1 BAB 1 : PERMULAAN

Pukul tujuh tepat alarm hp ku berbunyi sangat keras sekali. Membangunkan ku dari mimpi yang sangat kacau sekali. Dengan mata yang masih tertutup, tanganku mencari-cari dimana letak hp ku berada yang ku letakan di atas meja belajar. Jempol ku langsung kusapukan dilayar hp ku untuk mematikan alarm yang daritadi terus berbunyi sangat keras.

Ah kenapa hari ini terasa malas sekali. Belum lagi mimpi yang barusan aku alami masih mengganggu pikiranku. Aku membalikan tubuh ku dan mecoba untuk membuka mata ku. Ku lihat atap langit-langit kamarku, pandanganku masih buyar. Aku mencoba bangkit dan mencoba mengumpulkan semua nyawa ku untuk segera bergegas ke kamar mandi.

Aku selalu paling malas kalau ada kelas pagi di kampus. Aku adalah mahasiswa semester tiga diperguruan tinggi swasta di Bandung. Dari semester satu, mata kuliah Bahasa Inggris memang selalu ditempatkan di pagi hari di jam delapan pagi. Itu membuatku agak sebal karena membuatku tak ada bedanya dengan anak sekolahan yang harus belajar di pagi hari. Aku adalah anak yang cukup rajin dalam masuk kuliah, ya walaupun ga rajin-rajin amat. Kalau ada satu mata kuliah yang aku ga gasuka biasanya melakukan seperti kebanyakan orang yaitu titip absen ke teman yang bisa dipercaya hehe.

Kaki ku mulai aku langkahkan untuk menuju ke kamar mandi. Tak lupa, aku ambil handuk yang masih tergantung di belakang pintu kamarku. Dengan mata yang masih berat, aku mulai membasahi tubuhku dengan air. Oh Shit, air nya sangat dingin menyentuh permukaan kulit ku. Seperti menusuk-nusuk seluruh tubuh ku, walaupun mata ku langsung terbuka dan seluruh nyawaku langsung terkumpul.

Sambil keramas aku memikirkan apa maksud dari mimpi yang aku alami. Apa maksudnya aku bermimpi Bella tewas dan aku seperti dikejar-kejar oleh pembunuh berantai di suatu hutan. Ah aku harap itu hanyalah sebuah mimpi buruk.

Setelah dua puluh menit aku habiskan di kamar mandi, aku pun bergegas turun ke lantai bawah untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkan oleh Mama ku tercinta.

"Pagi Ma." Aku pun menyapa Mama ku yang sedang menyiapkan makanan di meja makan.

"Eh tumben kamu udah bangun, biasanya harus dibangunin dulu sama Mama." Sambil mengusap rambutku.

"hehe iya Ma tadi kebangun gara-gara mimpi buruk."

"Berdoa dulu ga waktu pas mau tidurnya ?" Mama sambil memberikan roti lapis kepadaku.

"Ya berdoa dulu dong Mah. Uhuk.. uhk…" Aku berbicara disaat mulutku dipenuhi oleh roti lapis buatan Mama.

"Pelan-pelan dong kamu makannya, telen dulu makanannya baru ngomong." Mama memberikan segelas air putih kepadaku.

"Papa masih belum pulang Ma ?"

"Papa mu pulang dua hari lagi dari Singapura, kemarin ngasih kabar ke Mamah kalau urusannya disana belum selesai makannya diperpanjang." Mama pun sudah duduk dan sarapan di hadapanku.

Ya beginilah memang suasana rumah ku di pagi hari, selalu sepi. Apalagi kalau Mbok Surti lagi pulang kampung kaya sekarang, Mamah deh yang harus repot menyiapkan keperluan di rumah. Aku adalah anak tunggal. Sempet sih punya adik waktu aku umur delapan tahun tapi Allah lebih sayang kepadanya, pas adik ku baru berumur satu tahun setengah Allah memanngilnya buat balik lagi ke surga. Yah semoga aja aku dan adik ku bisa ketemu kembali di surga, Amiin.

