1 Kesucian Yang Hilang

Pandora Bar, Jakarta Selatan

"Jadi akhirnya kamu akan menyerahkan tubuhmu buat dia?!"

"Pssst! Pelankan suaramu! "

Farina Alya Pramesti sontak mencengkeram lengan sosok langsing di depannya dan mengatupkan salah satu tangannya pada mulut perempuan itu.

Mau tidak mau , dia harus membekap temannya yang kurang mahir dalam mengontrol volume suara ini.

"Hahahaha!" Rangkaian tawa puas merepet dari mulut Ranggita Liu, seiring dengan usahanya melepaskan diri dari Farina yang tengah membekapnya

keras -keras. "Akhirnya kamu akan menyerahkan kehormatanMu! "

"Jaga suaramu, Gi! Ngerti? "Farina akhirnya melepas bekapannya dan kembali duduk dengan tegak di kursinya.

"Rileks, Rin, nggak ada yang kenal kamu juga di sini, kan? " Ranggita menyedot minumannya sambil terkekeh tanpa perasaan bersalah.

"Tetap saja, itu bukan hal yang pantas buat dibicarakan keras-keras." Sekilas, Farina melirik meja sebelah.

Disana ada dua orang pria setengah baya yang sepertinya sempat mendengar suara Ranggita Liu tadi.

Salah satu dari pria itu menatap Farina dengan seringai yang sulit diartikan

Ya, pikir Farina, orang itu pasti mendengar suara Ranggita. Sial?!

"Kenapa nggak? Kita lagi di bar, lho. Bar paling kece di Jakarta Selatan.

Bukannya lagi dikelas. Nggak dilarang dong, bicara soal seks? "Ranggita masih ngeyel, sambil membuka korek api Zippo-nya dengan gerakan elegan penuh gaya, menyulut batang rokok yang baru saja dia tarik dari kotak.

Farina melongos kecil, mulai merasa malas untuk berdebat dengan temannya itu. Hanya buang energi. Sebenarnya Farina maklum, dirinya yang seorang karyawan kantoran, tentunya punya gaya hidup yang berbeda dengan Ranggita yang seorang model. Well tidak hanya gaya hidup sih, tapi mereka berbeda dalam hampir segala hal.

Ranggita Liu merupakan model papan atas Indonesia, dengan tinggi tubuh nyaris 180 senti, wajah menarik yang merupakan perpaduan dari darah Jawa yang teduh dan sentuhan oriental yang unik, rambut tebal yang diwarnai cokelat keemasan ditata bergelombang dengan tren kekinian,

yang dikenal Farina dengan istilah "messy hair don't care".

Ranggita bisa membuat semua mata menoleh padanya hanya dengan berjalan santai. Ranggita bisa menyihir dirinya menjadi cewek paling keren seantero jagad hanya dengan mengenaka jeans lusuh dan kaus hitam polos.

Itu yang namanya tidak adil, batin Farina.

Sementara Farina, bisa dikatakan sebagai gambaran perempuan Indonesia pada umumnya. Tinggi badannya rata-rata. Tidak pendek, tapi juga jauh dari istilah jangkung.

Beruntung, dia masih bisa masuk kategori langsing ideal dengan berat badan yang mati-matian dijaganya.

Rambut lurusnya biasa saja. Bukan rambut idaman yang hitam mengilap, namun masih termasuk rapi dan mudah diatur, masih enak dilihat ketika membingkai wajahnya yang oval.

Wajah Farina mewarisi mata bulat ayahnya yang seorang Jawa, dan kulit putih ibunya yang keturunan Manado.

Banyak yang mengatakan Farina Cantik.

Namun, yah, kecantikan yang dimaksud di sini adalah kecantikan rata-rata seorang perempuan kantoran Jakarta.

Kecantikan yang sering sekali kita jumpai di jalanan, di stasiun MRT, atau di coffe shop.

Bukan kecantikan yang layak muncul di majalah atau billboard. Bahkan, bukan level kecantikan seorang selebgram juga.

Bukan kecantikan yang bisa membuat Farina bersaing dengan seseorang seperti Ranggita.

Tidak heran, dengan semua modal luar biasa yang dia miliki, Ranggita kerap menggandeng laki-laki luar bias pula.

