webnovel

It's A Tricky Tricky ( Pt. 3 )

"Kau yakin ini akan berhasil?"

Rhino sedang dalam perjalanan mengantarkan Jovita pulang. Mereka sudah sampai di rumah Jovita. Rhino hendak turun untuk membukakan pintu mobil untuk Jovita. Tapi pertanyaan yang Jovita lontarkan mengurungkan niatnya.

Rhino menyenderkan kepalanya di kursi mobilnya dan perlahan menoleh ke arah Jovita. "Aku juga tidak tahu, tapi apa salahnya untuk dicoba." jawab Rhino.

"Kau tahu dengan jelas bagaimana sifat Kendrick, anak itu sangat keras kepala. Apalagi jika dia sudah menginginkan sesuatu." jelas Jovita lagi. Meskipun mereka berdua tidak begitu dekat dengan Sam. Tapi mereka cukup mengenal sifat teman seangkatan mereka itu.

"Untuk saat ini kita coba dulu sesuai rencana. Jika itu tidak berjalan baik, kita akan mencari jalan lain." ucap Rhino sambil memijat pelipis kepala. "Yang aku khawatirkan sekarang adalah kondisi Elea, aku takut hal ini akan mengembalikan traumanya. Aku tak mau hal itu terjadi."

Kecemasan terlihat jelas di wajah Rhino. Tanpa perlu diucapkan pun Jovita tahu betapa cemasnya Rhino akan kondisi Elea. Jovita meraih tangan Rhino, mengelusnya perlahan.

"Kita semua tidak menginginkan hal itu terjadi, Rhino. Jangan merasa terbeban sendiri. Ayo kita cari jalan terbaiknya bersama-sama." ucap Jovita tersenyum hangat. Rhino mengangguk dan membalas senyuman itu. "Pulanglah dan istirahat. Bagaimana kau bisa menjaga El kalau tubuhmu sendiri tidak kau jaga." ucap Jovita lagi sebelum keluar dari mobil Rhino dan masuk ke dalam rumahnya.

Setelah memastikan Jovita masuk, Rhino segera menyalakan mesin mobilnya. "Aku harus menemuinya, mungkin dia mau mendengarkanku." batin Rhino dan segera meninggalkan pekarangan rumah Jovita.

*

*

Elea dan Bob juga baru saja tiba di rumah Elea. Tadi setelah berkumpul di cafe dekat sekolah. Awalnya Felix yang hendak mengantar, tapi karena dia tiba-tiba mendapat panggilan telepon dari ayahnya yang memintanya untuk datang ke kantor ayahnya. Makanya Felix jadi tidak bisa mengantar Elea. Akhirnya Elea pulang bersama Bob dan Geya, kebetulan juga rumah meraka satu arah. Karena letak rumah Geya yang paling dekat dengan cafe jadi mereka mengantar Geya dulu baru ke rumah Elea.

Saat Elea hendak membuka pintu rumahnya, tapi pintunya sudah terbuka duluan dan ibunya Elea muncul setelahnya. "Eh anak Ibu baru pulang, ada Bob juga ternyata. Ayo Bob masuk dulu." ucap ibunya Elea.

"Loh Bu tumben jam segini ada dirumah. Gak kerja?" tanya Elea yang sudah masuk ke dalam rumah bersama dengan Bob dibelakangnya.

"Ibu sengaja pulang cepat hari ini, kan hari ini hari pertama kamu sebagai murid tahun kedua." Setelah menutup pintu, ibunya langsung berjalan ke arah dapur. Hendak menyiapkan minum. "Gimana hari pertamanya nak? Bob mau minum apa?"

"Eh gak usah repot-repot Bi, udah lama gak ketemu Bibi malah ngerepotin. Tapi kalo gak keberatan susu coklat satu Bi. Hehehe..." Bob menoleh ke arah Elea yang lesu setelah mendengar pertanyaan ibunya. Mencoba membantu Elea menjawab "Hari ini biasa aja, gak ada yang spesial. Aku sama El gak sekelas, tapi dia sekelas sama Felix."

Mendengar nama Felix yang disebutkan oleh Bob, ibunya Elea terlihat sedikit bersemangat. "Jadi kali ini kamu sekelas sama pacar kamu. Wah seneng dong kamu sayang?" Elea hanya mengangguk dan tersenyum canggung menanggapi ibunya.

"Kok dia gak sekalian diajak kesini? Ibu juga udah lama gak ketemu dia."

