webnovel

Which One Should I Choose

Hanya gara-gara mimpi digigit ular, aku sekarang dijodohkan dengan seseorang. Perjodohan itu merupakan perjanjian atau surat wasiat antara mendiang Ayahku dan sahabatnya. Jika aku menolak perjodohan itu, maka aku harus membayar uang dalam jumlah banyak. Dari mana coba aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Dan atas dasar apa pula Ayahku menjodohkan aku dengan anak sahabatnya itu? Aku juga sudah menaruh perasaan kepada teman dekatku, kenapa harus pakai acara perjodohan lagi! Benar-benar frustasi aku sekarang, entah apa yang akan terjadi ke depannya. Yang mana harus aku pilih sekarang? Menolak perjodohan, menerimanya dengan pasrah, menyatakan perasaan kepada teman dekatku itu? Atau terjerat ke dalam perasaan cinta antara teman dekat dengan orang yang dijodohkan denganku? Tetap ikuti terus ceritanya!

LaveniaLie · Teen
Not enough ratings
316 Chs

Tenanglah, Ada Aku Disini

"Lela kamu dimana!" teriak Rian.

"Ada apa?" tanya Dirga berlari kearah Rian.

"Bantu cari adikku, dari tadi aku tidak melihatnya sama sekali, entah kemana perginya anak itu setelah jalan bersama Carissa," ujar Rian khawatir.

"Carissa kemarilah!" panggil Dirga.

"Iya, ada apa?" sahut Carissa berlari menuju Dirga dan Rian.

"Terakhir kali kamu bersama Lela kapan?" tanya Rian.

"Terakhir kali, sekitar siang deh, jam satu atau jam dua gitu. Kami bermain kearah sana, tidak jauh kok lokasinya dari tenda, lalu aku bilang, aku harus pergi makan dulu, karena sudah lapar dan aku pergi meninggalkannya, aku kira ia akan kembali ke tenda," jelas Carissa.

"Ia tidak kembali ke tenda, semenjak dia jalan bersamamu! Pokoknya ia harus ditemukan sekarang!" ujar Rian sedikit emosi. Rian pun pergi mencari adiknya itu, sedangkan Dirga menatap sinis kearah Carissa. "Harusnya kamu antarkan Lela ke tendanya!"

"Tapi lokasinya dekat lho, disana itu. Dari sini juga masih kelihatan, kalau misalnya aku jalan bersama Lela," ujar Carissa membela diri.

"Terserah!" jawab Dirga, kemudian pergi meninggalkan Carissa. Carissa sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi sekarang, masa begitu saja bisa hilang, lokasinya hanya sekitar dua puluh langkah untuk balik ke tenda. Masa dirinya harus dipersalahkan sekarang, atas hilangnya Lela?

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Hari sudah mulai sore lagi, apa aku bantu cari Lela juga ya?" tanya Carissa dalam hatinya. Tanpa pikir panjang, Carissa berlari kearah tenda dan mengambil sebuah senter untuk mencari keberadaan Lela. Lokasi kemahnya itu terletak di Bumi Kepanduan Sentul (BKS). 

***

"Lela! Kamu dimana!" teriak Dirga.

"Lela!" teriak Rian.

Mereka berdua pun sampai di tempat yang kelihatannya, memang disediakan untuk bersantai. Terlihat dari kejauhan, Lela yang tertidur diatas ayunan gantung. Keduanya pun berlari dan menghampiri Lela. "Lela, bangun!" ujar Rian pelan.

"Ya? Ada apa?" tanya Lela linglung.

"Astaga, kami pikir kamu hilang, Lela. Syukurlah kami bisa menemukanmu, harusnya kamu kalau mau kemana-mana itu ijin dulu. Mana sudah malam begini, bagaimana tidak khawatir Kakak?" ujar Rian.

"Iya maafkan aku Kak, aku tadi membaca buku dan tidak sengaja tertidur, maafkan aku karena tidak memberitahu Kakak lebih dulu," ujar Lela menyesal.

"Sudahlah, sebaiknya kita kembali ke tenda. Pasti teman-teman yang lain sudah menunggu kita," ajak Dirga. Mereka bertiga pun berjalan kembali menuju tenda. Merasa udara semakin dingin, Dirga melepaskan jaketnya dan memakaikannya kepada Lela. "Terima kasih," ucap Lela.

"Ya sama-sama," ujar Dirga.

***

"Lela kamu dimana!" teriak Carissa.

"Lela!" 

Sudah sekitar setengah jam Carissa mengitari tempat perkemahan yang luas ini, tapi sama sekali tidak menemukan keberadaan Lela, Rian, maupun Dirga. Carissa memutuskan untuk istirahat sejenak di sebuah bangku. "Mereka pergi kearah mana ya? Mana aku baru pertama kali lagi, pergi kesini," gerutu Carissa sesekali menoleh kiri kanan dan tetap waspada dengan keadaan sekitar.

