webnovel

APAPUN UNTUK TITA

Kejadian di ruang makan berlalu, namun rasa malu Calista rupanya masih menggerogoti gadis itu. Sesekali tampak ia sedang mengerutuki dirinya sendiri dengan cara memukul-mukul kecil kepalanya. Bahkan sampai menendang udara karena terlalu malu dengan dirinya sendiri.

"Ah, sial. Ini menyebalkan," gerutu Calista dengan netra tak terakihkan dari atap-atap kamar yang ditempatinya.

Gadis dengan piama berwarna biru muda itu memilih bangkit dari ranjang. Lantas memakai  memakai sandal rumahan yang ukurannya cukup besar milik Xander untuk menjadi alas kedua telapak kakinya agar tidak mengenai lantai dingin.

Kaki kecil itu berjalan menuju pintu, perutnya berbunyi tanda lapar. Calista berharap di dapur tersisa makanan untuk sekadar mengganjal perut nakalnya.

Langkah kaki gadis itu menuruni satu persatu anak tangga. Namun sebelum turun ke anak tangga ke tiga, netranya bergulir ke arah pintu kamar Xander di samping kanan kamarnya sendiri. Pintu itu tertutup rapat tanpa adanya suara sama sekali. Apa laki-laki itu sudah tidur? Atau masih di dalam ruang kerjanya sejak jam tujuh malam tadi?

Ia memilih mengendikan bahunya acuh, kemudian kembali melangkahkan langkah kaki menuju lantai dua perlahan.

Bulu kuduknya sedikit meremang saat menyadari beberapa penerangan di beberapa sisi telah dimatikan. Menginat hari sudah mulai malam dan jarum jam menunjukan pukul sebelas malam.

Kadua kaki Calista benar-benar menapak di lantai satu, matanya lebih dulu mengedar untuk sekadar memastikan keadaan sekitar.

Namun naas, keberuntungan benar-tbemar tak ingin memihak dirinya hari ini. Kedua bola matanya memeblalak saat menyadari kehadiran sekeor serigala berukuran cukup besar yang kini berlari menuju ke arahnya.

Degupan pada jantungnya menggila, apa ia akan dijadikan santapan hewan liar itu?

"AAAA ... JANGAN MAKAN AKU!" Seruan menggelegar itu terdengar ke segala penujuru mansion yang hening.

Beberapa pengawal yang beetugas malam ini di beberapa titik tak jauh dari temoat Calista langsung tersentak, mereka mencari sumber teriakan seorang gadis yang diyakini sebagai nona mereka. Robert sama tersentaknya, laki-laki itu baru saja menginjakan kedua kakinya di teras rumah setelah bertanya beberapa hal pada pengawal yang bertugas.

Sedangkan Calista, ia tak mengindahkan kedua kakinya yang sesekali terkena pinggiran tangga lantaran berlari terlalu kencang. Yang ada di dalam pikirannya sekarang hanyalah menghindar dari seekor serigala yang kini masih mengejarnya.

Bukan kamarnya sendiri yang menjadi tujuan saat kedua kakinya kembali menapaki lantai dua, melainkan kamar Xander.

Tanpa meminta izin atau mengetuk pintunya terlebih dahulu, Calista langsung masuk saat menyadari pintu kamar berbahan kayu jati itu tak terkunci.

Rambut panjang tergerainya yang acak-acakan bergerak sesuai dengan langkah kaki gadis itu, benar-benar tidak Calista hiraukan.

Napasnya terengah dan kembali berteriak ketakutan saat serigala itu kembali mengaum kencang.

Brukk!

Calista langsung menubruk tubuh alestis Xander yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Xander cukup tersentak, kemudian langsung menyeimbangkan tubuhnya yang sedikit terhuyung. Kedua tangannya langsung memegangi pinggul Tita yang kini berada di dalam gendongan depannya. Raut wajah gadis itu ketakutan, terbukti karena kedua kelapak tangan gadis itu mencengkam erat punggung polosnya.

Dahi Xander berkerut bingung, apa yang membuat Tita begitu ketakutan seperti sekarang ini?

"Tita takut dengan Dovglas," ujar Jonathan yang ternyata lebih dulu menyadari ketakutan Tita.

Xander langsung mengerti, auman cukup kencang kembali mengudara saat pintu kamarnya yang terbuka lebar kembali dimasuki serigala berwarna putih dan abu-abu. Hewan dengan bulu cukup lebat itu kembali mengaum, kali ini dengan suara yang cukup kencang, bedanya posisi serigala itu kini terududuk patuh tak jauh dari tempat Xander berdiri.

Laki-laki tanpa atasan itu langsung mengusap punggung Tita yang sedikit bergetar, rupanya gadis itu sangat ketakutan hingga menangis. Dada bidangnya yang tak tertutup apapun terasa basah karena air mata gadis itu sendiri.

Pelukan Tita kian mengerat dengan isakan yang kembali terdengar saat menyadari hewan berbulu lebat itu terus mengaum seolah meminta Xander melepaskan mangsanya.

