webnovel

BAB 5 {BULAN}

"Halo putri! Halo kesatria! Halo jenius! Halo pengintai!! Senang sekali bertemu dengan kalian. Apa kalian akan memulai petualangannya??" Tanya Kalvin.

"Kalvin berhenti bermain!!!" Kata Mis Zuliz tajam.

Hening kembali.....

Mis Zuliz dan Kalvin saling tatap muka.

Mungkin mereka saling berbicara melalu mimik wajah sampai akhirnya.....

"Baiklah aku akan menghentikan permainan ini pengintai." Kata Kalvin.

"Permainan apa?" Saatnya aku mengeluarkan pertanyaan.

"Pertanyaan yang bagus putri! Kalian tahu klan Bulan??" Tanya Kalvin pada aku, Ali, dan Seli.

Kami bertiga saling tatap tak mengerti maksud Kalvin.

"Klan Bulan adalah konstelasi klan paling maju, hebat, dan cerdas!" Kata Ali.

"Bagus jenius! Tapi sayang kamu kurang tepat!" Suara Kalvin yang terdengar menyeramkan.

Seli yang berada di sampingku menyuruhku untuk melempar buku yang berisi Kalvin itu. Tapi Mis Zuliz melarangnya.

"Hmmmm. Gini saja biar aku yang jelaskan. Klan Bulan terbagi menjadi tiga jalur."

"Apa saja?" Tanya Ali.

"Pertama jalur kehidupan, kedua jalur kematian, dan ketiga jalur perjalanan. Banyak orang memilih jalur perjalanan karena itu adalah tempat perdamaian dan keamanan. Tapi Putri Raib berada di tiga jalur itu. Selanjutnya aku tak bisa jelaskan." Kata Kalvin dengan menatap tajam Mis Zuliz.

Ting!!!

Buku itu mengeluarkan suara berdenting menandakan bahwa Kalvin telah kembali.

"Baik anak anak kita lanjutkan besok lagi! kata Mis Zuliz tegas.

****

Sore hari Raib baru saja pulang dari kafe dekat rumah Ali. Dia pergi kesana untuk menemui kak James, yang minta bantuan untuk bisa dekat lagi sama Seli.

Namun kali ini Raib masih sibuk berpikir siapa sebenarnya orangtua nya. Dia masih kaget karena ternyata orangtua yang selama ini merawatnya bukan orangtua kandung.

Saat sampai di rumah pula Raib masih termangu di depan tv dengan membanting banting kertas yang di sobek kecil kecil.

"Ra kamu nggak apa apa kan?" Tanya mama yang menampilkan wajah cemasnya.

"Nggak apa apa kok ma. Ra cuma capek aja kok." Kataku berusaha menyembunyikan air mata.

Saat aku dan mama sedang duduk di sofa tiba tiba papa ikut bergabung bersama aku dan mama.

"Ma mungkin ini saatnya Raib tahu!" Kata papa tegas.

Saat mendengar ucapan papa, perlahan lahan mama meneteskan bulir air mata yang sangat berharga.

"Lho? Mama kenapa nangis?" Tanya papa.

"Ma ayo cerita!" Desak papa yang malah makin membuatku bingung.

"Jadi... sebenarnya..."

"Oh aku tahu kok maksud mama. Raib sebenarnya bukan anak kandung mama dan papa kan?" Tanya ku dengan menahan tangis.

"Maaf... kan hiks kami... hiks ya Ra..." Kata mama dengan tersedu sedu.

"Jadi memang sejak kecil mama dan papa menemukanmu di gerobak sampah. Yang saat itu memang ada orang yang meletakkan mu disitu. Saat itu pula mama baru saja keguguran dan tanpa berpikir kami membawa mu pulang bersama papa." Jelas mama dengan menundukkan kepala.

"Nggak apa apa kok ma!" Kata ku yang langsung berlari ke dalam kamar.

Dalam pikiran ku sekarang sangat marah kepada ibu jantungku yang tega tega nya membungkuk di gerobak sampah.

Tapi dalam benak ku pula siapa sebenarnya ibu kandung ku?? Aku ingin bertemu dengannya! Aku ingin memarahinya! Kenapa dia membuangku?

Tok tok tok!!!

Aku mendengar suara kaca jendela kamar ku ada yang mengetuk.

