku.

"Siapa yang menyatakan cinta nya terlebih dahulu? apa aku?"

Pria itu sibuk berjalan kesegala arah didalam kamarnya sedang bersiap untuk bekerja. Beberapa pertanyaan ku lontarkan padanya namun ia tetap sibuk dengan kegiatan nya. Dan dia tidak menjawab ku.

Aku diam, tidak bersuara hanya memperhatikan gerak - geriknya, aku yakin hal itu akan menarik perhatian nya. Selama beberapa saat aku menunggu dan Reigan benar - benar berhenti melangkah lantas menghadapku, aku masih menatap nya dengan pandangan bertanya. Ia mendengus dan kembali berjalan.

"Kau tidak memiliki keberanian sebesar itu Zeline" Ia bergumam dari arah wardrobe nya, namun masih terdengar oleh ku, Aku mengangguk seakan ia melihat nya.

Reigan kembali berjalan keluar dan segera mendekati ku, duduk disisi ranjang "Look, Max akan disini dan Daniel tidak akan menyakiti mu, kau bisa duduk sejauh mungkin dengan nya senyaman yang kau mau. Jika ia bergerak mendekati mu, kau bisa berteriak memanggil Max"

Aku mengangguk paham, Reigan merapihkan beberapa helai rambut ku yang terurai, tubuhku secara spontan membeku. Ia perlahan menarik tangan nya dan tersenyum seakan memberikan penjelasan bahwa ia mengerti dengan respon tubuhku "Aku tidak akan lama, dan jangan pergi tanpa sepengetahuan ku ataupun Maximillian"

Jam menunjuk kan pukul 1 siang ketika bel pintu Penthouse terdengar, Max beranjak dari tempat nya menuju pintu utama. Suara pria tengah berbincang terdengar olehku hingga mereka muncul. Daniel berdiri menatap ku dengan membawa sebuah Paperbag Hitam ditangan kirinya. Aku ikut berdiri dan menyapa nya

"Hi" Sapaku, Ia terlihat terkejut, namun segera tersenyum. Max meninggalkan kami setelah berbincang beberapa saat dengan suara rendah dihadapan ku, ku lihat Daniel hanya mengangguk beberapa kali.

"Duduk lah.." Ruangan ini didekorasi dengan sofa berbentuk letter U, ada dua buah sofa single seat disisi kiri dan kanan nya. Daniel mengambil tempat di sebelah kanan sedangkan aku pada posisi tengah disofa panjang.

"Kau—mengingat ku Zeline ?" ia bertanya ragu - ragu.

Aku tersenyum "Tidak sepenuh nya. Dan Reigan tidak ingin membantu ku"

Ku lihat ia tersenyum dan sedikit tertawa "Kau meminta bantuan dengan orang yang salah"

"Maaf?" Ia menggeleng tidak ingin menjelaskan lebih lanjut.

"Bagaimana kabar mu ?"

"Aku baik.."

"Maaf kan aku.."

Aku menautkan kedua alisku "Maaf? untuk apa? Aku yang seharusnya meminta maaf karna tidak mengingat mu, maaf untuk perjumpaan kita kemarin. Kau pasti menganggap ku sedikit aneh"

Daniel menatap ku sendu, aku tidak bisa mengerti maksud dari tatapan itu, mengasihani ku kah, atau ia sungguh menyesal akan sesuatu yang tidak ku ingat.

"Sejauh apa kau bisa mengingat ku Zeline?" ia membuang pandangan menuju kaca besar dihadapan nya yang menampilkan rintikan hujan diluar, aku ikut menatap hal yang sama.

"Kau menjauhi ku—" aku memberi jeda sesaat dan kembali menatapnya "Tapi aku tidak mengingat alasan dibalik hal itu "

"Aku berselingkuh—" Daniel tidak menatap ku, dan aku tidak merasakan sakit apapun ketika ia mengatakan nya "—Aku berselingkuh dengan teman satu kelas mu" kini pandangan kami bertemu.

"Aku menyesali semua hal itu, aku tidak mengetahui alasan kepindahan mu yang menghilang begitu saja sampai aku mengetahui jika kau mengalami kec—"

"Minuman Special mu tiba " Max memotong pembicaraan kami. Ia meletak kan segelas air putih yang membuat ku menatap nya bingung

"Max.. " aku menegurnya menatap datar pada pria tersebut

"Hanya menurut ku Zeline, aku tidak menemukan minuman yang sesuai untuk kalian" Aku menatap nya malas dan beranjak untuk mengambil minuman lain untuk Daniel. Aku yakin melihat Orange Juice siap minum di Kulkas Reigan tadi pagi.

Kedua pria tersebut terlihat dalam perbincangan serius, Max menyadari kehadiran ku karna menempati posisi ku sebelumnya dan perbincangan mereka terhenti.

"Lanjut kan saja, aku yakin perbincangan bisnis kalian tidak lah menarik"

"Aku sedang bergosip tentang mu dengan Daniel Jelly, hubungan mengenaskan kalian hal paling menyenangkan untuk—Aww !! Jelly !!" Aku mencubit pinggang nya.