Pengusaha kelas atas, produser film ternama, taipan dari luar negeri sudah biasa keluar masuk dari daftar korban kemelut percintaan Ranggita. Sementara Farina, sejak di bamgku kuliah hingga sekarang, hanya mempunyai satu nama lelaki yang duduk di tahta hatinya;

Masaji Pandawa Putera.

"Lagian dari dulu, kamu sama si masaji tuh ngapain aja sih kalau pacaran?

Sudah jalan bareng bertahun-tahun dan baru sekarang memutuskan untuk tidur bersama, " Ranggita menggelengkan kepala, sementara jemarinya mengetukkan rokok ke bibir asbak.

Farina menyaksikan singkat ,abu rokok Ranggita terjun berserakan di dasar asbak.

"Gila", guman Ranggita pelan, seolah dia tidak bisa menerima jalan pikiran Farina.

"Pacaran tuh nggak harus buru-buru tidur bareng, kan?" Farina menaikkan alis.

Ranggita membalas dengan dengusan singkat.

Dia tersenyum menatap Farina, seakan-akan sedang berhadapan dengan keponakannya yang masih sekolah.

"Aku sih ogah ya, kalau disuruh beli kucing dalam karung."

"Aku sama Masaji sama-sama manusia.

Bukan kucing," tandas Farina.

"Kami pacaran bukan cuma untuk hari ini, Tapi untuk masa depan."

"Dan kalian menunda menikmati kemesraan hingga malam pengantin?"

"Yang ada di kepalamu cuma kenikmatan.

Perkawinan bukan hanya untuk urusan ranjang, kan."

"Tapi tanpa kehangatan, ranjang jadi gersang!"

"Selama ini aku cukup bersabar menunggu sampai waktunya tepat."

"Ya, ya, ya, Cewek Alim, " Ranggita mematikan rokok. "Jadi apa yang bikin kamu akhirnya memutuskan untuk tidur sama dia? "

Farina menarik napas.

Dia dan Masaji memang sudah berpacaran selama hampir 8 tahun.

Teman-temannya mungkin sudah putus -sambung puluhan kali bila ditantang dengan durasi pacaran sepanjang itu.

Atau bahkan sudah putus dan jadian lagi dengan orang lain, lalu sudah putus lagi, dan menemukan orang baru lagi, lalu putus lagi, dan menikah dengan orang yang baru dikenal satu-dua bulan lewat aplikasi kencan online.

Apa pun, deh.

Namun Farina dan Masaji berbeda.

Farina awalnya hendak menyimpan kesuciannya untuk Masaji ketika mereka menikah nanti.

Dan Masaji tidak keberatan deng itu.

Dia tidak pernah keberatan untuk menjaga Farina.

Dia bahkan menjaga Farina lebih baik dari Farina menjaga dirinya sendiri.

Namun kali ini, Farina memutuskan sebaliknya.

Dia akan memberikan dirinya seutuhnya untuk kekasihnya.

Karena dia ingin menujukkan bahwa tidak pernah, dan tidak akan pernah, ada orang lain dalam hidupnya selain Masaji.

Dan Farina juga ingin mencetak kenangan baru yang indah di antara lembar-lembar kisah mereka, sebelum dia harus menahan rindunya dalam-dalam karena Masaji akan pergi untuk sementara waktu.

"Karena aku bakal pisah dengan Masaji untuk sementara.

Selama dua tahun, kami bakal nggak saling ketemu,"

Farina sebenarnya masih berusaha merelakan keputusan Masaji untuk kuliah S2.

Dia tahu beasiswa di London adalah segalanya untuk karier Masaji, untuk masa depan Masaji yang juga masa depan Farina.

Namun, membayangkan dua tahun akan ia lewati tanpa bisa memeluk lelakinya, itu seperti disuruh menjalani hidup dalam keadaan setengah mabuk.

"Oh, soal beasiswa iti ya? " Ranggita mengangguk paham.

"Iya, " Farina meneguk minumannya.

"Dan aku juga kepengin Masaji tau, bahwa selama ini aku bahagia bersama dia.

Aku kepengin dia tau bahwa dia spesial buat aku.

