1 1. Ekseskusi mati

Dengan terseok-seok seorang wanita yang memakai jaket bomber hitam dengan celana jeans senada serta topi putih berlogo Nike, menggendong tas bermerk Champion diseret dua orang pria asing.

Luka kecil di bawah mata dan lebam di pipinya merupakan karya seni yang dia buat sendiri karena kecerobohannya, dia terpeleset dan wajahnya menghantam tanah.

Kedua pria itu menuntunnya masuk ke dalam ruangan, massive double door dengan interior eropa klasik membuat kesan berkelas di ruangan itu.

Manik Mata Schehana melirik mengamati seisi ruang. Seperti pintunya, di atap terdapat handpainting pola eropa klasik. Terdapat empat jendela berdekorasi Perancis. Kursi disusun layaknya balai sidang dengan pondium di depannya.

Banyak orang yang berjajar disekitar dinding tanpa ekspresi.

Apa dia melakukan kesalahan?

Lalu pria itu menyuruh Schehana untuk berdiri disana sambil menunggu seseorang.

"Maaf ya tuan-tuan tapi saya tidak melakukan apapun" ujar seorang pria sambil memberontak lalu dipukul oleh seorang gadis remaja.

Schehana menoleh, matanya menyipit. Pria itu tak asing, iya, dia adalah seorang teroris yang dia kejar pada akhirnya membawa mereka berdua ke kastil besar nan aneh ini.

Schehana menunjuk pria itu ketika dituntun untuk berdiri disampingnya, "Hah, Kamu. Wow, Lo masih selamat ya, hah sumpah gue udah hilang respect sama Elo."

*berbahasa indonesia

"Hei hei hei, kalau Lo nggak ngejar gua sampai Kanada ya nggak bakal sampai sini"

Schehana adalah anggota polisi divisi anti radika dan terorisme. Dia ditugaskan menangkap sekelompok jaringan teroris, pria didepannya ini adalah salah satu anggotanya. Demi martabat, tanggungjawab, serta kewibawaannya dia dan timnya mengejar sekelompok itu sampai Kanada.

"BTW, kenapa Lo masih hidup? Yah, gue kecewa"

"Oh iya, kenapa kita disini?" Tanya anggota teroris itu, bernama Adgar Syahputra

"Kita? There's no KITA di hubungan ini"

Adgar mendengus, "Terserah" lalu dia berjalan mendekati Schehana dengan aotomatis dia malah mundur. Kemudian Adgar menarik lengannya agar lebih dekat

"Bu Pol, ini kita dimana ya. Orang-oramg disini aneh" bisik Adgar

Tidak bisa dipungkiri Schehana sendiri juga bingung. Otaknya mencerna apa yang terjadi ketika dia mengejar Adgar sampai ke hutan. Lalu...

Seorang pria tinggi berambut blonde masuk ke dalam ruangan menyita perhatian semua orang termasuk Schehana dan Adgar. Orang yang berjaga membungkuk memberi hormat kepada orang itu.

Mata biru itu menatap kedepan dengan tajam, tubuhnya atletis bak visual wattpad yang diidam-idamkan para cewek (simping character that never exist).

Seorang pria berambut hitam dengan kumis tipis mengikutinya dari belakang.

STONE

Mataku melirik seorang gadis dan pria yang berdiri didepanku mereka nampak bingung. Mereka tampak kebingungan lalu berbisik-bisik saling bertanya, diaman dan kenapa mereka disini. Tentu saja mereka kebingungan.

Hampir 10 tahun tidak pernah ada manusia yang menerobos wilayah teritorial kami karena kami telah memasang portal pelindung agar tidak ada yang masuk ke wilayah kami.

"Baiklah. Akan kumulai" ucapku

Aku berjalan di ujung pondium lalu duduk di depan mereka, "Kalian, kenapa masuk wilayah kami"

"Maaf sebelumnya, maksudnya bagaimana? Wilayah apa? Saya turis asing jadi nyasar. Kita awalnya lagi honeymoon, ya kan sweety" ucap si pria itu melirik gadis itu dan meminta setuju dengannya.

