webnovel

Winter's Tale

Menghabiskan waktu bersama dengan seseorang dalam waktu yang cukup lama tidak berarti kau mengenalnya. Mungkin selama ini yang kalian lakukan hanyalah sekedar basa - basi semata. Atau mungkin salah satu diantara kalian tidak sepenuhnya mempercayai satu sama lain dengan apa yang telah dan sedang dialaminya. Bagi Zeline hidup dengan membatasi diri adalah hal biasa untuknya, bahkan menjadi sebuah keharusan. Sedangkan bagi Reigan, menghabiskan waktu lebih dari setengah umurnya mengenali wanita itu nyatanya tidak bisa membuat Reigan memilikinya begitu saja. Setelah semua masalah yang terjadi nyatanya masih ada begitu banyak lembaran kosong yang tidak ia ketahui dan mengerti tentang Zeline.

Rzndaa7 · Urban
Not enough ratings
10 Chs

Chapter 3

Ballroom megah dikawasan elit pusat kota itu terlihat begitu ramai, rangkaian bunga ucapan selamat memenuhi sepanjang pintu masuk Ballroom. Hampir seluruh tamu undangan diisi oleh wanita dari berbagai usia. Wartawan lokal maupun Mancanegara ikut terlihat disetiap sudut ruangan merekam berbagai kegiatan pada acara tersebut.

Brand yang saat ini tengah naik daun dikalangan wanita itu menjadi Trending Topic didunia Fashion. Hampir seluruh kursi sudah terisi penuh, sistem penjualan Ticket yang diusulkan pihak Public Relation benar - benar sukses, bahkan di hari pertama pre-sales penjualan semua kursi telah habis terjual.

Seorang wanita duduk di barisan terdepan dekat dengan Runway yang telah disediakan, kursi disamping nya kosong. Ia masih menunggu si empunya untuk hadir dan menemani nya. Laura telah menantikan acara ini cukup lama, ia terlalu kagum dengan segala rancangan yang dibuat oleh sang designer hingga melupakan style fashion nya yang terbilang selalu casual dan terkesan tomboy.

"Aku pikir akan terlambat" seorang pria duduk mengisi kursi kosong tersebut, Laura hanya tersenyum menyambutnya.

"5 Menit lagi, aku sungguh tidak sabar!" Maximillian mendengus ditempatnya, ini pertama kalinya Laura terlihat antusias dengan fashion dan ia sungguh senang dengan perubahan itu.

"Kita bisa langsung datang ke butik nya sayang"

"I know, tapi aku terlalu penasaran dengan baju yang akan di tampilkan"

"Alright baby, you win" pria itu tak lagi ingin berdebat, ia mengecup puncak kepala wanita nya dengan sayang.

Lighting mulai diredupkan, beberapa lampu sorot mulai mengambil posisi pada spot yang dituju, acara Fashion Show tersebut dimulai. Beberapa model mulai berjalan satu per satu dari backstage dengan pakaian yang mencuri banyak perhatian. Laura fokus dengan kamera ponselnya dan Maximillian fokus dengan laporan bisnis di ponsel pintarnya tidak ingin repot - repot melirik para model yang tengah berjalan gemulai dihadapan nya.

"Sejujur nya wajah desaigner brand ini tidak asing bagiku. Rasanya aku pernah melihat nya"

"Mungkin kalian pernah bertemu disuatu tempat"

"Yang benar saja, ini bahkan pertama kalinya aku mengikuti acara fashion show Max" Pria itu mengangkat kedua bahu nya tanda tidak peduli, sedangkan Laura menatap kesal padanya.

Setelah rangkaian busana berlangsung, acara tersebut hampir usai, seorang Host pria berdiri ditengah Runway memberikan ucapan terimakasih kepada seluruh tamu undangan. Para model ikut berjajar memenuhi sisi kanan dan kiri Stage utama.

"Baiklah, sebelum kami menutup acara yang luar biasa ini, mari kita berdiri dan—" Laura menarik tangan tunangan nya untuk ikut berdiri "Stand up baby" pria itu hanya diam dan menurut tidak berkomentar sambil meminum air mineral nya.

"—Everybody, please welcome Zeline Edrea Kyra!!"

"Uhukhkhk" Maximillian sukses tersedak dan menyemburkan minuman nya, Laura ikut terkejut dan menatap tunangan nya dengan pandangan aneh, beberapa tamu yang hadir pun ikut memperhatikan mereka

"Max, ada apa dengan mu?" Wanita itu memberikan tissue padanya secara sigap. Pandangan mereka tiba - tiba saja teralihkan dengan suara riuh tepuk tangan yang saling bersahutan.

