webnovel

Feels Like A Family

Tiba dirumahnya, Felix langsung menuju ke sofa ruang tamu, merebahkan dirinya disana. Merasa begitu lelah, seolah seluruh energi di tubuhnya telah terkuras habis saat dia bertemu dengan ayahnya. Sudah lama dia tidak berhadapan langsung dengan ayahnya. Kalau tidak ada kumpul keluarga atau acara penting, dia jarang bisa melihat ayahnya. Tapi setiap dia bertemu dengan ayahnya, dia merasa aura tegas milik ayahnya itu sangat mendominasi, sehingga membuatnya merasa sangat terintimidasi dan berakhir kelelahan seperti orang yang habis lari maraton keliling kota.

Dia ingin istirahat, memilih untuk berbaring di sofa dari pada harus pergi ke kamarnya saking lelahnya. Tidur sejenak mungkin akan mengembalikan energinya.

Saat dia sudah memejamkan matanya, bersiap untuk pindah ke alam mimpi. Dia mendengar ponselnya berdering, sebuah notifikasi pesan masuk. Dengan malas dia mencoba untuk meraih tasnya yang dia letakkan di samping sofa dan mengambil ponselnya.

Dengan mata yang setengah terbuka dia membaca nama si pengirim pesan. Dan sekita dirinya langsung berasa segar saat mengetahui kalau pesan itu dari pacarnya, Elea. Tanpa perlu membalas pesan itu, dia bangkit dari rebahannya. Membenarkan posisi duduknya dan langsung menekan tombol panggil, tak perlu waktu lama sang pacar langsung menjawab panggilannya.

'Lix sudah nyampe di rumah?'

'Sudah, baru aja. Lea juga sudah di rumah? Maaf tadi gak bisa antar kamu pulang.'

'Udah gak apa-apa, aku tahu Lix ada urusan yang penting. Ini aku ganggu gak? Lix pasti capek dan mau istirahat.'

'Gak kok, gak ganggu. Aku juga gak capek sama sekali. Aku malah senang bisa ngobrol sama Lea. Kamu lagi sendirian di rumah?'

'Enggak, Ibu lagi ada dirumah. Oh iya tadi Ibu nanyain Lix. Katanya kapan-kapan mau ngajak kamu makan bareng gitu.'

'Wah aku juga udah lama gak ketemu Ibu. Aku kesana sekarang ya?'

'Eh? Lix beneran mau kesini? Gak Capek?'

'Enggak, aku ganti baju dulu habis itu aku langsung berangkat ke sana.'

'Ya udah, aku kasih tahu Ibu dulu kalau Lix mau ke sini.'

'Oke bye Lea.'

Setelah panggilan selesai, Felix segera berlari menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Semua rasa lelahnya telah lama hilang dan berganti dengan semangat yang menggebu. Semangat untuk menemui sang pujaan hati.

*

*

"Hai Lea..." sapa Felix tidak lupa dengan senyum merekah nan manis diwajahnya, saat mendapati sang pacar yang membukakan pintu rumahnya untuk menyambutnya.

Elea membalas senyum itu tidak kalah manis dan mempersilahkan laki-laki dihadapannya masuk. Tanpa buang waktu Felix segera melangkahkan kakinya ke dalam. Mereka berdua berjalan menuju dapur dimana ibunya Elea berada.

Saat tiba di dapur dan hendak menyapa ibunya Elea, Felix malah mendapati seseorang sedang duduk di dekat meja konter dapur dengan segelas teh ditangannya. Orang itu juga menoleh ke arah Felix dengan wajah datar, tapi Felix tetap memberikan senyum pada orang tersebut. "Oh? Kak Rhino juga ada disini?" tanya Felix.

"Iya, kak Rhino baru saja tiba beberapa menit yang lalu, aku lupa bilang tadi." Jawab Elea dan diangguki oleh Felix.

"Eh, nak Felix sudah datang. Ayo kesini, Bibi baru saja selesai memanggang kue." Ajak ibu Elea yang baru saja tiba di dapu dan mengeluarkan kue dari panggangan. Felix dan Elea bergabung dengan Rhino di meja konter dapur.

"Oh iya Bi, tadi aku sempata mampir di toko es krim." ucap Felix sambil memberiikan kotak berisi es krim rasa coklat di dalamnya.

"Wah Felix, terima kasih, kamu tahu sekali apa kesukaan Bibi." Ibunya Elea menerima dengan senang hati dan segera menyimpan es krim tersebut di lemari pendingin untuk dibekukan lagi.

"Cuma rasa coklat? Kamu gak tahu rasa kesukaan Elea itu rasa matcha?" ucap Rhino santai sambil menyesap tehnya. Felix yang mendengar itu otomatis langsung menoleh ke arah Elea. Meskipun Elea terlihat biasa saja, tapi Felix agak meras bersalah.

"Maaf Lea, aku lupa." Elea mengangguk sambil tersenyum kecil, memberitahu Felix kalau itu tidak jadi masalah. Tapi Felix tetap merasa bersalah, harusnya dia ingat apa yang jadi kesukaan pacarnya. "Nanti temanin aku ke mini market dekat sini ya? Kita beli es krim matcha yang banyak. Mau yah?"

