webnovel

Part 1

"Ya sebentar lagi saya sampai." Ucap pria dengan ponsel ditangannya, sambil menutup panggilan yang baru saja ia terima. Perlahan tapi pasti mobil yang ia naiki memelan dan akhirnya berhenti.

"Maaf Sir, didepan ada tawuran antar sekolah. Apa lebih baik kita putar balik saja sir? " tanya supir didepannya.

"Ck....Menyusahkan."Gerutu pria tampan tersebut.

"Putar balik!" tambahnya dengan nada dingin.

"Baik sir. "

Pria tampan dengan tubuh gagah itu menatap kearah gerombolan anak SMA yang saling baku hantam. Batu bahkan tongkat Base ball menjadi alat tawuran anak ingusan seperti mereka. Mata pria tersebut dengan tajam menangkap seorang gadis dengan rambut panjangnya yang tergerai sedang melawan empat laki-laki sekaligus dengan tangan kosong.

Pria tersebut terperangah, sampai mobil yang ia naiki menjauh hingga gadis tersebut hilang dari pandangannya.

"Tidak, sejak kapan aku tertarik pada gadis ingusan yang tidak ada apa-apanya. " Batin nya. Dibandingkan teman kencannya selama ini,  gadis itu hanyalah kecoa yang jelek untuk seorang Davin Anthonic Raveno.

***

Vania masuk keruang kesehatan disusul dengan keempat temannya, Samuel, Viko, Ilham, dan Abelia. Vania menyentuh lengan atasnya yang memar dan terasa kaku.

"Gila ya tuh sekolah, beraninya main pake alat, Pecundang banget." kesal vania mengingat ia terkena batu yang dilempar random oleh musuh-musuhnya. Vania melempar bokongnya keatas ranjang dan duduk disana dengan wajah marah.

"Sudahlah yang penting sekolah kita menang lagi. "Jawab abel, ikut duduk disamping kanan vania lalu Samuel disamping kiri vania.

"Bel, tolong obatin muka aku!" ujar Ilham yang memegang wajahnya yang memar. Abel dengan senang hati menuruti titah Ilham.

"Van mau es buat memar kamu? "Tanya viko menatap vania yang terus meringis.

"Yes, please. "Jawab vania dengan senyum manisnya. Tak butuh waktu lama viko datang dengan kain putih yang  berisi es batu didalamnya.

"Thanks vik. "

"Santai. " balas viko.

"Vik, bibir kamu luka. "Ucap vania.

"Dah biasa, santai. " jawab viko dengan senyum mautnya.

"Sam, kamu nggak kenapa-napa? "Tanya vania yang sadar kalau sedari tadi sam hanya diam tanpa suara. Sedangkan abel masih sibuk dengan luka diwajah Ilham.

"Pinggangku. Si anjing boby berhasil memukul pinggangku dengan tongkat baseball sialannya."geram sam dengan wajah marahnya.

"Tapi dibalas sam berkali-kali lipat. Si boby mukanya habis nggak berbentuk lagi. "Ujar abel bergidik ngeri sambil menekan kapas ditangannya keluka ilham.

"Lagian sam dilawan. "Tambah viko.

"Vania juga banyak ngabisin anak cowok sekolah sebrang dengan tangan kosong. Pantesan vania sama sam jadi relationship goals banget. "Ucap abel panjang lebar dan senyum yang terus mengembang dibibirnya.

Abelia, gadis ini terlalu baik dan ceria untuk ikut tawuran dan hal extrem lainnya, namun abel sangat pandai dalam mengatur strategi ,selain itu abel bersikukuh ikut karna pria pujaannya bisa selalu dekat dengannya. Oleh sebab itu vania setuju-setuju saja jika abel ikut dengan kelompok mereka.

"Aku nggak pacaran sama sammy belbel. " tambah vania mendengar ucapan tidak benar abel.

"Saling melindungi, dimana ada vania disitu ada sam, punya nama panggilan kesayangan, apalagi coba kalau bukan kalian pacaran? "Tanya abel.

"Kami sahabatan abel. "Ucap vania dengan nada lembutnya, sangat bertolak belakang dengan sifatnya saat sedang tawuran.

"Bener sam kalian cuman sahabatan? "Tanya abel dengan wajah penasaran kearah sam yang sejak tadi terdiam. Sam hanya bergidik bahu dengan tatapan datarnya.

"Tuhkan sam aja nggak bisa jawab. "Ucap abel dengan nada ngototnya. Sejak tadi abel sudah tidak fokus mengobati Ilham karna pembahasan hubungan antara sam dan vania.