"Tadi dia mau ikut, tapi ayahnya minta dia buat datang ke kantornya jadi gak jadi ikut." jawab Elea.

"Oh... lain waktu kalau Ibu ada waktu, ibu ingin ngajak kalian makan bareng. Bisa kan nak?" Elea mengangguk mengiyakan permintaan ibunya.

"Loh kok aku gak diajak juga Bi?" protes Bob.

"Kamu kan udah sering makan bareng sama Bibi, kalau sama Felix kan jarang. Sekalian Bibi mau mengenal lebih dekat sama calon menantu." jawab Ibunya Elea dengan sedikit nada menggoda Elea.

"Anakmu ini sekolah aja belum lulus Bu, gak usah bahas soal menantu-menantuan." Ibunya Elea hanya bisa tertawa mendengar jawaban ketus anaknya.

*

*

Disebuah ruangan kantor yang mewah, seseorang sedang membaca laporan bulanan dari karyawannya. Hingga dia mendengar suara pintu di ketuk, dia mempersilahkan orang itu masuk. Setelah melihat siapa yang masuk, dia langsung menyerahkan laporan ditangannya pada karyawannya dan memintanya untuk meninggalkan ruangan.

Setelah karyawannya keluar, dia menyuruh orang yang baru masuk itu untuk duduk di sofa dekat mejanya. Orang itu pun langsung duduk dengan wajah yang masih tertunduk tidak berani memandang orang yang duduk dibalik meja kerja itu.

Hening sejenak sebelum orang dari balik meja itu angkat suara. "Ada masalah apa kau dengan Kendrick?"

Orang yang duduk di sofa itu langsung mengangkat wajahnya terkejut mendengar pertanyaan itu.

"Kau sudah tahu kan ayah tidak suka dengan masalah. Dan ayah juga pernah memperingatkanmu mengenai pencapaian apa saja yang harus kau raih?" Dia memandang anaknya yang kembali menundukkan wajahnya. "Apapun urusanmu dengan Kendrick, jangan sampai itu mempengaruhimu, ingat janjimu pada ayah dan apa saja yang sudah ayah lakukan untukmu selama ini. Jadilah anak yang baik, Felix."

"Baik... Ayah."

*

*

Rhino tiba ditempat tujuannya. Dia segera memasuki sebuah bangunan yang terletak dibelakang sebuah minimarket, terlihat seperti tempat berkumpul yang lengkap dengan segala fasilitasnya.

Ada beberapa orang yang duduk di sofa dekat pintu masuk sambil menatap sinis Rhino, tidak memperdulikan tatapan itu Rhoni melangkahkan kakinya menuju lantai dua, disana fasilitasnya lebih wah lagi dibanding lantai satu. Dia mengedarkan pandangannya, mencari seseorang. Dan dia menemukan orang itu sedang duduk sendiri diteras dengan sekaleng minuman berakohol ditangannya.

Menyadari kehadiran Rhino, orang itu menoleh ke arah Rhino yang sudah berada di sebelahnya. "Apa yang membawamu kesini Evans?"

Tanpa basa basi Rhino langsung menarik kerah baju orang disebelahnya itu, menatapnya dengan tatapan tajam. "Kenapa harus dia, Kendrick? Dari sekian banyak orang kenapa kali ini harus Elea?"

Sam mendecih lalu tertawa mendengar pertanyaan Rhino. "Memangnya kenapa dengan Galen? Kenapa aku tidak boleh mendekatinya?"

"Sudah kukatakan untuk berhenti, Kendrick. Elea bukan seperti gadis lain yang bisa kau permainkan." Rhino melepas cengkramannya pada kerah baju Sam. "Kumohon lepaskan dia dan carilah orang lain. Aku tahu kau masih punya sisi baik di dalam dirimu. Sisi Sam yang dulu kukenal."

Sam mengernyitkan dahinya, bertingkah seolah tidak paham dengan ucapan Rhino. "Jangan bertingkah seolah mengenalku Evans. Tingkahmu yang seperti ini, membuatku makin penasaran dengan Galen."  ucap Sam sebelum pergi meninggalkan Rhino sendiri.

Rhino hanya memandangi Sam yang perlahan menjauh, tatapan wajahnya sendu seperti merindukan seseorang yang telah lama pergi.

"Kau tahu apa yang aku maksud Sam, aku tahu kau belum berubah sepenuhnya. Aku harap begitu."