"Gak usah Lix, aku beneran gak apa-apa." jawab Elea, tapi Felix masih berkeras. Elea mau tidak mau akhirnya mengiyakan permintaan pacarnya itu, tidak mau membuatnya sedih.

"Aduh... Senangnya yang punya pacar..." goda ibunya Elea, membuat kedua pipi Elea dan Felix meronah merah padam. "Ayo dimakan dulu kuenya, ini sudah dingin. Felix sekalian makan malam di sini yah? Sudah lama kita tidak ngobrol. Kamu juga Rhino, Bibi tidak terima penolakan."

Felix dan Rhino mengangguk menyetujui permintaan ibunya Elea. Mereka berempat pun menyantap kue yang dibuat oleh ibunya Elea dan mengobrol. Ibunya Elea sangat senang, jarang sekali dia bisa menghabiskan waktu seperti ini. Sibuk akan pekerjaannya membuatnya sering pulang larut malam dan kehilangan banyak waktu untuk bisa berkumpul bersama anaknya. Jadi saat dia punya kesempatan, dia akan menggunakannya untuk bersama anak tersayangnya dan juga mereka yang sudah dia anggap seperti anakya sendiri.

*

*

"Ingat jangan pulang terlalu larut."

"Ibu... kita cuma ke mini market depan, bukannya mau jalan-jalan."

"Tetap saja El, jangan keluar lama-lama ini sudah malam."

"Iya Bi, kita gak akan lama kok. Habis dapet es krimnya, aku langsung antar Lea pulang. Kami pergi dulu Bi."

Mereka telah selesai makan malam, seperti yang diminta Felix tadi, dia mengajak Elea pergi ke mini market untuk membeli es krim kesukaan Elea.

Sedangkan Rhino sedang membatu membersihkan piring bekas mereka makan tadi. Awalnya ibunya Elea menolak, tapi Rhino berkeras. Piring terakhir telah selesai Rhino cuci, dia meletakkannya di samping watafel dan mengeringkan tangannya.

"Nak Rhino ayo minum dulu." Ibu Elea menghampiri Rhino dengan membawa teh kesukaan Rhino. Mereka pun bejalan ke teras di samping ruang makan dan duduk di sana.

"Bibi jadi tidak enak, malah merepotkan Rhino. Tapi terima kasih banyak loh nak Rhino." kata Ibu Elea memulai perbimcangan juga memecah keheningan.

"Gak perlu bilang kayak itu Bi, aku gak keberatan kok. Aku malah senang bisa bantu disini. Lagian aku sudah dapat makan malam yang enak tadi. Kalau bisa aku ingin tiap hari makan disini saking enaknya." Jawab Rhino membuat ibunya Elea tersenyum.

"Nak Rhino bisa saja. Kalau memang mau, Rhino bisa kok datang tiap hari. Kamu sudah Bibi anggap seperti anak sendiri. Gak perlu sungkan." Rhino mengangguk dan tersenyum menanggapi ucapan ibunya Elea. Kemudian kembali meminum tehnya. "Oh iya, bagaimana kabar keluargamu?"

Mendengar pertanyaan itu, Rhino terdiam. Cangkir teh itu masih berada di dekat bibirnya. Dia berpikir sejenak sebelum meletakkan cangkir itu di meja. "Mereka baik-baik saja Bi." jawan Rhino singkat.

"Baguslah kalau begitu, Bibi titip salam buat mereka yah." Rhino kembali memberikan anggukan sebagai jawaban. "Keluargamu sudah banyak berjasa buat Bibi dan El. Bibi benar-benar berterima kasih loh nak atas semua kebaikanmu dan keluarga."

Rhino meraih tangan Ibunya Elea menepuk punggung tangannya perlahan. "Sama seperti yang Bibi bilang, aku juga sudah menganggap Bibi dan El sebagai keluarga sendiri. Sudah kewajiban keluarga untuk saling bantu."

Ibunya Elea tersenyum mendengar ucapan dari Rhino. Dia balas menggenggam tangan Rhino hangat. Dia benar-benar sudah menganggap Rhino seperti anaknya sendiri.

"Kami pulang...."

Mereka mendengar suara Elea dari arah pintu depan. Ibunya pun langsung bangkit untuk melihat putrinya, meninggalkan Rhino yang masih duduk disana. "Kita adalah keluarga, aku akan menjaga Bibi dan Elea dengan segala yang kupunya." ucap Rhino kembali dengan cangkir teh yang sempat diletakkannya tadi.

Tiba di pintu depan, ibunya Elea melihat anaknya sudah dengan senyum lebar diwajahnya dan sekantung besar es krim di tangannya. Melihat ibunya Elea, Felix pun langsung pamit pulang karena sudah malam.

"Aku pulang dulu ya Bi."

"Nak Felix mau langsung pulang? Gak masuk dulu?"

"Gak enak Bi, udah malem banget." Ibunya Elea hanya mengangguk, lalu Felix menoleh ke arah Elea. "Aku pulang dulu ya, sampai jumpa di sekolah besok."

Felix pergi meninggalkan pekarangan rumah Elea, berjalan ke arah mobilnya. Masuk ke dalam mobilnya, dia memandangi rumah Elea. "Aku berjanji akan menjagamu Lea, menjaga keluarga ini yang sudah seperti keluargaku sendiri." gumam Felix kemudian pergi menjauh dari rumah Elea.