webnovel

Wanita Rubah Bagian Kedua

Ardo mengangkat kedua tangannya untuk meregangkan ototnya yang kaku. Dia lalu mengecek ponselnya yang ia letakkan di meja tidak jauh darinya.

"Marisa pasti mencariku," gumam Ardo. Dia lalu membalas pesan Marisa dengan permintaan maaf karena tidak bisa menemaninya makan siang.

"Aku tadi makan sama Marisa, jadi jangan khawatir dia gak makan sendirian kok," kata Rachel. Dia sepertinya tahu kegelisahan Ardo.

Ardo merasa lega karena Marisa tidak makan sendiri karena dulu dia bilang tidak merasa nyaman jika makan sendirian.

"Baguslah kalau begitu, sepertinya kalian mulai dekat?" tanya Ardo.

"Tentu saja, dia wanita yang baik. Pantas aja kamu menyukainya," ucap Rachel meledek ke Ardo.

Ardo tersenyum mendengar perkataan dari Rachel. Entah apa yang membuat Ardo begitu menyukai Marisa padahal Marisa tidak begitu cantik.

"Seandainya Daniel seperti kamu, aku pasti bisa sebahagia Marisa," ucap Rachel putus asa. Ardo yang melihat Rachel murung lalu menghampiri mejanya. Dia duduk di meja Rachel lalu mengusap lembut kepala Rachel.

"Masih butuh waktu, kamu kan tahu sendiri Dainiel orangnya memang sedikit sulit, jadi bersabarlah," kata Ardo menghibur Rachel.

"Bagaimana kalau dia gak juga menyukaiku?" tanya Rachel.

"Mana mungkin dia gak menyukaimu, kamu cantik, pintar dan menarik, semua pria pasti menyukaimu," jawab Ardo.

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kamu juga menyukaiku?" tanya Rachel tiba tiba.

"Kamu lupa aku kan pernah menyukaimu," jawab Ardo.

"Karena sekarang kamu gak menyukaiku lagi, berarti kamu bukan pria lagi dong," ledek Rachel.

"Apa katamu??" Ardo tidak terima dengan ucapan Rachel. Dia lalu mengacak acak rambut Rachel.

"Aku lapar, aku mau keluar sebentar mencari makan dan mencari udara segar. Apa kamu mau nitip sesuatu?" tanya Ardo.

"Gak, aku udah makan. Kalau aku makan terlalu banyak nanti pipiku akan semakin mengembang," jawab Rachel.

Ardo lalu mencubit pelan pipi wanita itu. "Bukankah kamu akan semakin menggemaskan kalau begini," kata Ardo. Dia memainkan pipi Rachel yang memang sedikit chubby.

"Lepaskan, sakit!!!" protes Rachel. Lalu Ardo melepaskannya dan pergi dari ruangannya

"Aku pergi dulu," pamit Ardo tanpa memandang Rachel.

"Hmm, hati hati di jalan," jawab Rachel.

Rachel lalu membuka laci mejanya dan mengambil roti serta susu pemberian dari Marisa. Dia lalu membuangnya ke tempat sampah yang berada tidak jauh dari mejanya. Kemudian ia menghubungi seseorang.

"Tolong kamu buang sampah yang ada di ruangan pak Ardo ya," kata Rachel. Dia menghubungi pantry untuk menyuruh OB membuang isi tempat sampahnya.

Setelah satu jam Ardo kembali ke kantor dengan membawa satu kantong plastik berisi burger dan satu kantong lagi berisi minuman. Sebelum kembali ke ruangannya dia menemui Marisa lebih dahulu. Ardo melihat Marisa sedang sibuk dengan pekerjaannya sedangkan Selly sepertinya sedang berada di dalam ruangan Daniel.

Ini kesempatan Ardo untuk ngobrol berdua dengan Marisa. Dia lalu menghampiri Marisa dan meletakkan gelas berisi es kopi di depan wanita itu.

"Ini untuk kekasihku," ucap Ardo pelan.

Marisa terkejut lalu tersenyum melihat Ardo kini berada di dekatnya.

"Apa kamu sangat sibuk hari ini?" tanya Marisa.

"Yah, aku emang sedikit sibuk tadi. Aku jadi lupa kapan terakhir kali aku sesibuk ini," jawab Ardo.

"Lalu kamu dari mana? Dan apa itu yang kamu bawa?" tanya Marisa penasaran dengan isi plastik yang dibawa Ardo.