"Reigan memberitahu ku kau akan menikah"

Daniel tersenyum dan mengangguk, ia menggapai Paperbag Hitam yang ia bawa sebelumnya dan menyerahkan nya padaku. Ada sebuah Teddy bear berukuran kecil didalam nya yang terlihat begitu menggemaskan dan beberapa kartu undangan.

"Apa ini untuk ku ?" ia tersenyum, menatap boneka di pangkuan ku

"Boneka itu seharusnya menjadi hadiah permintaan maaf ku sebelum kau menghilang—" aku terdiam.

"—Aku masih menyimpan nya, berharap suatu saat bisa bertemu dengan mu kembali dan memberikan nya padamu, it yours Zeline"

"Oh Man, Dilarang menggoda Jelly ku" Aku tersenyum dan Daniel mendengus, tertawa pelan.

Suara langkah kaki terdengar mendekat, senyum ku merekah ketika kudapati Reigan muncul setelahnya. Daniel berdiri dan mereka berjabat tangan, sedikit berbincang. Dan kini posisi ku benar - benar berada ditengah. Reigan duduk disisi kanan ku menyuruh ku bergeser.

"Hahaha" Daniel tertawa dan kini kami serempak memperhatikan pria itu. "Kalian bertiga sungguh tidak berubah" jelasnya.

"Maaf kan aku Daniel, aku yakin masih banyak hal yang ingin kau bicarakan. Apa kau ingin ke caf—"

"Tidak !" Reigan dan Max serempak memotong ucapan ku, membuatku sedikit terkejut dan tersentak, mereka sungguh menjengkelkan.

Lagi - lagi Daniel tersenyum "Tidak apa, aku hanya ingin meminta maaf sebelum acara pernikahan ku di laksanakan, ku harap kau datang "

"Tentu saja, aku pasti akan datang. Aku ingin melihat pengantin wanita nya"

"Kau mengenal calon istri ku Zeline"

Aku menoleh menatap Reigan dan Max bergantian meminta penjelasan. Maximillian hanya mengedik kan bahu nya, pandangan ku kembali pada Reigan yang nyatanya tengah menatap ku

"Nadine, teman sekelas mu" aku mengangguk - angguk paham, jujur saja aku tidak memiliki memori tentang wanita itu.

"Kau—Kau mengingat nya ?" Aku menggeleng pada Daniel, tidak ada gambaran sedikit pun tentang calon istri nya. Ia mendesah pelan membuang nafas

"Nadine adalah teman sekelas mu. Dan aku berselingkuh dibelakang mu dengan nya" Untuk beberapa saat tidak ada suara, kami semua terdiam

"Ku pikir itu bukan berselingkuh.." Aku menatap nya tersenyum "Kau hanya menemukan seseorang yang sudah ditakdirkan untuk mu"

"Zeline.." ia menyerukan nama ku pelan

Aku hanya tersenyum "Tidak, kau tidak melakukan kesalahan apapun padaku, dan kau pantas untuk berbahagia dengan pilihan mu"

"Apa kau tau, aku sedang menahan hasrat untuk segera memeluk mu" Aku terdiam, sedangkan kedua pria disampingku sudah bersiaga

"Pergi saja kau ke Neraka!" Max menyahut kesal. Reigan tidak bersuara, tapi aku memperhatikan nya, ia menatap Daniel tajam.

"Hahaha, aku bercanda. Kau memiliki Guard yang menakutkan Zeline" Aku mengangguk setuju, jika saja aku bisa memberitahu nya bahwa total Bodyguard ku sebenarnya adalah 4 orang dengan Zion dan juga Zac sebagai tambahan nya

"Kau bisa pergi jika sudah selesai dengan urusan mu" Reigan bersuara dengan tajam.

"Rei.. " pria ini sedikit keterlaluan, Daniel hanya tersenyum padaku memaklumi nya.

"Tidak apa, ku rasa aku telah menjelaskan semuanya padamu, sudah saat nya aku pergi" Ia beranjak dari tempat duduk nya, bersalaman ala pria dengan Maximillian dan Aku beserta Reigan mengantar pria itu hingga mencapai pintu utama.

"Aku ingin mengantar nya sampai di Lobby utama"

"Kau cukup mengantar nya sampai di pintu Penthouse ku Zeline"

"Kali ini saja, lagi pula ini masih dalam kawasan Penthouse mu bukan?" Kami berbicara pelan berdampingan dibelakang Daniel, Ku dengar Reigan menghela nafas, aku menatap nya dan ia mengangguk terlihat terpaksa.

"Terimakasih"

Aku dan Daniel sedikit berbincang tentang kenangan kami yang sedikit ku ingat di masa sekolah sepanjang jalan menuju Lobby Utama. Reigan hanya diam mendengarkan.

"Apa kau ingat pernah membohongi guru konseling ketika terlambat sekolah? Aku, Kau dan Max dihukum disaat yang sama" Aku mengangguk dengan semangat, itu adalah kenangan yang belakangan ini muncul dalam pikiran ku setelah bertemu kembali dengan mereka semua.

