webnovel

BERTEMU LANGSUNG

"Namanya Jeff Demian, kan?"

Liam mengangguk ketika Lenny, asistennya memastikan nama pria itu.

"Aku sudah berusaha menghubunginya, tapi dia menolak untuk diberikan kompensasi atas kejadian kemarin. Katanya itu bukanlah masalah yang besar," jelas Lenny dan hal itu membuat Liam terkejut.

"Apa kau bercanda, Lenny? Bagaimana dia bisa menolak kompensasiku padahal sudah jelas mobilnya penyok karena ulahku?!"

Lenny mengedikkan bahunya turut tidak mengerti akan situasi yang dihadapi bosnya saat ini dengan pria bernama Jeff Demian itu. Pasalnya baru kali ini ia menemukan seseorang yang tidak peduli dengan uang ganti rugi, ia pikir mungkin dia orang yang kaya.

"Sepertinya dia orang yang kaya seperti Tuan. Jadi mungkin saja hal itu bukanlah hal yang penting."

"Begitukah? Aneh sekali."

Lenny terkekeh. "Tuan, jika sudah begitu kita tidak bisa apa-apa. Tapi ini adalah hal yang bagus karena orang itu bukan orang yang macam-macam."

Liam mengangguk paham, ia mengerti akan maksud Lenny karena selama ini banyak orang yang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk mendapatkan sesuatu. Dan beruntungnya orang yang tak sengaja ia tubruk kemarin tidak termasuk dalam golongan itu. Pasalnya bukan sekali saja Liam menemukan orang-orang penuh kedok. Walaupun itu bukan hal yang sulit bagi Lenny untuk menyelesaikannya, tapi bagi Liam itu hal yang membuang-buang waktu jika sudah berhubungan dengan mereka.

"Baiklah, Tuan. Mari lupakan permasalahan kemarin karena sekarang waktunya anda makan siang," ucap Lenny mengingatkan dan hal itu langsung membuat Liam mengingat Lilia seketika.

Lantas ia pun segera mendial nomor Lilia di ponselnya, dan tidak butuh waktu lama untuk kekasihnya itu mengangkat teleponnya.

"Halo Liam?"

Walaupun tadi pagi ia sudah bertemu dengan Lilia sebelum mengantarkannya pulang ke apartemennya kembali, namun ketika mendengar suara wanita itu melewati telepon benar-benar membuatnya begitu merindukannya.

"Sayang, makan siang bareng yuk!"

Air muka Liam yang awalnya tersirat keantuasiasan memudar perlahan ketika Lilia mengatakan tidak bisa pergi makan siang bersamanya, karena sedang ada urusan mendadak. Padahal ia sudah membayangkan di dalam kepalanya untuk memberikan servis makan siang romantis pada wanita itu tapi sepertinya tidak berjalan sesuai ekspektasinya.

"Ya sudah, hati-hati kalau begitu. Jangan telat makan siang ya!" ucap Liam mengingatkan Lilia, lalu memutuskan sambungan telepon setelah dirasa cukup.

Sementara itu Lenny yang masih setia berdiri di depan Liam memandang bosnya itu bingung.

"Apa ada masalah, Tuan?"

Liam menggeleng, namun kemudian memandang wanita yang selama satu bulan ini menjadi asisten pribadi andalannya.

"Lenny, apa kau mau makan siang bersamaku?"

Lenny terkejut, ini kali pertama Liam mengajaknya untuk makan siang bersama karena selama ini bosnya itu selalu bersama kekasihnya.

"Bagaimana jika nona Lilia marah--"

"Lenny, aku hanya mengajakmu untuk makan siang bersama, bukannya kencan!" tegas Liam.

Dan Lenny pun tersenyum canggung karena merasa bodoh dengan pikirannya sendiri, kedua orang itupun akhirnya pergi makan siang bersama untuk pertama kalinya.

****

"Siapa yang mengira kita akan bertemu lagi?" ucap Jeff pada Lilia yang terlihat sibuk memainkan sedotan di minumannya.

"Aku juga tidak mengira harus bertemu dengan dirimu lagi. Dunia benar-benar sempitkan?"

Jeff memandang Lilia yang masih mempertahankan posisinya seperti tadi, wanita itu terlihat tidak tertarik untuk memandangnya.

"Apa kau tahu mengapa alasanku ingin mengajakmu bertemu?" tanya Jeff.

Kini Lilia membalas tatapan Jeff, namun dengan ekspresi yang begitu datar. Entah mengapa Jeff merasa dadanya teremas sakit ketika tidak mendapati senyum yang dulu sering wanita itu berikan padanya. Jeff meringis dalam hati, jangan berharap pada hal yang sudah kau hancurkan sendiri, bung! Batinnya mengintrupsi.