"Oh ini, aku tadi kan belum sempat makan siang jadi aku pergi sebentar membeli ini sekalian mencari udara segar," jawab Ardo.

Alis Marisa jadi mengerut. Bukankah tadi dirinya sudah menitipkan roti dan susu untuk Ardo? Kenapa lelaki itu sekarang beli makanan lagi?

Marisa tidak bisa berpikir jernih, dia terus bertanya dalam hati kenapa Rachel tidak memberikan titipannya pada Ardo?

"Hei, kenapa kamu jadi bengong?" tanya Ardo.

"Oh,, gak..gak apa apa. Hmm apa tadi Rachel gak memberikan sesuatu padamu?" tanya Marisa penasaran.

"Enggak, emang kamu nitip sesuatu pada Rachel?" tanya Ardo tidak mengerti dengan perubahan sikap Marisa.

"Oh? Enggak.. aku cuma asal nanya," jawab Marisa.

"Kalau begitu aku kembali ke ruanganku ya, selamat bekerja," ucap Ardo lalu mengelus tangan Marisa sebelum akhirnya dia pergi.

Marisa masih berpikir kemungkinan apa yang membuat Rachel tidak memberikan makanan pemberiannya kepada Ardo.

"Mungkin ada suatu hal," batin Marisa. Dia lagi lagi memilih berpikir positif kepada wanita itu.

***

Rachel menghentikan mobilnya tepat di depan Marisa yang sedang menunggu bus.

"Mau tumpangan?" tanya Rachel. Dia menurunkan kaca mobilnya untuk melihat Marisa.

Awalnya Marisa ingin menolak tapi kemudian dia berubah pikiran. Karena situasi ini bisa ia gunakan untuk menanyakan perihal masalah roti dan susu yang ia titipkan untuk Ardo tadi. Akhirnya Marisa kini sudah berada di dalam mobil Rachel.

"Ehm, apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Marisa ragu.

"Tentu, apa yang mau kamu tanyakan?" tanya Rachel kembali.

"Tadi aku melihat Ardo keluar membeli makanan, apa kamu gak memberikan titipanku padanya?" tanya Marisa. Dia heran saat Rachel tertawa setelah mendengar pertanyaannya.

"Iya aku membuangnya," jawab Rachel.

"Ke kenapa?"tanya Marisa. Dia tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

"Marisaa, harusnya kamu hati hati kalau mau memberikan sesuatu. Aku melihat roti dan susu itu sudah lewat tanggal kadaluarsa jadi gak mungkin kan aku memberikannya pada Ardo," jawab Rachel. Dia melirik Marisa dengan ekor matanya.

"Ahhh,, benarkah? Astaga aku ceroboh banget! Aku emang gak mengeceknya dulu tadi. Aku jadi merasa bersalah karena udah curiga padamu," kata Marisa.

"Apa kamu mengira aku akan merebut Ardo darimu?" tanya Rachel.

"Bukan begitu, aku melihat kalian sangat dekat," ucap Marisa.

"Kami emang dekat karena kami teman dari kecil, jadi aku harap kamu jangan salah paham ya. Dan kalau ada sesuatu lebih baik kamu langsung bertanya padaku jangan menyimpulkan sendiri," kata Rachel.

"Hmm, baiklah." Marisa akhirnya menyunggingkan senyumnya. Dia merasa bersalah karena sudah berpikiran negatif terhadapnya. Sekarang dia jadi lebih tenang, dia tidak perlu khawatir tentang Rachel lagi.

Saat mobil Rachel berhenti di lampu merah, Marisa sekilas melihat seseorang yang masih ada urusan denganya. Iya dia adalah Daren. Marisa melihat Daren masuk ke dalam sebuah kafe. Ia belum bisa merelakan uangnya, dia masih harus merebutnya kembali dari Daren.

"Maaf bisa kita ke kafe sana sebentar," pinta Marisa menunjuk sebuah kafe.

"Kenapa?" tanya Rachel.

"Aku ada urusan sebentar," jawab Marisa.

"Baiklah." Rachel lalu di membelokkan mobilnya setelah rambu lalu lintas hijau.

Marisa melihat ke belakang mobil melihat sebuah kotak berisi perkakas.

"Boleh aku pinjam itu?" tanya Marisa.

"Buat apa?" tanya Rachel heran.

"Aku ada urusan sebentar," jawab Marisa. Lalu dia mengambil sebuah kunci inggris dari dalam kotak itu.

Marisa masuk ke dalam kafe dengan membawa kunci inggris itu, dia menepuk nepuk benda itu di tangannya.