webnovel

White Love In The Dark Sky

Berawal dari kesalahan pendaftaran Universitas, membawa Ran Yuki ke sebuah Universitas Indigo. Ia bertemu Hiro, seorang pria berstatus khusus sebagai Albino Indigo dari keluarga bangsawan elit. Pertukaran Energi dengan Hiro menyeretnya dalam dendam masa lalu pria itu. Hari-hari Ran Yuki berubah menjadi malapetaka. Ia selalu diteror oleh kemampuan mata batin yang terbuka. Ran Yuki berupaya lari dari kehidupan para Indigo dan kembali menjalani kehidupan normalnya. Namun, hal itu tak semudah yang dibayangkan. Dia mengalami berbagai cerita perih, romansa cinta, pengorbanan, hingga mengorek asal usulnya yang mengejutkan.

Vince_Umino · Fantasy
Not enough ratings
365 Chs

Kemampuan ke Dua sebagai Indigo

Segerombolan bocah-bocah berseragam sekolah melewatiku.

Obrolan mereka berisik, sesekali mencaci. Ada beberapa lembar uang digenggam oleh siswa yang tubuhnya paling gembul. Tampaknya habis merundung siswa lain.

"Hai, ada mie nganggur!" kata salah seorang siswa.

"Eh, jangan-jangan mereka akan mengambilnya." Aku menempelkan dahiku di kaca, mengamati mereka.

Tiba-tiba muncul gadis pucat dengan mata berdarah sedang menghalangi mataku.

Sekujut tubuhku bergidik dalam beberapa detik, sampai terasa darahku memanas.

[ Hantu tolol! Hampir saja aku serangan jantung. ]

Buru-buru aku mengalihkan pandangan, mencoba mengelabuhi hantu itu.

Aku bergerak kesana kemari demi mengawasi makan siangku yang berharga.

Hantu ini sedang mengusiliku. Aku berjingkit, dia terbang ke atas, aku ke bawah dia berjongkok.

[ Apa maumu? Pergi ke alam baka sana! ]

Dari celah rambut panjang hantu itu, kulihat si kasir tengah menatap bingung padaku.

Keributan yang disebabkan bocah-bocah itu telah lenyap. Mereka berada di sudut ruang sedang menonton TV sambil makan sesuatu.

Aku berdeham dan berdiri menjauhi kaca.

[ Gara-gara hantu itu, aku bisa disangka gila. ]

Aku masuk dengan mata menunduk. Ramen yang telah matang kuambil di meja pelayan.

Sepanjang jalan di depanku, hantu itu melayang tepat di depanku. Aku hanya melihat gaun putih bau pemakaman, yang berkibas.

Aku mendesah dan berdecak. [ Apa maunya sih? Membuat aku tak nyaman saja. Aku tidak mau berlama-lama di sini! ]

Aku berhenti lalu mendorong tubuh hantu itu dengan siku dan berlari mendorong pintu toko dengan punggung.

Kuah ramen bergoyangan saat kubawa berlari. Beberapa jatuh mengenai celana training dan sedikit pada sepatuku.

"Ah ... Jadi basah, 'kan. Bau ramennya tak akan mudah hilang. Ah, sudahlah. Aku tidak akan masuk ke toko ini lagi."

Aku duduk di kursi teras dan mengaduk ramen yang sudah matang.

Lalu lintas jalanan masih berlangsung dan cukup berisik. Demi tidak bertemu hantu, aku sampai rela makan di tengah polusi jalan raya.

[ Kasihan sekali nasibmu, Yuki. Kau pikir setelah mesuk kuliah, kau akan memulai hidup yang lebih baik. Ternyata jauh dari ekspektasi. ]

Sebuah bus besar berhenti di seberang. Pria tinggi dengan senyum merekah turun dari bus. Senyum menawan itu membawaku pada nuansa musim sakura yang indah.

"Mas ... Yushimaru!"

Suasana indah itu hancur dalam sekejap ketika dia bermain-main dengan rambut seorang gadis langsing.

Wajah Mas Yushimaru mau disuasana seperti apa pun selalu terlihat ceria. Dia menebar senyum terlalu banyak. Bahkan dalam momen tak sengaja ini pun, dia tetap memberiku pemandangan indah dari penampilannya.

Wajahnya celangak-celinguk, sedang memperhatikan lalu lintas mobil. Kemudian dia menatap ke arahku. Senyum lebarnya makin berseri.

"Hai, Yuki!!!" sapa mas Yushimaru.

Seorang gadis langsing di belakangnya, menggandeng lengannya.

"Kamu sedang apa di sana?" Mas Yushimaru bertanya lantang.

Dia mengabaikan tatapan kagum gadis-gadis kantoran yang berlalu lalang.

"Tunggu di sana, ya! Aku akan menyeberang!" dia berteriak lagi.

Senyumnya saja sudah bikin aku bahagia, apalagi saat dia berkata akan mendatangiku.

Aku mengatur napas pelan-pelan. Kulihat ia menyeberang bersama beberapa pejalan kaki dan gadis tadi mengekorinya.

