webnovel

Late Regret

Semua orang di Quinn High school sangat heboh setelah mengetahui kejadian yang menimpa Elea. Banyak yang iba juga menyayangkan kenapa hal seperti itu bisa terjadi. Itu adalah kali pertama hal seperti itu terjadi di sekolah tersebut.

Pihak berwajib masih menyelidiki kasus itu lebih lanjut. Sesuai dengan keterangan yang diberikan Sam. Mereka juga sudah meminta keterangan pada Felix. Felix menjelaskan jika dia kesana untuk meletakan peralatan perayaan dan langsung keluar melalui pintu samping yang akses kuncinya hanya dipegang oleh panitia dan pihak sekolah.

Sam dan Felix masih berstatus saksi dan bukan tersangka. Dan keluarga mereka tentu saja tidak terima membiarkan hal itu merusak nama baik keluarga mereka. Kedua ayah mereka yang memang tidak akur mulai saling menyalahkan dan menuduh satu sama lain.

Elea masih di rawat di rumah sakit, dokter belum memperbolehkannya pulang dengan kondisi yang belum stabil itu. Daniela memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya dan fokus pada putrinya. Pada saat siang hari Geya akan datang untuk membantunya. Sedangkan Bob dan Rhino akan bergantian jaga pada malam harinya.

Elea sedang dibawa jalan-jalan di taman rumah sakit oleh Daniela, dia ingin putrinya menghirup udara segar sejenak. Mereka berdua sedang berbincang saat kehadiran seseorang menghentikan kegiatan mereka.

"Selamat siang Elea." Sapa orang itu ramah.

Elea mengenal senyum khas itu, dia pun menyapa balik. Dan orang itu pun dengan sopan memperkenalkan dirinya pada Daniela. "Halo Nyonya Galen, saya Christof gurunya Elea." Daniela mengangguk dan mempersilahkan Christof duduk.

Tidak ingin mengganggu perbincangan Elea dan Christof, Daniela meninggalkan mereka berdua untuk berbincang sedangkan dia akan ke apotik untuk mengurus obat Elea.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Christof memulai percakapan.

"Sudah mulai membaik kak." jawab Elea masih terdengar lemah.

Perhatian Christof lalu tertuju pada perut Elea. Elea yang menyadari itu langsung mengelus perutnya pelan. "Ini juga sudah tidak apa-apa." Ujarnya mengulas senyum tapi terdengar sedih.

"Kau pasti sangat sedih. Seharusnya hal itu tidak terjadi..." Christof kembali menatap perut Elea lalu pandangannya beralih ke Elea, menatap sedih wajah Elea "Aku juga sangat sedih.." lanjutnya.

Kemudian suasana menjadi hening, mereka seolah kehabisan topik untuk dibicarakan. "Mau jalan-jalan lagi?" ajak Christof, Elea mengiyakan lalu Christof membantunya berdiri. Dan mulai menuntun Elea berjalan mengitari taman.

Belum lama berjalan, Elea tiba-tiba menghentikan langkahnya dan langsung mengeratkan pegangannya di tangan Christof. Dia melihat Sam berjalan ke arah mereka. Elea hendak mengajak Christof pergi, tapi Sam sudah duluan menghalanginya.

"Galen... Elea... Aku bisa jelaskan semua. Ini semua salah paham." Jelas Sam, dia mencoba untuk mendekati Elea, tapi Elea langsung mundur menghindari Sam.

"Kendrick, tidak tahukah kau jika kehadiranmu disini hanya akan membuat kondisi Elea makin buruk." Christof membawa Elea bersembunyi dibelakangnya dan mendorong Sam agar menjauh.

"Mr. Aubrey kumohon biarkan aku bicara pada Elea, ini semua tidak benar. Aku tidaklah bersalah."

"Jika benar begitu, apa buktinya kalau kau tidak bersalah." Ucapan Christof telak membuat Sam terdiam. Benar dia tidak punya bukti kuat sedangkan pelaku yang sebenarnya belum diketahui.

"Baiklah kalau begitu... Aku akan bertanggung jawab." Jawab Sam meski terdengar ragu. Tapi hatinya sudah mantap dengan apa yang akan dia ucapkan, demi Elea dia selalu siap. "Aku tidak peduli siapa pelaku sebenarnya. Aku akan tetap bertanggung jawab... Menikahlah denganku Elea..." Elea tentu saja terkejut. Sam ingin menikah dengannya? Sam melamarnya secara tiba-tiba dan dengan kondisi dirinya yang seperti itu.

