webnovel

STONE GATE (2)

"Kak Neo, Kak Neo yakin kita kesini untuk bantu Bu Katrina? Kok rasanya malah sebaliknya sih?" Andrea, salah satu anak asuh Profesor Fikri dengan jurusan kuliah Arkeologi menyambut Neo yang baru saja bangun.

Entah kapan mereka berlima juga tertidur tak lama setelah Katrina. Gamma dan Katrina sedang bermain dart dengan pisau lipat mereka sementara Beta dan Lily menelan hati nurani pecinta sejarah mereka pada kedua orang itu.

"Kak Neo ketemu Bu Katrina dimana sih? Itu hiasan periode Ao dinasti dijadikan target begitu, ya ampun jantung aku."

"Sumpah, Ne. Selera cewek lo ngeri. Satu level ama Gamma, maenannya senjata. Gila."

Neo tahu kalau perubahan pasti memaksa seseorang untuk berubah juga, sayangnya perubahan dalam diri Katrina membuat dirinya takut pada wanita itu. Dai tak tahu apakah Katrina yang menghabiskan waktu dengannya hanya persona atau wujud asli wanita itu, tetapi caranya yang melemparkan pisau dengan percaya diri ataupun keyakinannya dalam menembak kemarin membuat Neo merasa Katrina berada di zona nyamannya saat ini.

"Katrina," suara pria yang mereka tahu bernama Ken membuat mereka waspada.

Walaupun mendecih dia mendekati Ken, sementara Gamma menahan Neo yang hendak mengikuti mereka.

Ekspresi Katrina bosan sementara tangannya memainkan belati yang belum sempat dia lempar, "What now?"

"Kamu mau terus melindungi mereka seperti induk bebek?"

"Induk bebek atau bukan, kamu tetap membutuhkan anak bebekku kan?" Ekspresi jahil Ken seketika berubah dingin, "Katakan saja apa yang kamu butuhkan dan kita berpisah setelahnya. Aku tak mau terlibat dalam pertarungan internal Jovan dan mati konyol disini."

Pria tinggi dengan mata biru itu mengambil kotak dari salah satu anak buahnya dan memberikannya pada Katrina, "Suruh pacarmu menyelesaikan ini dan aku pastikan kalian bisa keluar dari sini."

"You're a traitor, that makes you also a liar. Aku gak cukup gila untuk percaya padamu, Ken," melirik ke ahli yang berpindah kubu, Katrina tersenyum meremehkan. "Lagipula dilihat sekilas saja ahli di pihak kamu gak cukup mahir dalam pekerjaannya. We tag along until this expedition ends."

Penantian Katrina tak sia-sia, akhirnya dia tahu alasan Ken tak menghabisi mereka. Ternyata kemampuan orang pilihan Rex memang lebih baik daripada yang ditemukan Ken. Apapun isi kotak ini cukup berharga untuk memaksa Ken membuat sandiwara agar grup A khawatir dan mempersingkat waktu perjalanan mereka.

Geng Neo berbinar melihat kotak itu, Lily dan Beta memegangnya dengan hati-hati sementara Neo dan Andrea menggunakan kacamata pembesar mereka.

"Luar biasa.."

"Keren.."

Wajah takjub itu membuat Katrina mengangkat alis pada Gamma yang tak terhipnotis benda kotak itu.

"Kalau aku gak salah ingat itu Kotak Perhiasan Permaisuri Harum, istri dari Raja Hanari sekaligus ibu dari Putri Mahkota Lau."

"Kamu bukannya jurusan Administrasi Bisnis? Kok kamu tahu?"

"Kak Katrina coba aja main sama mereka setiap hari, you'll pick up a thing or two."

Harus diakui itu masuk akal sih, Katrina juga jago main dart karena kebanyakan main dengan Lucas. "Terus kotaknya mahal?"

"Kalau asli pasti mahal sih, itu udah tua banget."

"Asli anjir, Gam!" Beta yang sudah mendapat konfirmasi dari Lily dan Neo nyengir sumringah, "Ini asli Kak Kat, beneran kotak perhiasan legendaris yang katanya jadi hadiah sang permaisuri untuk Putri Dihyan. Wow!"