Jeff tahu sudah terlalu terlambat untuk menyesal, tapi dirinya memiliki keyakinan untuk bisa mengembalikan senyum itu. Ya, dan ini adalah misinya sejak bertahun-tahun lalu mencari keberadaan Lilia setelah ia berhasil membangkang dari ayahnya sendiri. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak mengikuti balas dendam yang ayahnya cetuskan. Tidak akan ada lagi yang tersakiti setelah ini, tidak dengan Lilia dan tidak juga mendiang mamanta yang kini sedang memandangnya dari surga.

"Minggu depan peringatan kematian mommy--"

Kalimat Jeff terpotong oleh tawa remeh Lilia. Wanita itu kembali mempertahankan ekspresi datarnya lagi.

"Kau benar-benar membuatku mual! Jadi kau mengajakku bertemu untuk membahas ini? Aku lebih berharap kau memakiku dan menyumpah serapahiku, Jeff!"

"Lilia--"

"Tidak! Jangan panggil namaku menggunakan mulutmu itu! Aku benar-benar tidak sudi! Lebih baik pertemuan kita ini kau gunakan untuk memaki-makiku dan setelahnya selesai! Kita tidak boleh bertemu lagi untuk selamanya!"

Jeff membeku di tempatnya, apakah Lilia sebenci itu padanya sampai-sampai dia bersikap sedingin ini.

"Maaf--"

Drieeeek!

Terdengar tarikan kursi yang cukup keras, siapa lagi pelakunya kalau bukan Liliw? Karena kini wanita itu bangkit dari kursinya.

"Jangan pernah meminta maaf karena aku tidak akan pernah memaafkanmu sampai kapanpun! Luka yang kau torehkan padaku tidak akan bisa ditebus dengan apapun Jeff! Jangan berharap lebih, kau sendiri yang membuatku begini! Lebih baik kau pergi dan lupakan semuanya!"

Setelah mengatakan hal itu, Lilia berniat akan pergi dari sana namun ditahan cepat oleh Jeff.

"Beri aku kesempatan!" kekeuhnya.

"Apa kau tuli? Jangan harap!"

"Aku tahu apa yang sudah aku lakukan sudah menghancurkan hidupmu, tapi tidak bisakah kau memberiku kesempatan untuk menebusnya?"

"Dengan cara apa kau menebusnya? Membunuhku? Itu ide yang bagus, tapi saat ini aku memiliki alasan untuk tetap hidup!"

Lilia mengepakkan tangan Jeff di lengannya, namun pria itu terlihat enggan melepaskannya dan menahannya lebih erat.

"Aku mohon Lilia!"

"Rasanya lucu saat kau memohon padaku, Jeff. Tapi aku tidak akan mengasihanimu dan tolong lepaskan tanganmu! Apa kau ingin menyobek kulit lenganku?"

Reflek Jeff segera melepaskan cekalannya, kini ia benar-benar tidak tahu bagaimana membuat Lilia mau mempercayainya kembali karena sepertinya wanita itu sudah benar-benar membencinya.

Alhasil kali ini ia melepaskan Lilia, ia akan memikirkan cara lain agar Lilia mau mempercayainya lagi. Karena ia benar-benar serius dengan ini. Dan mengenai kekasihnya kemarin, Jeff cemburu. Tapi ia tidak punya pilihan selain bertahan di garis aman, jika waktunya tiba Lilia akan ia dapatkan lagi.

Jeff benar-benar berterima kasih akan informasi yang ia dapatkan dari teman-temannya mengenai Lilia, karena dengan begini ia tidak mengalami kesulitan. Namun disini ia juga harus sabar, tidak apa pelan-pelan tapi setidaknya sampai di tujuan.

Sepeninggal Lilia, Jeff kembali duduk di tempat dimana dirinya dan Lilia tadi bertemu. Bahkan pria itu juga meminum sisa minuman Lilia.

"Ciuman dulu sama bekas sedotannya, dengan pemiliknya menyusul," pikir Jeff lucu.

Setelah menghabiskan minuman bekas Lilia sampai tandas, Jeff berniat akan pergi dari Kafe itu namun diluar dugaan ia justru menemukan Liam, pacar Lilia tengah makan siang dengan wanita lain. Tidak butuh waktu lama, Jeff mengeluarkan ponselnya.

"Foto-ah, siapa tahu berguna."

Ckrekk!

Jeff memasukkan ponselnya kembali ke dalam sakunya, lalu berlalu pergi sambil bersiul riang.