webnovel

What If I

What If Erin not said about her feeling to Kevin? Bagaimana jika Erin tidak mengejar Kevin untuk mendapatkan cintanya? Bagaimana jika Kevin menolak Erin? Bagaimana jika Kevin dan Erin lebih memilih tujuan masing-masing?

dandellyieun · Teen
Not enough ratings
4 Chs

3

Erin sedikit menjadi pusat perhatian kelas, karena dia terlihat tengah beragumentasi mengenai materi yang tengah dijelaskan oleh sang dosen. Bahkan tak sesekali dosen itu mengangguk tersenyum seolah setuju akan hal itu.

"Wow.. Saya fikir untuk mahasiswa baru seperti kalian masih minim info sekali, tapi terpresentasikan oleh teman kalian barusan ini. Okay.. karena sudah hampir habis waktu tatap muka kita. Saya mendapatkan ide untuk kalian berkelompok mengerjakan tugas makalah ini. Pembagiannya saya bagi acak. Harap catat dengan baik-baik."

Hampir separuh dari kelas sedikit mengeluh karena mendapatkan tugas lagi dan lagi. Namun ada pula yang matanya bersinar bahagia karena menurut dia itu lumbung nilai.

Pembagian kelompok sudah dilakukan, Finka dan Erin kembali bersatu di kelompok mereka bahkan bersama Edvan, Ijal dan Kevin.

"Bagaimana jika kita bagi? Perorang dapat bagian apa?" Usul Finka dengan menatap keempat teman satu kelompoknya.

"Aku rasa aku dan Kevin bisa mengirimkan ke kalian tugas tapi kalian modif saja."

"Bukankah itu copas? Plagiatisme?"

Ijal menatap suara yang menurutnya konyol

"Haloo? Erin Karenina???? Ini sudah tahun berapa kamu masih mau cari bahan materi sendiri? Kalau ada yang mudah kenapa kita cari yang susah? Lagipula ini cuma tugas kelompok makalah Erin?" Ijal tertawa mengejek

"Bukan masalah begitu. Tapi kan disitu juga kita belajar. Percuma dong kita buat makalah tapi gak tau isinya apa? Kayak kamu cuma baca buku dari review nya saja. Tapi gak tau inti per-bab nya itu bagaimana? Kamu aneh Ijal." Erin membalas ucapan Ijal tak terima

Pandangan sengit kedua nya

"Udahlah tenang... gini saja Aku sama Ijal cari makalah senior yang jadi itu, kalian bertiga cari bahannya. Kita compare.. done!"

"Iya betul..lebih baik gitu. Okay bagaimana kalau nanti malam kita ke perpustakaan pusat buat ngerjain itu." Pernyataan Finka menengahi kedua belah pihak itu

Erin hanya mengangguk dan begitu pula Ijal

"Aku sama Kevin nyusul kalau ntar malem jadi. Kita keluar dulu ya mau ke kantin."

Erin menatap Ijal dan Kevin yang pergi meninggalkan mereka lebih dulu, bahkan juga meninggalkan kelas lebih dulu.

"Hhhh untung saja hanya matkul ini yang sekelompok sama dia. Kalau semuanya sudah gondok aku." Keluh Erin,

Finka dan Edvan tersenyum mendengarnya.

"Sabar... gitu- gitu juga mereka mau ngebantu ngerjain loh dari pada cuma apel nama doang?"

Ucapan Finka membuat Erin mengangguk lemah, seolah berkata 'iya jugasih..'

"Erin itu masih lugu ya ternyata, tipe-tipe ambis" Ijal mengawali obrolan mereka di sudut kantin tak lupa dengan rokok yang mereka apit di kedua jarinya

"Biasalah kalo dari senior high schoolnya gitu sampe kuliah pun bakalan gitu."

"Tapi cantik sih si Erin. Kecil putih rambutnya hitam panjang, aku gebet lumayan nih. Eh bukannya dia yang orasi juga yah waktu ospek. Sampe berhasil bikin separuh angkatan kita maju gitu"

Kevin hampir tersedak oleh minumannya

"Eh seriusan? Dia yang orasi hari kedua itu? Gilaaa udah pasti inceran senior ini"

Ijal mengangguk mendengar

"Wah bener juga katamu Vin.. harus cepet- cepet ku gebet. Dia ada bbm gak sih?"

"Setauku gak ada Jal... dia masih manual sms, coba aja minta nomernya lewat Finka."

"Gasss... berangkatin aja kalau gitu."

Kevin menatap punggung Erin yang berjalan tenang, sesekali Erin tersenyum mungkin tengah bercanda dengan Finka dan Edvan.

Mereka sama- sama di kantin tapi Kevin memilih cuek dan menghiraukan mereka. Finka sempat menangkap tatapan Kevin ke arahnya, namun Finka memilih melengos.

"Erin... kamu ngerasa gak kalo ada yang merhatiin kamu?" Pertanyaan Finka membuat Erin melongo

"He????? Gak mungkin banget. Aku aja culun begini aduh aduh jauh banget, gak mungkin ada yang sampe begitu."

Finka dan Edvan tertawa mendengar jawaban Erin

"Cowok mah gak liat penampilan Rin, kalo cantik ya udah cantik aja. Tapi gue sebagai cowok liat lu tertarik kok. Terlebih yang tau lo tuh yang orasi waktu itu. Gilaaa pingin gue gebet. Tapi gue udah punya pasangan." Ucapan Edvan sontak saja membuat Erin memukul punggungnya

"Aw! Sakit Rin!! Kan ini gue ngomong jujur"

Erin mendengus kesal

"Jangan gitu.. aku malu tau gak sih.. tapi gak mungkin. Kalau Finka masih mungkin dia cantik banget begitu."

Finka tertawa mendengarnya

"Aku? Yaelah aku udah punya pacar Rin. Tinggal kamu doang nih yang enggak."

Erin terkejut mendengarnya. Ternyata diantara ketiganya hanya dia yang jomblo, pantas saja Edvan maupun Finka selalu fokus dengan hp masing-masing

"Gak tau juga sih... belum kepikiran mau punya pacar, mau fokus kuliah dulu." Pernyataan Erin sontak saja membuat Edvan dan Finka makin tertawa keras

"Emang tipe-tipe ambis nih hahaha"

"Terus aja ledekin aku ambis kesel deh"

Erin sekali lagi mendengus kesal. Mengalihkan pandangannya, dan klik! Pandangannya bertemu dengan Kevin yang sedikit tersenyum ke arahnya.