Dari semenjak kepergian adik ku, Mamah emang ga pernah hamil lagi. Kata dokter kondisi kandungan Mamah sangat lemah jadi ga memungkinkan lagi untuk Mamah kembali hamil lagi. Alhasil, aku menjadi selalu iri dengan orang-orang yang mempunyai adik. Aku ingin sekali merasakan bagaimana rasanya menjahili adik ku sendiri dan habiskan waktu bersamanya tapi, itu hanya sekedar keinginan.

Papa ku adalah seorang head manager disuatu perusahaan ternama, jadi ya gitu dia selalu sibuk dengan pekerjaanya. Terkadang jarang banget Papa ada di rumah dan suka berpergian ke luar kota atau ke luar negeri kaya sekarang. Dari kecil aku emang sudah terbiasa dengan kondisi Papa yang super sibuk tapi, aku harus mengerti keadaannya bahwa dia banting tulang mencari rezeki untukMamah dan aku sebagai anaknya.

Mama ku sendiri adalah Ibu rumah tangga yang baik. Walaupun ia juga merambah bisnis old shop kecil-kecilan gitu katanya biar ada kerjaan. Tapi lama kelamaan old shop Mamah rame dan akhirnya Mama pun sibuk dengan ngurusin old shop. Pekerjaan di rumah semuanya dihandle oleh Mbok surti.

"Aku berangkat dulu yah Ma." Sambil mencium tangan Mamah.

"Iyaa hati-hati jangan kebut-kebutan dijalannya ya!" Dengan nada khawatir.

Hidup di kota Bandung tak lantas membuatku tidak melewati kemacetan. Semakin hari, Bandung hampir mirip dengan Jakarta. Macet dimana-mana, pembangunan gedung-gedung tinggi menjulang namun yang membedakan Bandung masih ada tempat untuk sekedar berteduh dibawah pepohonan.

Aku menyusuri jalanan dengan menggonakan sepeda motor ku. Aku lihat tak ada yang berubah disekitarku. Masih sama dengan kesibukan para pedagang dan pembeli disaat aku melewati sebuah pasar. Saling tidak sabar saat melewati sebuah lampu merah. Para pedagang asongan yang aku temui bahkan para pekerja yang membagikan sebuah brosur "butuh dana cepat" pun masih dengan orang yang sama. Terkadang aku berpikir, akan seperti apa jadinya jika aku berada jauh dengan kota yang setiap hari menemani ku ini ?

Jarak kampus dengan rumah ku lumayan jauh, membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai, itu pun kalau gak macet. Butuh lebih dari sekedar 45 menit jika aku terjebak kemacetan di jalan menuju kampus ku. Kampus ku tidak lah besar, ya tapi cukup untung menampung orang-orang buangan seperti ku yang terdepak dari jalur SBMPTN haha. Tapi, sejauh ini aku cukup bersyukur karena standar kualitas kampus cukup baik menurutku.

Ku standarkan motor ku di parkiran kampus seperti biasanya. Yah masih sama suasananya tak ada yang berubah. Di pagi hari kampus ku terasa sejuk sekali, walaupun agak sedikit membuat suasana kantuk muncul kembali. Aku pun mulai menaiki tangga untuk menuju kelas ku. Terlihat wajah-wajah yang sampai saat ini belum membuat ku merasa bosan pun terlihat.

"Tumben lu ga telat datengnya." Celetuk Agung.

"Kayaknya aneh ya kalau gua dateng agak pagian." Akupun tertawa ringan.

"Ya kan biasanya kalau lu datengnya ga telat, ya ga masuk." Sambil mengejek.

"Masih ada tiga puluh menit nih, ke kantin yuk ngopi dulu."

"Yaudah ayuk."