Seorang wanita keluar dari balik backstage menuju panggung utama dengan tampilan memukau. Strap dress dengan warna salem melekat ditubuh indahnya yang sungguh proposional, wajah cantiknya menampilkan senyum simpul kesegala penjuru ruangan, rangkaian bunga berada ditangan nya dari berbagai pihak sebagai ucapan selamat. Wanita itu sungguh sukses menyandang predikat bak dewi bagi siapapun yang menatapnya.

Maximillian berdiri kaku, suhu ruangan entah mengapa terasa lebih dingin dari sebelumnya. Fokusnya benar - benar hilang, nafasnya bahkan tertahan tidak mampu menghirup udara lebih banyak seperti biasanya.

Ia sungguh mengenali wanita itu, wanita yang sepanjang eksistensi nya selalu berada dalam radar penglihatan nya. Wanita yang tiba - tiba saja menghilang dari pandangan nya belasan tahun lalu, yang berhasil membuat nya dan Reigan melewati hari layaknya mayat hidup. Wanita itu adalah pusat dari segala kehidupan yang dilewatinya. Max menatap sendu pada wanita cantik tersebut, betapa ia sungguh merindukan nya.

"Zeline.." gumam nya pelan

****

Acara tersebut berakhir dengan sempurna. Para tamu yang hadir kini membuat kerumunan kecil untuk sekedar saling menyapa dan berfoto bersama. Maximillian hanya menatap satu fokus pada kerumunan yang paling banyak diserbu ditengah ruangan. Laura memutar bola matanya memperhatikan kelakuan pria tersebut.

"Berhentilah berandai - andai" Pria itu hanya menanggapi nya dengan pandangan datar. Laura hanya mendesah lalu beranjak dari duduk nya menarik tangan Maximillian untuk mengikutinya

"Laura, apa yang kau lakukan ?"

"Diam lah, kita harus segera mengejar nya" tanpa berpaling wanita itu menyeret Maximillian dengan terburu - buru. Laura semakin mempercepat langkah nya ketika melihat tujuan nya mulai beranjak dari posisi sebelumnya dan ia berhasil tanpa tau bahwa genggaman nya dengan Maximillian telah terlepas

"Zeline !" wanita itu tepat berhenti di pintu utama ruangan khusus miliknya, ia berbalik menatap bingung pada wanita yang menyerukan nama nya barusan

" Ya ?"

"Hallo, aku Laura. Selamat untuk acara Fashion Show mu" wanita itu mengulurkan telapak tangan dan Zeline menyambutnya, tersenyum sebagai ucapan terimakasih.

"Terimakasih sudah hadir "

"Bisakah kita berfoto bers— ahh Ini Tuna—" Laura yang baru tersadar dengan Max lantas berbalik mencari keberadaan pria tersebut. Zeline ikut melirik pada sosok dibelakang Laura dan pandangan mereka bertemu.

Maximillian bersandar pada sebuah pillar ballroom tidak jauh dari mereka dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celana nya, pandangan nya datar tanpa ekspresi hanya tertuju pada Zeline. Ia berjalan mendekat, tubuh Zeline menegang, pupil mata nya melebar dan secara tidak sadar ia selangkah mundur dari tempatnya membuat Maximillian terhenti, tersenyum miris dengan respon yang diberikan wanita itu.

"Apa kau sudah puas bersembunyi—Jelly ?" Laura menatap bingung pada tunangan nya, pertama kalinya ia melihat Maximillian seperti ini terhadap lawan bicara.

Tubuh Zeline sedikit bergetar, ia mencoba beberapa kali mengerjap mengembalikan kesadaran nya untuk bisa kembali fokus dan mencoba tersenyum "Ha—Hai"

Pria itu nampak mendengus, masih menatapnya datar "Almost 12th years and now you just say hi? Are you kidding me?!!" Pria itu sedikit menggeram dan menaikan suara nya membuat Zeline kembali melangkah mundur

"Max.." Laura mencoba memperingatkan tunangan nya dengan memegangi lengan pria tersebut.

"Maa—" pria itu menarik Zeline kedalam pelukan nya sebelum wanita itu menyelesaikan ucapan nya, sesaat tubuh wanita itu menegang hebat, Zeline bersusah payah menahan semua ketakutan nya, berusaha untuk men-sugesti dirinya sendiri bahwa semua akan baik - baik saja, bahwa pria yang saat ini tengah memeluknya tidak akan pernah berbuat kasar atau bahkan menyakitinya.