"Sammy " sam terkekeh pelan mendengar nada memelas vania dan wajah gadis itu yang terlihat sangat manis saat cemberut. Sam suka saat vania memanggilnya dengan 'sammy' ,suara vania bagai alunan melodi Indah ditelinganya. Tangan sam terulur mengacak rambut vania dengan gemas.

"Tuhkan, sam baiknya sama kamu aja van. " ujar abel menatap sam yang tersenyum manis kearah vania. Hanya pada vania.

"Kami udah sahabatan dari kecil, ya gimana nggak dekat ya kan sam?" dibalas anggukan oleh Samuel, ditambah bibir abel yang mengerucut kesal karna rencana untuk menyatukan kedua temannya ini gagal lagi.

"Sam buka baju kamu! biar aku kompres memarnya."titah vania, yang dengan cepat sam lakukan.

Sam mengangkat kaos sebelah kirinya dan memperlihatkan pinggangnya yang membiru bercampur keunguan. Vania turun dari ranjang, lalu menarik kursi yang lebih pendek dari ranjang dan mendudukinya didepan sam.

Vania mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam es, menuju pinggang liat sam. Sam menatap wajah serius vania yang begitu menawan, sampai matanya menangkap lebam ditangan kiri vania. Sam bersyukur, setidaknya lebam ini tidak separah memarnya. Tetapi vania tetap saja seorang gadis, lebam ini pasti sakit untuknya.

Tangan sam terulur menyentuh lengan atas kiri vania dengan begitu lembut. Tangannya bergerak mengelus lebam kebiruan itu dengan gerakan seringan bulu.

"Shh.. " sam dengan jelas menangkap desisan keluar dari mulut vania, namun hanya sebentar gadis itu kembali mengompres pinggangnya dengan serius.

"Vik.. Tolong kantung es lagi! " pinta sam.

"Okey. " tak butuh waktu lama viko datang dengan es ditangannya.

"Thanks. "

"Yoi. "

Sam mengompres lengan atas vania dengan begitu lembut, vania sempat terperangah dan melempar senyum kearah sam yang juga tersenyum padanya.

"Makasih, sammy"

"Sama-sama zee. "

***

Davin duduk dikursi kebesarannya dengan wajah gusar. Sedari tadi mulai ia datang sampai selesai meeting, pikiran davin melayang entah kemana. Davin mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya hanya dipenuhi oleh wajah gadis yang baru saja ia lihat.

"Ck....bagaimana aku mencarinya jika namanya saja tak tau,  bahkan fotonya saja aku tidak ada." gerutu davin.

Davin memijat pangkal hidungnya sambil menyenderkan kepalanya dikursi yang ia duduki. Davin membuang nafasnya kasar sambil memejamkan matanya.

Cklek

"Permisi sir"

Davin mengangkat wajahnya, lalu kembali duduk dengan posisi tegak. Kenzo, pria yang berdiri dengan tatapan datarnya itu adalah tangan kanan davin.

Perlu kalian tau, davin adalah seseorang berdarah dingin, begitupun dengan kenzo. Mereka bahkan melebihi psikopat saat menjalankan misinya. Tak ada kata ampun, dan tak ada kata kalah dalam kamusnya.

"Ada apa sir memangil saya?" tanya kenzo.

"Apa kau bisa mencarikan data seseorang untukku? "Tanya davin yang berhasil membuat alis kenzo menaut bingung.

"Bukankah itu pekerjaan yang paling mudah sir, siapa yang harus saya cari? "Tanya kenzo.

"Aku tidak tau namanya siapa. "Ucap davin sambil menghela nafasnya.

"Fotonya? "Tanya kenzo.

"Aku juga tidak memiliki satupun fotonya. "Kenzo terdiam tak tau harus berbuat apa.

"Yang aku tau dia seorang gadis SMA "Ucap davin membayangkan bagaimana gadis yang baru ia lihat, dapat menarik perhatiannya sampai sebesar ini.

"Apa sir menyukainya? "Tanya kenzo polos. davin yang membayangkan wajah gadis tersebut, kembali tersadar lalu melempar tatapan tajam pada kenzo.

"Kau ingin kubunuh?" tanya davin dengan tatapan tajamnya.

"Tentu saja tidak sir. "Jawab kenzo dengan begitu jujur.

"Keluarlah! "

"Mengenai Klan kolosov, yang dipimpin oleh Alberto,mereka akan membeli persenjataan dari kita. "Ucap kenzo.

"Jika mereka bisa membayar mahal aku akan terima. "Jawab davin.

"Mereka bersedia membayar berapapun yang sir minta. "Tambah Ken.

"Baiklah, katakan barang butuh 8 hari untuk sampai disini. "Ucap davin dengan datar.

"Baik sir. "

Bersambung..