"Ali?"

"Hei Ra loncat!!! Ini kapsul buatan ku!!!"

Dengan langkah ragu ragu aku langsung melompat benda terbang milik Ali yang seperti mobil tapi bisa terbang.

Saat aku masuk kedalam benda terbang yang di sebut kapsul itu. Aku melihat Seli dan mis Zuliz??? Ngapain mereka disini???

"Selamat datang Ra di kapsul ku!!" Ali mengucapkan selamat datang.

"Ya..." jawab ku lesu.

"Eh Ra lo gak suka yah?? Lho? Kok lo nangis si??" Tanya Ali.

Saat Ali bertanya kepada ku Seli langsung menyikut keras perut Ali.

"Duh Sel!! Lo kira sekarang lagi tanding apa?!!!" Teriak Ali yang kesakitan.

"Putri kenapa?" Tanya Mis Zuliz.

Saat aku sedang berada di dalam kapsul milik Ali aku bingung harus menjawab apa. Dan keliatan untuk mengucapkan...

"Tak apa apa. Cuma lagi baper liat KPOP." Jawab ku asal.

"Eh Ra ternyata lo lebih lebay yah daripada gue." Ejek Seli.

"Ada ada aja anak jaman sekarang." Kata Mis Zuliz.

Setelah aku menjawab pertanyaan dari Ali yang menurutku tak masuk akal. Akhirnya aku pun terdiam dari banyak nya pertanyaan. Walaupun aku tahu kalau Mis Zuliz bisa baca pikiran.

"Oh yah kalian masih ingin tahu lagi tentang klan Bulan?" Tanya Mis Zuliz.

"Untuk apa?" Seli yang balik tanya.

"Buat petualangan kalian." Jawab Mis Zuliz.

"Oh... Tapi aku masih gak ngerti sama yang namanya tiga jalan di klan Bulan itu." Kata Seli.

"Sebenarnya. Di klan Bulan hanya ada 2 jalur yaitu kehidupan dan perjalanan. Namun untuk melengkapi kehidupan maka dibuatlah jalur kematian. Kalian mau tahu kenapa Kalvin dan pangeran Bryan mau menculik Raib?"

"Enggak tahu..." Jawab Seli ceplas ceplos.

"Huh! Baiklah. Karena Raib berada di dalam jalur persimpangan. Selain terdapat 3 jalur di Klan Bulan sebenarnya terdapat satu lagi yaitu jalur persimpangan dimana seseorang yang seharusnya telah di ditakdirkan tiada tetapi masih tetap berlanjut." Jelas Mis Zuliz.

"Maksudnya??" Tanya Ali kian penasaran.

"Yah aku memang berada di jalur persimpangan." Kata Raib dengan wajah polos.

"Apa? Putri sudah tahu?" Tanya Mis Zuliz menyelidik.

"Yah Kalvin yang memberitahuku. Aku memang sebenarnya sudah ditakdirkan untuk tiada. Tapi pada saat itu Bryan teman kecil ku menyelamatkan ku dari kecelakaan truk. Tak hanya itu aku juga berulang ulang kali hampir mengalami kecelakaan.

Kata Kalvin hal tersebut sudah biasa terjadi kepada anak seperti ku. Tapi karena Bryan telah menyelamatkan ku dia menghadapi ujian besar yaitu jalur kematian." Jelas Raib.

****

Setelah aku menjelaskan kepada mis Zuliz, Seli, dan Ali aku mulai merasakan hati ku hancur.

Bagaimana tidak? Aku berada di jalur persimpangan dimana seseorang yang mengalami masa masa tersulitkan yaitu antara hidup dan mati.

Dan aku kembali memutar ulang waktu saat aku hampir mengalami kecelakaan fatal di tahun 2015. Dimana beribu ribu orang dengan pakaian serba hitam dan tak lupa topi hitam yang mengerucut ke atas. Menatapku. Dan dia adalah KALVIN.

Kalvin adalah malaikat maut!

Hari hari ku jadi kian sibuk karena aku selalu dibuntuti oleh Kalvin.

Entah kenapa sekarang Kalvin jadi tak mau kembali lagi ke buku itu.

"Vin omong omong dari kemarin kamu belum cerita apa apa lho?" Kata ku memecahkan keheningan.