Max pun merasakan hal yang sama, ia sadar bahwa Zeline menegang dalam rengkuhan nya, wanita ini ketakutan dengan perlakuan nya namun ia tidak perduli. Darah ditubuhnya seketika berdesir tatkala Zeline mulai merespon nya, Max sungguh paham jika wanita itu mencoba begitu keras menerima nya dan ia pun bertekad tidak akan berhenti hingga Zeline nya kembali seperti sedia kala.

"Jangan pernah berani untuk menghilang lagi setelah ini" Zeline mencoba tersenyum dalam pelukan pria itu dan membalas rengkuhan Max, walaupun nyatanya setetes air mata berhasil lolos dari sudut mata cantik nya.

"I miss you too Max" Pria itu mendengus kembali dan mempererat pelukan mereka. Pandangan Zeline kini tertuju pada seorang wanita yang tengah memperhatikan mereka dalam diam. Ia melepaskan diri membuat Maximillian berdecak kesal, Zeline tertawa dan bergeser untuk menatap wanita tersebut dengan leluasa

"Kau melupakan wanita cantik dibelakang mu" Zeline menoleh dan menegur nya, Max hanya tersenyum, memberikan gesture kepada Laura untuk mendekat padanya.

"Well, she's my Fiance. Laura" Kening wanita itu sedikit berkerut, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan namun diurungkan nya dan Max menangkap gelagat itu.

"Laura" ia tersenyum dan Zeline mengangguk pelan lantas mengajak mereka untuk duduk bersama diruang pribadi nya.

Ruangan khusus itu dibuat untuk Zeline beristirahat dan berganti pakaian. Sebuah Sofa panjang dan beberapa single seat ikut tersedia disana, Laura dan Max mengambil posisi di sofa Panjang duduk berdampingan dan Zeline duduk dihadapan mereka pada single seat yang tersedia.

"Dimana kalian saling mengenal Laura ?"

"Ahh, di Universitas. Aku, Max dan Reigan berada di Universitas yang sama. Bagaimana dengan kalian? Max tidak pernah bercerita jika mengenal Desaigner hebat seperti mu" wanita itu berbalik menatap Zeline.

Zeline yang ingin mengambil cangkir minum milik nya terhenti. Tangan nya menggantung di udara, hal itu tidak luput dari pandangan dua pasang mata yang duduk dihadapan nya.

"Zeline.." Max menyadarkan nya, dan ia hanya tersenyum kaku berbanding terbalik dengan Laura yang menatap aneh akan hal itu.

"Selama aku mengenal Reigan, selama itu pula aku mengenal Zeline, Kau pernah melihat fotonya sayang jika kau lupa" Maximillian mengambil alih untuk menjawab pertanyaan Laura membuat wanita itu menatap nya bingung, ia kembali menatap Zeline untuk memastikan pernyataan tersebut dan sebuah bayangan kembali muncul, membuat kedua pupil matanya membesar tanda bahwa ia terkejut, Laura dengan cepat menoleh pada Max meminta pembenaran dan pria tersebut mengangguk pelan.

Wanita ini, wanita dihadapan nya ini adalah alasan dibalik hubungan Reigan dan dirinya berakhir.

Ya, Laura dan Reigan pernah menjalin hubungan namun Laura memutuskan hubungan mereka. Wanita itu terlalu sadar jika Reigan tidak pernah menganggap nya ada, pria itu hanya terfokus pada satu wanita dan itu bukan lah dirinya. Laura sering kali mendapati pria itu menatap foto wanita diponsel pribadinya, selama satu tahun menjalin hubungan pria itu bahkan seperti menganggap nya teman pada umum nya jika itu pun bisa disebut hubungan pertemanan.

Laura ingat ketika memberanikan diri bertanya pada Max siapa wanita yang sukses mencuri perhatian kekasih nya, Ia ingat ketika seorang Max untuk pertama kalinya terlihat bersedih ketika menceritakan wanita itu, wanita yang sukses mencuri perhatian dua pria tampan yang dikenal nya. Betapa ia merasa iri karena wanita beruntung itu memiliki tempat spesial dihati mereka berdua. Dan wanita itu menjadi alasan untuk memutuskan hubungan nya dengan Reigan, pria itu bahkan meminta maaf dan dengan jujur menyatakan bahwa ia mencintai wanita lain. Sayang nya, laura tidak mengenal wanita itu, nama pun ia tidak tau.