Carissa menyadari, memang ini salahnya. Harusnya ia tidak meninggalkan Lela lebih dulu, tapi karena dirinya sudah menebak, bahwa Lela akan bertanya soal dirinya dan Dirga nanti. Carissa sama sekali tidak mau terlibat dalam konflik. Mana teringat kata Lela waktu itu, yang bilang bahwa Dirga itu tampan. Dari situ juga, Lela sudah menunjukkan ketertarikkannya kepada Dirga. Bisa jadi juga, hubungan yang awalnya baik menjadi retak.

***

"Hei Bro, kalian berdua pergi kemana saja?" tanya seorang Teman yang bernama Leo.

"Biasalah, mencari anak kecil ini," jawab Rian melihat kearah Lela.

"Apaan sih, aku bukan anak kecil lagi!" sahut Lela kesal.

"Kalau begitu, aku kembali ke tenda dulu, karena harus menyiapkan makan malam," ujar Dirga.

"Terima kasih ya Dirga," ujar Rian.

"Iya sama-sama."

Lela melepaskan jaket milik Dirga, "Ini jaketmu, terima kasih banyak ya," ujar Lela tersenyum. Dirga mengangguk kepalanya dan pergi menuju tenda. Sesampainya di tenda, Dirga tidak menemukan Carissa di dalamnya. "Pasti ini anak pergi buang air kecil," gumam Dirga berusaha berpikir positif.

Tanpa rasa ganjil sedikitpun, Dirga menyalahkan kompornya dan merebus air. Seperti kebiasaan banyak orang. Saat kemah, pasti semua orang menginginkan makanan yang cepat dan enak, yaitu mie instan apalagi versi cup. Sudah tiga menit Dirga menunggu Carissa, dari menuangkan air ke dalam mie instan cupnya dan mienya matang.

"Lama sekali anak ini pergi, kemana dia. Masa buang air kecil lama sekali, jangan diam buang air besar kayaknya. Tapi dia kan tidak tahu kamar mandinya dimana, jangan-jangan ...."

Dirga mengambil handphonenya dan menghubungi Carissa. Terdengar bunyi telepon di dalam tas dan itu adalah handphone milik Carissa. Dirga sendiri mendapatkan nomor Carissa dari Ayahnya, tapat di hari sebelum dirinya datang menjemput Carissa. Tanpa berlama-lama, Dirga memakai kembali jaketnya dan membawa sebuah senter untuk mencari Carissa.

***

"Dingin sekali udaranya, aku harus segera kembali. Mungkin saja, Dirga dan Rian sudah berhasil menemukan Lela."

Aku bangkit dan pergi kearah dari mana aku datang. Tapi anehnya sekarang, aku merasa sedang berputar. Setiap kali aku berjalan, aku selalu melewati tempat yang sama. "Lah? Aku kenapa berputar-putar terus?" tanyaku mulai panik. Aku mencoba berlari dan terus berputar di tempat itu. 

Detak jantungku mulai berdetak cepat dan inilah serangan panik. Hari ini merupakan hari tersial untukku, karena aku mengalami serang panik dua kali dan satunya berujung mabuk perjalanan. "Semoga saja Dirga bisa menemukanku disini," ujarku lirih dan penuh harap.

***

Aku terus berlari menyelusuri tempat kemah, tapi tidak menemukan keberadaan Carissa dimana pun. Aku sangat hafal betul dengan tempat kemah ini, karena aku merupakan keponakan dari pemilik tempat kemah ini. Sejak aku masih duduk di bangku sekolah menegah pertama, aku sudah berkeliling tempat ini. Jadi, tidak ada kata tersesat di kepalaku.

Aku memang cuek dan dingin, tapi apabila diriku memiliki tanggung jawab. Maka aku akan menjaga dan melaksanakannya. Seperti sekarang ini, Carissa itu masih tanggung jawabku. Kalau Carissa terjadi kenapa-kenapa, berarti aku memang tidak bisa menjalankan tanggung jawabku dengan benar.

"Kemana perginya orang itu?" 

Yang beruntungnya hari ini, tempat kemah sedang sepi. Kalau pun ramai, akan mudah sekali mencari keberadaan Carissa. Ditambah lagi dengan gelap dimana, pasti Carissa akan sangat ketakutan, seperti kemarin malam.

"Itu pasti dia!" ujarku saat melihat cahaya senter dibalik pohon.

***

"Hiks ... Perutku sakit," lirih Carissa.

"Cepatlah datang, aku takut disini ...."

"Carissa ... Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Dirga. Carissa mengangkat kepalanya."Akhirnya kamu datang ...." Carissa langsung memeluk Dirga dan menangis sejadi-jadinya. "Disini gelap, aku takut sekali ... Hiks ... Untung kamu cepat menemukan aku, aku kira hiks ... Aku akan terus disini sampai ... B-bsok."

"Tenanglah, ada aku disini. Semuanya akan baik-baik saja," ucap Dirga membalas pelukan Carissa yang semakin lama semakin melonggar. Dirga melepaskan pelukkannya dan melihat Carissa yang tidak sadarkan diri. "Carissa ... Hei, Carissa ... Bangun." Cepat-cepat Dirga menggendong Carissa dan membawanya ke tempat kemah.