"Kau bercanda kan, Kendrick?" Tanya Christof tidak percaya.

"Tentu saja tidak. Aku sangat serius dengan ucapanmu barusan. Aku ingin kita menikah..." Sam bahkan menurunkan egonya, dia berlutut dihadapan Christof dan Elea. Menatap dengan penuh kesungguhan dan berharap Elea dapat menerimanya.

"Ada apa ini?" Daniela yang baru saja tiba, bingung melihat kenapa Elea seperti ketakutan bersembunyi dibelakang Christof dan ada yang berlutut dihadapan mereka "Kenapa dia berlutut?" tanyanya lagi.

Christof segera membawa Elea mendekati Daniela. "Tidak ada apa-apa Nyonya Galen. Tolong bawa Elea kembali ke kamarnya, sepertinya dia capek." Tanpa banyak tanya, Daniela segera membawa Elea pergi bersamanya. Melihat kondisi tadi, membawa Elea pergi memang keputusan yang paling baik.

Sam berusaha menyusul Elea, tapi lagi-lagi dia dihalangi oleh Christof. "Kendrick berhenti bersikap impulsif. Kau hanya akan memperburuk kondisinya."

"Tapi Mr. Aubrey... aku masih ingin bicara pada Elea. Aku ingin minta maaf... aku sungguh menyesal... kumohon biarkan aku menemuinya."

"Jika kau benar-benar menyesal, pulanglah Kendrick..." ucap Christof tegas memandang kesal ke arah Sam, lalu dia memanggil security untuk membawa Sam keluar. Juga meminta mereka untuk tidak membiarkan Sam datang lagi ke rumah sakit itu.

*

*

*

Setelah kasus itu mencuat ke publik. Felix langsung dibawa ayahnya pulang ke rumah keluarga besarnya. Meski ayahnya menyangkal itu bukanlah perbuatan Felix. Tapi ayahnya sangat kecewa pada diri Felix.

"Ini yang kau janjikan padaku?" tanya ayahnya pada Felix yang masih terus menundukkan kepalanya tidak berani menatap ayahnya.

"Gadis itu... dia itu pacarmu kan?" Felix mengangguk pelan.

"Apa anak itu juga anakmu...???" Felix sontak mengangkat kepalanya saat mendengar pertanyaan itu. Dia tidak tahu harus menjawab apa, karena dia memang tidak tahu apa jawabannya.

'Plak!'

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Felix. "Aku kecewa padamu..." Felix memegangi pipinya itu, matanya sudah mulai merah menahan air matanya. "Tidak akan ada lagi kebebasan untukmu. Masuk ke kamarmu sekarang!!!"

Menatap sekilas wajah ayahnya yang diliputi dengan kemarahan, Felix lalu pergi dari sana dan masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu kamarnya, dia langsung terduduk di dekat pintu dan menangis sekencang-kencangnya.

Hatinya begitu sakit dan hancur, bukan karena tamparan dari ayahnya barusan. Tapi karena Elea, tidak pernah terbayangkan olehnya hal seperti itu akan menimpa Elea. Dia merasa tidak berdaya dan tidak berguna. Semua yang selama ini dia coba jaga, hancur begitu saja. Dan tanpa dia sadari semuanya sudah hilang darinya. Menyesal pun sudah terlambat, semua tidak akan kembali.

"Maafkan aku... maafkan aku Elea..." lirihnya, memegang dadanya yang terasa sakit. Dia mengerang karena rasa sakit itu tidak mau pergi. "Ini semua adalah salahku..."

Beranjak dari lantai, mengambil sebuah buku yang ada di atas ranjangnya. Di dalam buku itu terdapat sebuah foto didalamnya. Diambilnya foto itu dan dipandangnya, sebuah foto yang menampilkan Elea dengan senyuman manisnya. Dia membawa foto itu ke dadanya, didekapnya dengan erat. Dia merindukan gadis itu juga senyum itu. "Apapun akan kelakuan untuk membawa senyum itu kembali... Apapun agar kau bisa kembali seperti dulu Elea..."