"A—aku harus ke toilet, permisi" Laura beranjak pamit untuk keluar, setidak nya ia butuh udara segar untuk beberapa saat. Max hanya tersenyum memaklumi keterkejutan tunangan nya.

Untuk beberapa saat tidak ada yang bersuara, Zeline beranjak dari tempat nya menuju balkon yang tersedia diruangan tersebut, menatap lurus pada titik - titik hamparan cahaya kecil dihadapan nya khas pemandangan malam di ibukota. Max mengikuti nya dan ikut berdiri berdampingan dengan wanita tersebut.

"Dia—maksud ku Laura—" Zeline menjeda "—Berhubungan dengan Reigan"

Maximillian menoleh menatap wanita cantik disampingnya dengan kening berkerut, bagaimana mungkin Zeline mengetahui jika Tunangan nya pernah menjalin hubungan dengan Reigan?, ia berbalik, memasukan kedua tangan pada saku celananya dan menyandarkan punggung pada besi pembatas balkon agar bisa dengan leluasa mengamati wajah cantik Zeline

"Siapa yang memberitau mu?"

"Media Sosial" Sebuah dengusan terdengar, Max tau bahwa Zeline tengah berbohong. Hubungan Reigan dan Laura bahkan tidak pernah tersentuh media.

"Kau mecoba menipuku ?"

"Reigan—Apa dia baik - baik saja ?"

"Mengalihkan pembicaraan huh?. Well, pria brengsek itu baik, dalam artian ia masih bernafas dan masih hidup" Max ingin sekali menghubungi sahabat nya itu memberitahukan bahwa ia telah menemukan Zeline mereka. Namun ia takut jika Zeline memberikan sambutan yang kembali berbeda. Sudah cukup banyak hal yang terjadi, dan Max tidak ingin baik Reigan maupun Zeline menderita kembali.

"Aku senang dia baik - baik saja" Zeline tersenyum, kembali menatap lurus pada manik mata pria disampingnya, tanpa ia tau bahwa Max menyadari jika mata itu berkaca - kaca. Wanita itu hanya tengah menahan nya.

Maximillian menggeram "Berhenti bersikap baik - baik saja Zeline"

"Ahh, sebaiknya kita masuk kembali" Zeline beranjak dari tempat nya mengambil arah untuk berbalik, mendengar nama Reigan membuatnya terluka, dan entah mengapa secara bersamaan membuat kepala nya berdenyut hebat.

"Mungkin ada baiknya jika kita tid—" Max menegak kan tubuhnya dan mencekal pergelangan tangan wanita itu hingga berbalik menghadap nya. Laura yang sedari tadi telah kembali dan melihat juga mendengar percakapan itu ikut terkejut dengan perlakuan Max. Ia ingin menghampiri tunangan nya untuk menahan pria tersebut agar tidak berbuat kasar namun kakinya terlalu kaku untuk digerak kan. Hatinya ikut berkata bahwa ini bukan lah tempatnya.

"Apa kau bahagia?" Pria itu mencoba bersabar dan Zeline hanya bungkam menatap cekalan nya.

"Max aku ha—"

"Zeline Edrea Kyra! Aku bertanya apa kau bahagia?!" Maximillian membentak wanita itu, baik Zeline maupun Laura ikut terkejut

"Dua belas tahun aku diasingkan dan kau menanyakan kebahagian ku?! Apa kau pantas menanyakan hal itu?!" Zeline berteriak marah bersamaan dengan air mata yang sudah bersusah payah ditahan nya. Ia menghentak kan genggaman Max dan berlalu dari sana.

Max terdiam, membiarkan Zeline berlalu dari hadapan nya. Pertanyaan bodoh yang seharusnya tidak ia tanyakan. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang tidak terluka akibat kejadian itu. Ia sungguh mengetahui Zeline lah yang paling hancur diantara dirinya atau pun Reigan, namun waktu tidak bisa dikembalikan. Baik Reigan maupun dirinya masih menyesali dan menyalahkan diri mereka sendiri atas kejadian tersebut.

Laura bungkam ditempat nya, ia tidak mengerti situasi apa yang terjadi saat ini karena ia memang buta. Ia tidak mengetahui kejadian apa yang sesungguhnya telah terjadi di masa lalu.

"Max.." Laura mendekat mengelus punggung pria tersebut untuk membuat nya tenang. Max menatap nya sedih dan memeluk nya erat. Sekali lagi, sekali lagi ia melihat tatapan itu. Tatapan dari seorang Maximillian yang tidak pernah dilihat nya.

**