Memang sejak tadi aku berada di balkon rumah.

"Emang kamu masih percaya sama aku?" Tanya Kalvin.

"Ya."

Setelah aku mengatakan hal tersebut Kalvin menjatuhkan air matanya. Mungkin dia terharu.

"Kamu kenapa?" Sekarang aku berusaha lebih lembut.

"Baru kali ini ada orang yang percaya sama malaikat maut. Heh." Kalvin menjawab pertanyaan ku dengan tersenyum.

"Baiklah. Aku bekerja sebagai malaikat maut. Kamu tahu kenapa?karena selama hidupku aku telah berbuat jahat. Satu satunya cara agar aku bebas dari pekerjaan ku ini. Dengan membantu mu."

"Bantu?"

"Yah."

Lagi, lagi, dan lagi Kalvin membuat ku bingung. Mau sampai kapan aku seperti ini?

Tapi setelah di lihat lihat Kalvin ternyata orang yang asik dan baik juga sih....

"Vin Seli boleh tahu soal kamu gak?"

"Percuma kamu bilang dia gak bakalan percaya."

"Emang kenapa?"

"Seli baru percaya kalau aku lepas topi kerucut ini." Kata Kalvin dengan menunjuk topinya.

"Oke."

****

Tak terasa petualangan ku dan kedua sahabatku ini kurang 2 hari lagi.

Aku telah memberitahu mama dan papa ku. Tapi bukan itu yang aku takutkan. Karena kini Kalvin juga ikut bersama ku.

Sebenarnya aku mau bilang ke mis Batu. Tapi gimana nanti kalau Mis Zuliz malah marah?

Dan aku memutuskan untuk menyimpan rahasia ini.

Pesan handphone:

|Ra kamu gimana? Udah siap belum.

|Buat petualangan kita?

Udah|

|Lo kok kayak gak semangat gitu sih???

Semangat kok Sel|

|Oh ya Ra. Besok kita ke basement

|rumah Ali dulu lho!

|Jangan lupa!!!

Ya|

Sudah berkali kali Seli mengingatkan ku soal petualangan ke klan Bulan. Sebenarnya aku ingin sekali kesana apalagi katanya di sana tempat lahirku. Dan tak lupa dengan orang tua ku.

Kali ini aku bakalan mencari tahu soal orang tua ku dan pangeran Bryan itu.

"Vin! Kamu janji yah kalau ikut sama aku gak boleh macem macem!" Ancam ku mengingatkan Kalvin.

"Baik putri..."

Raib!!!! Cepat keluar! Ada yang cari kamu tuh!

"Duh mama ngapain sih teriak teriak. Yah!!!! Raib mau keluar!"

Aku keluar dengan langkah yang tergesa gesa karena takut diteriaki sama mama.

Namun saat aku keluar ternyata yang ada hanyalah seorang ALI!!

Ngapain dia kesini??

Rapi lagi!

"Eh lo ngapain kesini?" Tanya ku sewot.

"Lho Ra? Dimana mana tuh tamu di suruh masuk dulu, dibuatkan minum, baru nanya nanya." Jelas Ali.

"Yodah sana masuk."

Aku dan Ali masuk...

"Mau minum apaan??" Tanya ku judes.

"Astaga...gue cuma mau ingatin besok ke basement gue yah!" Kata Ali.

"Cuma itu doang??" Tanya ku bingung.

Ada apa dengan Ali? Kenapa dia aneh sekali datang ke rumahku. Kan bisa telepon atau kirim pesan???

Pasti ada sesuatu disini.

"Eh Ra gue tolong buatin es jeruk dong. Kan gue tamu." Kata Ali dengan gaya yang SOK.

"Iya!"

Setelah Ali menyuruhku untuk membuatkan ku es jeruk aku kembali lagi ke ruang tamu. Tapi disana Ali tidak ada...

"Dasar gak sopan!! Udah di buatin minum. Malah langsung pergi. Gak pamit lagi." Kata ku ngedumel.

"Eh Ra. Gue minum yah!! Makasih enak kok." Kata Ali yang langsung meneguk es hingga ludes. Dan langsung nyelonong pergi.

Ternyata tadi Ali cuma ke ruang televisi. Tapi ngapain dia??

"Ra siapa? Pacar?"

"Naudzubilah deh ma."

Next chapter