"Ken minta kamu buka kotaknya, kamu bisa Neo?"

Untuk pertama kalinya Katrina bersyukur karena posisinya sebagai "kekasih" Neo, para anak muda ini tak akan pernah memandangnya dengan tatapan menghina begini. Mereka termasuk Gamma melemparkan delikan sebal dan merendahkan pada Ken yang berbalik karena merasa ditatap, balas melihat mereka dengan bingung.

"What an uneducated prick," komentar Andrea sementara Lily meletakkan kotak itu di telapak tangan Katrina.

Geng neo menjauh sementara Neo menggeleng kala Katrina akan ikut mundur seperti mereka. Orang-orang yang awalnya sibuk dengan urusan sendiri kini mengelilingi mereka.

Katrina berada di tengah dan menjadi titik pusat bagi lima muda mudi itu untuk berdiri, dengan teratur membentuk lima sudut seperti pentagram.

[Ini ekspedisi arkeologi apa mistis sih?]

Sebagai penggemar dan pengguna Tarot, Katrina tentu saja tahu tentang pentagram tapi kalau ini berhubungan dengan makhluk halus maka Katrina mau menyerah saja. Noir, thriller, dan gore adalah hal kecil bagi Katrina tapi dia membenci film horor. Jenis makhluk yang tak bisa dilihat dan tak bisa dimusnahkan dengan pisau atau peluru adalah ketakutan terbesarnya.

Katrina yang paranoid melupakan fakta sejarah umum bahwa sebelum memiliki beragam agama yang diakui secara nasional, Nusantara adalah kepulauan yang menjadikan animisme dan dinamisme sebagai keyakinan mereka. Animisme adalah keyakinan bahwa benda-benda di bumi seperti lautan, hutan, dan benda mati lainnya memiliki jiwa dan harus dihormati. Sedangkan dinamisme adalah pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pentagram sudah menjadi bagian dari pemujaan itu selama berabad-abad bahkan sebelum satanisme dikaitkan dengannya.

Berusaha mengalihkan perhatiannya, Katrina mengamati kotak di telapak tangannya. Bentuknya seperti peti harta karun tetapi ukirannya lebih rumit. Berdasarkan beratnya kotak ini bukan terbuat dari kayu, pasti semacam logam dan kemungkinan besar perunggu.

Pola ukiran terbesar adalah di kiri bagian tengah, ada gambar spiral yang entah kenapa terlihat seperti cangkang siput jika dilihat dari samping. Di tengah spiral ada cekungan yang lebih dalam, entah asalnya terdapat ornamen atau sengaja dibuat demikian Katrina kurang yakin. Dari bagian luar atau 'kepala siput' terdapat banyak ukiran seperti tanaman rambat dengan daun berbentuk menyirip. Setiap tulang daun itu juga mengelilingi bagian badan kotak tersebut. Bagian kepala kotak itu terlihat cantik dan bagian badannya elegan, memang pantas bagi hadiah untuk anak gadis keluarga bangsawan.

Pikiran berlebih Katrina terbukti tidak pada tempatnya, setelah para muda mudi itu selesai berdiri di posisi mereka kelimanya menyalakan senter dan menunjuk kotak itu. Cahaya yang terpantul dari kotak itu membuat mereka menengadah, mendapati hasil dari pantulan yang tercetak di langit-langit ruangan.

Ini mengingatkan Katrina dengan salah satu kencannya dengan Mark dulu, mereka pernah ke pameran instalasi dan wave, semuanya mengandalkan permainan cahaya untuk menyampaikan maksud desain atau karya seni. Katrina dan kebanyakan hadirin di depan gerbang makam hanya bisa merengut tak mengerti arti hasil pantulan itu, sementara geng Neo dan pihak Ken komat kamit masing-masing.

Karena tangannya kebas, Katrina berjalan keluar jalur pentagram.

"What the fu-"

"Kak Kat-"

"Bu Katrina-"

Wajah kesal seperti pada Ken muncul lagi, kali ini pada kedua belah pihak: "Apaan sih? Aku udah foto kok, lagian kalian bukannya catet atau foto malah asik diskusi. Pegal tahu."