Agung berjalan didepan ku. Sambil mengikutinya, aku pun membuka hp ku untuk melihat ada story apa lagi dikehidupan dunia maya. Terkadang lucu saat kita terlalu fokus kepada kehidupan yang kita sadari bahwa itu jauh dari kenyataan. Tapi masih banyak diluaran sana orang-orang yang bahkan seperti diperbudak oleh kerasnya era teknologi.

Ku geserkan jempol ku ke atas layar handphone ku. Terus mengscroll up apakah ada kejadian lucu atau menarik untuk ku baca di pagi ini.

"Bruaak…!!" Hp ku terjatuh dari tangan ku.

Tanpa ku sadari ternyata aku menabrak Agung yang berada didepan karena tidak fokus dengan apa yang ada didepan ku.

"Yah… Ngapain sih lu diem mendadak di depan gua ! liat nih hp gua jatoh kan."

Ternyata Aku menabrak Agung yang berada tepat didepan ku dari tadi. Entah kenapa Agung berhenti melangkahkan kakinya dan berhenti didepan ku dengan mendadak.

"Tuh liat, Bella cantik banget yah hari ini."

Aku pun tak menggubris perkataan Agung karena sibuk dengan membersih kan hp ku yang terjatuh sambil melihat apa ada yang tergores atau retak dilayar handphone ku.

"Itu tuh liat !! si Bella bukannya lu suka ya sama dia kan ?" Tanya Agung.

"Iyaa gua udah tau ah, ngapain sih lu pake ngerem ngedadak ?! liat nih hp gua jadi jatoh." Dengan nada agak keras.

"Ya elah dari tadi juga gua udah tau hp lu jatoh lu kan udah ngomong berapa kali." Agung menjawab dengan muka tak punya dosa.

"Kampret lu !!"

Aku pun kembali melangkahkan kaki menuju kantin untuk menghentikan percakapan yang tidak penting dengan Agung. Sesampainya di kantin, aku langsung memesan kopi kepada ibu kantin dan tak lupa aku nyalakan sebatang rokok yang setiap harinya menemani ku.

Tak perlu waktu lama, kopi pesananku sampai di meja. Dengan seolah tak punya dosa, Agung langsung menyerobot meminum kopi ku yang baru saja tiba di atas meja.

"Kebiasaankan.... Punya orang main di embat aja lu ah."

Agung hanya tertawa kecil melihat reaksi ku. Teman ku yang satu ini emang suka kebiasaan nyamber makanan atau minuman orang kalau lagi ngumpul. Yang paling kesel adalah kalau kita lagi makan indomie, dia langsung nyamber kuah nya sama telor nya. Ga kesel gimana coba punya temen satu kebiasaannya bikin naik darah orang haha.

Tanpa disadari ternyata Bella sedang memperhatikanku dari atas tangga. Saat melihat ke arah tangga terpergok Bella sedang memandangi ku namun wajah nya langsung dipalingkan.

"Mungkin dia malu atau ….." Aku tertawa dalam hati.

Karena melihat wajah ku yang senyam-senyum sendiri, Agung pun keheranan. Dia menatap ke arah ku dengan serius. Seserius orang yang sedang mencoba menghipnotis. Entah apa yang membuat dia menatap ku tajam.

"Kenapa lu senyam-senyum kaya gitu ? kesambet ?" Tanya Agung.

Aku pun refleks menatap menghadap wajah Agung.

"Astagfirulloh !!" Aku terhentak kaget karena wajah Agung sangat lah dekat jaraknya.

"Biasa aja kali. Kenapa lu ?" Tanya Agung sekali lagi.

"Gua kira lu mau nyipok gua jir." Sambil tertawa.

"Entar enak di lu lagi kalau gua cipok lu." Agung memasang wajah menggoda.

"Idih najis itu muka." Aku pun tertawa lepas.