Saat itu aku, Maximillian, Reigan dan Daniel berada di bangku kelas 2 sekolah menengah atas semester pertama. Satu hari sebelumnya, tepat dihari Minggu Maximillian datang bersama Daniel kerumah ku untuk membantu mereka mengerjakan tugas.

Max dan Daniel berada di kelas yang sama, sedangkan Aku bersama dengan Reigan. Max tiba pada malam hari dirumah ku sedangkan aku juga Daniel telah selesai mengerjakan tugas tersebut. Pria itu hanya menyalin tugas dan mengajak kami untuk menonton film bersama setelahnya. Itulah alasan mengapa kami terlambat.

Aku tiba di sekolah ketika jam menunjuk kan pukul 07:40 pagi disusul Daniel dan terakhir Max. Kami berdiri didepan halaman sekolah bersama para murid lain nya menunggu Guru Konseling kami tiba untuk memberikan Point dan hukuman. Reigan berada di lantai 3, berdiri memperhatikan ku dan yang lain nya dari lorong kelas dengan berpangku tangan, benar - benar menyebalkan.

Ketika Guru Konseling yang terkenal menakutkan itu tiba, aku segera berlari dari tempatku menuju kelas, meninggalkan Max dan Daniel yang meneriaki nama ku dengan keras.

"Zeline Edrea Kyra !! Kembali ke tempat mu !!"

Aku berhenti beberapa saat dan berbalik , sedikit berteriak menatap nya "Not now Miss, Aku memiliki Jadwal Uji Fisika!" lantas kembali mengambil langkah seribu melesat menuju kelas ku

Dan setelah itu aku mendengar suara tawa Maximillian dan Daniel yang bersahutan.

"Tapi Aku tidak sepenuhnya berbohong, hanya saja aku salah menyebut Mata Pelajaran" Ya, aku seharusnya menyebutkan Matematika, namun yang terlintas dikepala ku justru Fisika.

"Apa kau tau semua murid yang berada disana dan melihat mu menahan tawa? Aku dan Max mendapat hukuman 2x lipat menggantikan mu karena tertawa dengan keras"

Aku hanya tersenyum menanggapi nya, kami tiba di lobby utama. Reigan tidak mengikuti ku sampai di pintu kaca besar, ia menunggu di dalam di dekat pilar besar ditengah - tengah loby. Hujan masih turun dengan deras, kami berdua menunggu petugas parkir datang membawa mobil Daniel.

"Masuklah, kau tidak perlu menunggu ku"

"Tidak apa, lagi pula aku menyukai suasana hujan" Daniel mengambil langkah beberapa meter didepan ku, kini kami berdiri berhadapan, aku sedikit mendongak untuk menatapnya.

"Maaf kan aku, maaf karena menyakiti mu dan tidak bisa menjaga mu dengan baik. Aku bahkan tidak mengetahui alasan kepergian mu selama ini. Aku sungguh menyesali semua itu"

Aku menggeleng "Aku tidak menginggat nya dengan baik Daniel, semua telah berlalu dan aku tidak merasa kau menyakiti ku"

"Dan.. Terimakasih.. " Aku menatap nya bingung, tidak mengerti untuk apa ungkapan tersebut.

"Terimakasih pernah menjadi bagian dalam kehidupan ku dan terimakasih untuk semua awal baru yang kita mulai kembali saat ini" Daniel menjulurkan tangan kanan nya mengajak ku untuk bersalaman. Aku mendekatinya dan memberanikan diri memeluk pria tersebut, ku rasakan tubuhnya menegang namun ku pikir itu karena tubuh ku yang juga belum terbiasa untuk bersentuhan.

"Terimakasih karena telah menjadi teman baik ku Daniel" Ia merespon dan ikut mendekap ku.

"Aku melepas mu Zeline, kini aku sungguh baik - baik saja, berjanjilah untuk bahagia" Aku hanya mengangguk dalam dekapan nya.

Tidak lama, ia melepaskan rangkulan kami. Sebuah mobil sedan hitam telah terparkir bersamaan dengan seorang petugas parkir yang keluar dari balik kursi kemudi, pria tersebut membuka kan pintu mempersilahkan Daniel untuk masuk.

"Kau harus datang di acara Pernikahan ku" Aku hanya mengangguk, ia tersenyum dan berbalik menuju mobilnya memasuki kemudi utama, Daniel menurunkan kaca samping dan kembali menatap ku

"Sampaikan salam ku pada Reigan, aku tidak memiliki nyali untuk menatapnya sekarang" Aku mendengus mendengarnya. Ia melambaikan tangan nya padaku dan berlalu sampai menghilang ditengah hujan

Aku berbalik menatap Reigan yang nyatanya tengah menatapku, sebuah senyum tipis terlihat diwajahnya. Kini perkataan Daniel terngiang ditelingaku, untuk beberapa saat aku mencoba bertanya pada diriku sendiri, bisakah aku seperti Daniel?

Bisakah aku mencoba mengatakan hal yang sama suatu saat pada pria yang saat ini tengah menatapku dengan senyum nya? bisakah aku melepas Reigan ?

**