"Siapa sih gadis itu? Dari ekspresinya ketika melihat Mas Yushimaru, terlihat genit sekali."

Kuseka bibir begitu Mas Yushimaru menarik kursi di depanku. Belum dia duduk, dia sudah bicara, "Ini masih siang, tumben Yuki di sini."

"Karena sedang cuti kuliah, bingung harus apa. Kupikir sebaiknya bekerja lebih awal dari biasanya," jawabku.

"Hohohi, bagus sekali, masa muda memang harus giat bekerja."

Tiba-tiba Mas Yushimaru mengambil sumpit dan ramenku.

Aku ingin marah dan memukul tangannya karena merebut makanan pertamaku setelah kelaparan selama 24 jam lebih. Namun, niat itu lenyap karena ada yang lebih menyenangkan untuk disimak.

Dia menyumpit cukup banyak ramen dan memakannya. Batangan sumpit menyentuh bibirnya. Ketika menyedot ramen, bibirnya menyisakan minyak nan mengkilat.

"Emm ... Enaknya, tapi makan ramen saja tidak bagus untuk kesehatanmu. Makanlah bersama sayuran atau kau bisa tambahkan telur," ujar Mas Yushimaru dengan mulut penuh.

Manusia seperti anime ini duduk di depanku dan menebar perhatian yang selalu membuat aku senang dan melayang-layang.

[ Mau dia habiskan ramen itu aku tak peduli, hanya memandangi wajahnya nan rupawan saja sudah memuaskan hati, membuat perutku tidak lapar lagi. ]

Meskipun dia sudah punya pacar. Pasti banyak yang memandanginya. Dan itu, hak mata setiap orang untuk memandang dan menikmati yang indah-indah. Makhluk seperti Mas Yushimaru sungguh jangan disia-siakan.

"Kebetulan aku sedang lapar." Mas Yushimaru mengaduk ramen selagi menatapku. "Aku akan menteraktirmu habis kerja, yang ini kuhabiskan saja, ya?"

Dia meminum kuah ramennya dan meletakkan kembali mangkok aluminium foil itu.

Mas Yushimaru menatapku, lalu beralih pada gadis yang duduk bersama kami.

Aku sampai lupa keberadaan gadis itu. Omong-omong, gadis ini cukup cantik. Dia manis. Make up-nya ringan. Parfumnya wangi soft. Kaus dengan belahan dada dan jaket denim membuat dia tampil seksi sekaligus imut.

Seperti Renji yang mendandani aku waktu itu.

"Kenalkan temanku, Namizawa Inoe." Mas Yushimaru memperkenalkan dan gadis itu menunduk sedikit padaku.

"Dia teman kerjaku, Ran Yuki," sekarang Mas Yushimaru memperkenalkan aku pada Namizawa.

[ Tak jarang, pria tampan memiliki banyak teman wanita. Mas Yushimaru pasti jarang kesepian. ]

[ Untuk sekadar teman, mereka terlalu dekat! ]

"Apa demammu masih belum turun?" tanya Mas Yushimaru seraya menyentuh dahi gadis itu.

Kuharap aku bukan sebagai obat nyamuk di antara mereka. Sedihnya, melihat tangan Mas Yushimaru menyentuh wajah gadis lain di depanku. Andai itu wajahku, aku tidak akan sudi cuci muka.

"Tunggu sebentar di sini, aku akan beli obat." Habis berkata begitu, Mas Yushimaru melihat padaku. "Yuki, tolong jaga temanku yah!"

[ Memang dia mau kabur kemana, sampai memintaku menjaganya segala. ]

Aku tidak mengangguk tidak pula menyahut.

Mas Yushimaru masuk ke toserba dan bercengkerama sejenak dengan si kasir.

[ Kebaikannya membuat beberapa wanita bisa salah paham. CK .. CK.. CK. ]

Aku melirik pada Namizawa, wajahnya tersenyum. Dari tadi dia memperhatikan sikap Mas Yushimaru.

Bolak-balik aku melirik pada mereka berdua, tapi ada hal aneh yang membedakan antara Mas Yushimaru dan gadis ini.

[ Aura dingin dan kelam tergambar di wajah Namizawa. Ini seperti melihat diriku waktu dirasuki Renji. Apa mungkin karena ia lagi demam. ]

Tak berapa lama, Mas Yushimaru memberikan obat dan air minum pada Namizawa.

Kami meninggalkannya di kursi teras toserba setelah sepakat untuk bekerja pada pukul 2.00 siang itu.

Gadis itu merengek-rengek seperti tak reka ditinggalkan.

[ Aghhh... Manja sekali. Bikin kesal saja. ]

Aku berjalan mengekori Mas Yushimaru.

Aku menoleh ke kebelakang, gadis itu berdiri dengan wajah datar dan menatapku dengan tajam.

Aku bergidik dan berjalan sejajar dengan Mas Yushimaru. [ Gadis yang menyeramkan. Tatapannya seperti mau mengulitiku saja. ]