Lalu gadis itu menyengir, "Hmm, gejolak new married couple memang susah ditahan"

Jujur, aku tidak peduli. Toh, apapun alasannya tetap akan berakhir dieksekusi.

"Kalau boleh tahu ini dimana ya, apa disini kawasan terlarang? Tapi, di peta Kanada tidak ada yang menyatakan bahwa ada daerah terlarang di hutan ini, as long as bukan pemburu" ujar pria itu, dia pria yang sopan juga.

"Kalian telah melanggar peraturan pack nomor 13 tentang kewilayahan dan keamanan wilayah Black Pack" ujarku to the point.

"Demi kerahasianan dan keamanan anggota pack maka kalian berdua akan dieksekusi"

Aku tidak marah, aku hanya ingin membuat hal ini cepat kelar.

Kalau saja para tetua dan petinggi yang tahu pasti bakal merepotkan, kami akan dituduh bla bla bla.

Aku mengisyaratkan kepada anak buahku agar membawa mereka untuk dibawa ke tempat hukuman.

"Wait, what?" Pria itu kaget tidak terima. Namun, gadis disampingnya nampak santai. Mungkin dia tipikal orang yang suka pasrah. Baguslah pekerjaanku cepat selesai.

Sean dan Gala mendekati mereka

"Hei, hei, hei tunggu ini kasih penjelasan dulu. Peraturan apa? Pasal apa? Yah ini di mana kantor polisi? Atau persidangan?", pria itu menghindari Sean sambil mengoceh

Si istri menepis, "ih don't touch me"

Dia malah memberikan tatapan membunuh kepada Gala.

"Apa kau tuli? Aku sudah menjelaskan padamu" Tuturku

"Ya ya ya. Tidak bisa begitu, carikan aku pengacara dulu." Tutur pria berjanggut itu

Pengacara? Hah dia berpikir ini balai persidangan umum ya. Ah kasian otaknya, lelet sekali.

"Hey sweety, why are you so calm"

"Don't be panic. You need to calm down you being too loud"

Pria itu memberontak sambil memberikan ucapan yang tidak kami mengerti.

"GUE KALEM BANGET INI!" Teriaknya

"Ya deh, kalem" sahut istrinya

Apa mereka merencanakan sesuatu?. Well, tinggal eksekusi mereka lalu kelar.

Sean menendang pria yang dari tadi karena banyak berontak lalu menatapnya dengan intens.

"Lo kalau makin berontak makin kesiksa, idiot. Masa dieksekusi aja takut nggak malu apa sama tittle teroris lo. Menguji adrenalin ini" ucap si istri menggunakan bahasa yang tidak kami mengerti lagi.

*anggap aja mereka nih speking english kalau dalam bentuk formal

"You're werewolf?" Tanya si suami pada Sean. Sean telah kelepasan, tidak ada pilihan lagi selain eksekusi

Si istri menyahut, "Gue manusia, goblok!"

"Bukan Lo, Njing. Tapi mereka"

"What? That's just myth. Oh c'mon how old you are. Rubbish" ucap Sang Istri

Aku menyengir, mitos? Kata dia, apa dia tidak sadar akan bahaya. Ini penghinaan. Aku berjalan mendekati si istri. Well, aku tidak peduli nama dan usianya.

"Tidak takut?"

"No, Honestly, yes but little bit. If you are, it's must be dream. Then i wake up i wake up in reality" jawabnya santai

(Nggak, sejujurnya, iya tapi sedikit. Jika memang iya pasti cuma mimpi. Lalu gue bangun balik di dunia nyata)

Pede sekali dia.

"I'm the alpha of BlackPack, Stone menyatakan bahwa mereka telah melanggar peraturan wilayah serta penghinaan pada pack dan akan didakwa hukuman mati tepat sore ini. Sekian"

Bughhhh

Apa?

Siapa yang berani memukulku?

Wanita ini?

Sialan

Wanita ini menjotos wajahku yang tampan nan berharga

"This is my dream, i am the controller"

avataravatar
Next chapter