Dari dulu Agung adalah orang yang suka ngehibur temannya. Bisa dibilang ia adalah pelawak kelas di kampus. Agung itu orangnya gimana ya, hmmm. Ganteng ? engga. Putih ? engga. Tinggi ? Engga. Ga ada yang bisa dibanggain sih dari dia hahahaha. Tapi yang jelas dia itu lucu dan solidaritas nya juara.

Menikmati suasana kampus di pagi hari gini tuh jarang banget aku rasain setiap hari. Cuman di hari Senin aja bisa nikmati suasana sejuk, tentram, sunyi nya kampus di pagi hari. Tak terasa rokok yang dari tadi aku hisap pun sudah hampir pada ujungnya. Mungkin karena suasana yang dingin dan ditambah secangkir kopi hangat rokok terasa sangat nikmat.

Disaat sedang enak-enak nya menikmati suasana pagi ini, terdengar suara yang kencang dari arah atas yang memecahkan keheningan. Suara itu taka sing untuk ku, suara yang sering aku dengar.

"Woy Dzafran !! Agung !! Masuk !! Dosennya udah dateng…" Teriak Fitri.

Sontak aku dan Agung pun menengok ke arah datangnya suara. Fitri yang berteriak sambil melambaikan tanganya jelas terlihat oleh kedua mata ku. Dalam hati sedikit kesal karena aku ingin menikmati suasana seperti ini lebih lama lagi, tapi kondisi berkata lain.

"Yuk masuk." Ajak Agung.

"Pedahal masih ada limat menit lagi ini, huft." Dengan nada kecewa.

Rasa kantuk mulai menyerang kembali. Sebari tangan menempel di dagu, ku dengarkan celotehan dosen yang sedang menerangkan didepan kelas. Sudah hampir satu jam aku mengikuti proses kegiatan pembelajaran, tapi rasa kantuk semakin menyerang. Saat aku melihat disekitar, ternyata semuanya merasakannya. Beberapa orang di sebelahku menguap dengan seringnya saat aku perhatikan. Mungkin semuanya pada begadang pikirku.

Aku mencoba melirik Agung, ternyata dia sudah tertidur dari tadi. Entah dari kapan dia tertidur, tapi yang jelas dia sangat pulas. Begitupun Prayoga, dia sedang asik menggambar sesuatu sepertinya di dalam bukunya. Semua nya seperti asik sendiri tak ada yang memperhatikan dosenku sedang mengajar.

"Sttt…. Sttt…." Jessika kepada Bella.

Mendengar arah bunyi itu, akupun reflek menengok kepada Jessika. Ternyata itu kepada Bella, aku pikir kepadaku. Jessika menutup muka nya sambil wajah nya mengarah kepada Bella. Sepertinya Jessika sedang mengatakan sesuatu kepada Bella.

Bella pun mengaangguk-angguk. Sepertinya Bella paham apa yang dikatakan oleh Jessika. Akupun dibuat penasaran apa yang dikatakan Jessika kepada Bella.

"Duh ko gua jadi kepo sih." Celetuk ku dalam hati.

Lalu aku kembali menatap dosenku yang sedang berada didepan kelas. Dosenku sedang menerangkan materi yang berada di slide power pointnya dengan penuh percaya diri. Memang aku sangat membutuhkan materi yang sedang disampaikan oleh dosenku tapi dengan rasa kantuk yang sedang aku alami ini sepertinya aku tak kuat untuk menerima semua materi ini masuk ke otakku.

Prasentent, Simple Prasentent dan yang lainnya semua itu sudah aku terima sejak di bangku sekolah dulu. Tapi walaupun begitu tetaplah harus aku pelajari lagi lebih lanjut.

Lima belas menit sudah berjalan kembali. Sepertinya sudah masuk ke slide terakhir dosenku menerangkan. Akhirnya akan segera selesai juga aku menahan rasa kantuk ini. Akupun mencoba untuk mulai membereskan buku ku untuk bersiap pulang.