"Dovglas, calm down!" perintah Xander saat serigala jantan itu tak kunjung berhenti mengaum.

Namanya Dovglas, sumber ketakutan yang kini Tita rasakan dan dibicarakan Jonathan satu menit yang lalu.

Serigala berbulu lebat berwarna putih dan abu-abu itu peliharaan Xander, beberapa hari ini dititipkan Robert lantaran kepergiannya ke Indonesia.

Serigala itu ditemukan Xander dan langsung laki-laki itu diadopsi saat menyelesaikan misi berharganya di dalam hutan liar. Dovglas ia temukan saat masih newborn.

Bak mengerti apa yang Xander ucapkan, serigala itu langsung berhenti mengaum. Hewan buas itu kembali terududuk di atas lantai tanpa mengalihkan tatap dari sang tuan.

"Kau membuat gadisku ketakutan, okay? Jangan mengulang hal itu lagi jika tak ingin mendapat hukuman," jelas Xander yang kembali di tanggapi auman dua kali dari Dovglas.

"Tuan, Dovglas," panggil Robert yang baru saja masuk ke dalam kamar Xander lengkap dengan raut wajah paniknya.

Xander menatap Robert tajam dan menusuk, meminta penjelasan mengapa Robert tak membawa Dovglas sampai kandangnya.

"Maafkan saya, tuan. Dovglas berlari begitu saja saat saya berbicara tentang kemanan dengan pengawal yang berjaga. Saya mengetahui Dovglas mengejar nona saat nona berteriak kencang," jelas Robert mengakui kesalahannya. Laki-laki berumur dua puluh lima itu lantas menundukan kepalanya dalam saat merasa aura yang dipancarkan Xander terlalu kuat.

"Pulang ke kandangmu, Dov!" perintah Xander Kembali pada serigala itu. Dovglas mengaum, kemudian mengikuti arah langkah Robert keluar dari kamar Xander dan menutup pintunya rapat.

Atensinya beralih pada Tita yang kini mulai tenang walau isakan kecil yang keluar dari mulutnya belum padam.

Xander melangkahkan kakinya menuju tempat tidur, kemudian menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang masih dengan posisi Tita di pangkuan.

Tangannya mengusap surai gadis itu naik-turun. Membiarkan Tita lebih tenang dengan sendirinya nerupakan hal terbaik untuk saat ini.

Lima menit berlalu, hanya ada keheningan di antara mereka berdua.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Xander dengan suara dalam. Walau tak bohong bila di dalam sana Jonathan ikut terhibur karena reaksi yang Calista paparkan saat dijejar Dovglas. Jonathan pastikan, di masa mendatang Tita pasti memilih menghindar dari hewan peliharaan Xander. Sebab pertemuan pertama mereka tidak terlalu baik, bahkan sampai membuat gqdis itu terisak dan berteriak ketakutan.

Calista mengangguk untuk menanggapi pertanyaan Xander. Ia menikmati usapan yang masih Xander layangkan pada kepala Belakangny, ini terasa sangat nyaman.

"Dovglas bertindak sedemikian karena dia belum pernah melihatmu di rumah ini. Ia pasti menganggap dirimu sebagai penyusup." Xander menjelaskan panjang lebar tanpa menghentikan usapannya pada rambut Tita.

"Itu yang berada dalam pemikiran Dovglas sebelum  kau berhasil masuk ke dalam kamar tuannya dan berakhir dalam gendonganku seperti sekarang ini," sambungnya.

Calista memberengut dan memajukan bibirnya kesal saat mendengar penjelasan Xander. Satu tangannya yang Calista bebaskan dari leher Xander dan beralih memukul dada bidang laki-laki itu lumayan kencang untuk sekadar  melampiaskan kekesalan.

"Dasar bodoh!" maki Tita masih dengan suara parau dan isakan yang belum padam. Bukannya bertambah tenang, gadis itu malah mengencangkan volume tangisannya dan kembali meraung menumpahkan air mata.

Xander menunduk, kebingungan dengan reaksi yang Calista paparkan.

"Tita, jangan menangis lagi." Ucapan yang dilayangkan Xander dengan suara datarnya membuat Calista susah payah menahan isakannya. Gadis itu kembali mengalungkan kedua tangannya di leher Xander dan merebahkan tubuhnya dada bidang milik laki-laki itu.

"Kau orang terbodoh yang aku kenal, Xander. Mengapa memilih memelihara sekeor serigala dibanding hewan menggemaskan lainnya?" cicit Tita sekaligus memaki Xander.

Bukannya marah dianggap gila seperti demikian oleh Tita, Xander memilih terkekeh kecil  untuk dijadikan respon. Ia tak ingin membuat suasana hati gadis di atas pangkuannya kembali turun.

"Baiklah aku orang yang  gila dan bodoh seperti yang kau bicarakan."

Apapun untuk Tita, asal gadisnya merasa tenang dan bahagia.