"Mungkin cukup materi yang Bapak sampaikan kali ini, dan terakhir ada tugas untuk kalian semua buat ujian tengah semester."

Mendengar perkataan dosen, semua orang langsung terfokus kepada dosen. Begitupun si Agung, dia langsung duduk tegap. Entah dia terbangun atau emang sudah dari tadi bangun.

"Kalian buat kelompok yang jumlah nya tujuh orang dan buatlah studi kasus tentang komunikasi di masyarakat. Buat dalam bentuk laporan dan presentasikan saat kalian ujian tengah semester. Saya sengaja mengumumkannya sekarang karena saya harap kalian bisa membuat studi kasus yang bagus dan laporan yang bagus." Ucap dosen.

Dari wajah teman-teman ku sepertinya mereka sulit untuk menerima tugas ini.

"Anggota kelompok nya bebas Pak ?" Tomi Bertanya.

"Mau bebas apa saya yang tentuin ?" Dosen balik bertanya.

Semua mulut pun sontak dengan reflek bicara membuat suasana kelas gaduh. Ada yang ingin bebas ada yang ingin ditentuin mereka semuanya berbicara dengan bersamaan.

"Udah udah semua nya diem!" Ucap Dosen dengan nada membentak.

Semuanya pun terdiam. Berhenti berbicara. Membuat suasana kelas kembali sepi.

"Yaudah kelompok nya saya saja yang tentukan." Dengan nada tegas.

Orang-orang yang ingin kelompoknya dibebaskan pun mengeluh. Seakan tak bisa menerima keputusan yang tidak adil ini untuk mereka.

Dosenpun mulai mengambil daftar absen kelas. Lalu memilih nama-nama yang akan dijadikan untuk sebuah kelompok. Mulai dengan nama pertama, kedua, ketiga lalu seterusnya. Kelompok satu, dua, tiga mulai terisi dengan nama-nama yang berada di daftar absen.

Karena kelasku berisikan empat puluh dua orang, jadi kira-kira akan ada enam kelompok untuk tugas kali ini. Aku pun penasaran ada di kelompok berapa nantinya dan dengan siapa aku harus bekerja sama untuk membuat tugas kali ini. Semoga saja aku bersama Agung, karena kalau dengan dia semuanya akan terasa have fun.

"Oke kelompok empat sudah sekarang untuk kelompok selanjutnya. Kelompok lima anggotanya, Tina, Fajar, Prayoga, Dzafran, Laras, Agung dan Bella." Ucap Dosen.

"Namaku disebut." Celetuk ku dalam hati.

Aku senang si Agung ternyata sekelompok denganku. Tapi ada sesuatu perasaan yang mengganjal dihatiku. Entah ini perasaan yang melebihi senang atau buruk. Perasaan ini muncul saat aku dengar ada nama Bella. Bella ternyata sekelompok denganku, ini kebetulan yang membuatku senang.

Tapi dibalik itu, kenapa ada perasaan aneh yang mengganjal didalam hatiku. Perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Tapi, aku tak terlalu memikirkanmungkin hanya sebuah perasaan.

Setelah mengumumkan nama-nama anggota untuk kelompok, dosen pun pergi meninggalkan kelas. Orang-orang yang masih berada didalam ruangan langsung menyapa teman sekelompoknya untuk membahas hasil undian kelompok barusan.

"Bosen banget dah sekelompok sama elu lagi elu lagi." Celetuk Agung kepadaku.

"Emangnya gua yang mau apa sekelompok sama lu! Gua juga bosen kali." Balasku.

"Tapi btw sekelompok sama doi nih..." Tangan Agung menyikutku.

"Biasa aja kali." Akupun tertawa ringan.

Tak lama kemudian, Bella dan Laras pun menghampiri aku dan Agung. Menyusul dengan Prayoga dan Fajar.

"Kita tadi kelompok berapa sih ?" Tanya Laras.

"Kelompok lima Ras." Jawab ku.

"Jadi mau kapan kita kerjain nih ?" Tanya Bella.

"Kalau gua bebas sih." Celetuk Fajar.

"Secepatnya aja." Tambah Prayoga.

"Iyaa secepatnya aja biar nyantai kedepannya." Tina yang baru datang langsung nimbrung.

"Gimana kalau malam ini kita kumpul buat mulai bahas, gimana ? Pada Free ga malem ini ? " Tanya Prayoga.

"Boleh, Dimana tapi ?" Tanya ku.

"Bebas yang penting banyak makanan aja." Sambung Agung dengan tertawa.

"Kebiasaan lu ah." Aku pun menggetok kepala Agung.

"Di rumah aku aja mau ga ? Kebetulan ortu lagi pergi ke luar kota." Bella usul.

"Yaudah fix di rumah si Bella aja ya semua, jam 7 gimana ?" Tambah ku.

Semuanya pun mengangguk setuju. Tapi perasaan ini masih mengganjal dihatiku. Perasaan yang sedari tadi ada dibenakku. Perasaan yang sulit dijelaskan tadi kembali terasa sangat jelas. Kenapa hari ini perasaan dihatiku tak karuan. Rasanya mimpi buruk semalam saja masih terasa, sekarang muncul lagi sesuatu yang mengganjal dan mengganggu.

Atau mungkin semua ini ada hubungannya dengan mimpi ku ? tapi aku sulit untuk mengingat kembali bagaimana alur cerita dari mimpiku. Untuk menafsirkan butuh semua apa yang aku ingat disaat aku tertidur. Ah perasaanku terasa sangatlah kacau. Aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk. Tapi ada sebuah pengharapan bahwa aku ingin merasakan sesuatu yang menyenangkan. Aku tak tau. Aku bingung.

Akupun menyusuri lorong kampusku. Aku berjalan menuju ke arah kantin kembali untuk mencari suatu minuman yang bisa menenangkan pikiranku dari segala kegundahan hatiku. Ditemani si Agung, aku terus berjalan. Sampai tak memperhatikan sekitarku, aku berpikir. Terus merasakan kegundahan yang ada didalam hati. Semakin ku pikirkan semakin terasa jelas kegundahan ini terasa.

Akhirnya akupun sampai di kantin. Aku lihat kantin penuh, walaupun masih tersisa beberapa kursi kosong untuk aku dan Agung tempati. Aku memilih meja yang ada tempat bersandarnya. Aku keluarkan rokok yang ada disaku jaket ku untuk ku hirup. Aku keluarkan dari tempatnya, lalu ku letakan dibibirku. Aku rogoh korek yang berada di saku celana ku, lalu kunyalakan. Aku hirup, kurasakan sedikit kenyamanan.

"Gung, ko perasaan gua ga enak ya dari tadi kenapa ya?" Tanya ku.

"Ga enak nya gimana ? coba bumbuin lagi dikit siapa tau kurang garem."

"Gua serius goblok!" tanganku sudah mengepal ke wajah Agung sekarang.

"Itu cuman perasaan lu doang." Agung menjawab dengan santai.

"Belum lagi tadi malem gua mimpi aneh banget. Gua mimpi gua kaya lagi di dalam hutan gitu lagi ketakutan dikejar-kejar pembunuh berantai dan yang lebih parah lagi gua liat Bella mati dibunuh." Aku bercerita dengan semangat.

"Bella mati gimana maksud lu ? Tuh orang nya dateng." Agung sambil menunjuk Bella yang datang menghampiri.

Bella bersama Laras pun langsung duduk di depan ku dan Agung. Bergabung didalam satu meja.

"Oh iya Dzaf aku boleh ngomong sesuatu ga sama kamu ?" Tanya Bella.

Aku dan Agung yang kaget langsung melirik satu sama lain. Mungkinkah ?

avataravatar
Next chapter