Dan dia pantas mendapatkan diriku seutuhnya."

"Ah, so sweet, " respon Ranggita, sedikit sarkastis nyinyir. "Kapan rencananya kalian akan bermalam bersama? "

"Lusa, malam sebelum keberangkatan Masaji ke Inggr. "

"Oke, " Ranggita membesarkan mata.

Lensa kontak abu-abu yang dipakainya terlihat menambah kecantikannya.

"Begini, sebagai temanmu, aku bisa membantu kamu, Rin.

Aku bakal bantu supaya malam itu jadi makin oke buat kalian berdua. "

""Membantu? " Farina tertawa kering.

Serba salah. "Aku memang pemula dalam hal ini, tapi aku nggak kepengin dapat tips-tips seks yang malah bikin aku bingung sendiri nantinya, Gi.

Aku lebih suka semuanya berjalan natural aja,"

Farina memelankan suaranya, tubuhnya agak membungkuk, condong kearah Ranggita. "Makasih, by the way. "

"Astaga!" Ranggita tertawa kencang.

"Bukan begitu maksudku! Astaga, Farina... "

Perempuan itu menepuk jidatnya sendiri sambil terus tertawa.

Seakan tidak percaya pada kepolosan Farina.

"Terus? "

"Aku bisa mecarikan kamar hotel paling bagus buat kalian.

Hotel bintang lima di Jakarta, yang mana pun yang kamu mau," Ranggita tersenyum bangga.

"Oh, "Farina baru paham.

Begitu rupanya.

"Dan itu gratis ," imbuh Ranggita dengan alis terangkat sebelah.

Mata bulat Farina memamdang Ranggita intens.

Dia memang belum terlalu lama berteman dengan perempuan ini.

Belum ada setahun.

Dulu mereka bertemu ketika Farina masih bekerja di perusahaan lama tempatnya meniti karier.

Kala itu perusahaannya sebuah konsultan IT--

mengerjakan proyek website untuk sebuah perusahaan ponsel dari Taiwan.

Dan pihak perusahaan ponsel itu menghendaki wajah Ranggita yang menjadi model mereka di website.

Karena satu dan lain hal, Farina diharuskan bertemu dengan Ranggita dan tak ada yang menyangka mereka bisa berteman hingga saat ini.

Tapi masa persahabatan mereka yang seumur jagung itu sudah cukup untuk membuat Farina tahu bahwa Ranggita adalah pribadi yang santai.

Ceplas ceplos, apa adanya, dan kadang dia memang seorang penolong ya baik.

Pernah, ketika Farina membutuhkan gaun untuk hadir di pesta ulang tahun kantor, Ranggita lah yang muncul sebagai ibu peri pembawa keajaiban.

Dia membawakan Farina sebuah gaun kuning muda yang sangat cantik dan cocok dengan Farina.

Gaun itu dari seorang temannya yang desainer kondang, katanya.

Pernah juga,, ketika Farina nyaris mabuk di sebuah pesta dan tak yakin akan sanggup menyetir pulang, Ranggita lah yang memberi tips bahwa Farina harus menenggak Jagermeister-minuman keras yang kata Ranggita terbuat dari herbal untuk menetralkan dirinya .

Ya, bisa saja ,kali ini Ranggita menjadi penolong Farina lagi

Penolong berhati mulia yang bakal membuat malam terindah Farina dan Masaji menjadi semakin indah.

Semakim berarti dan semakin penuh sensasi.

Kapan lagi mereka menginap di hotel bintang lima?

Gaji Farina tidak bisa di sia-siakan seperti itu.

Apalagi Masaji, yang harus menyimpan sebanyak mungkin dana untuk bekalnya di London nanti.

Sepertinya tawaran Ranggita kali ini terlalu manis untuk di tolak.

"Gimana? " Ranggita menatap Farina.

Menatikan keputusan temannya.

Farina menarik napas.

Dia lalu mengangguk kecil namun mantap.

"Makasih sebelumnya, ya"

Senyum lebar Ranggita terulas.

membalas ucapan Farina.

Farina kemudian mengedarkan pandang.

Menatap setiap sisi bar yang semakin malam semakin ramai.

Musik menghentak dari meja DJ.

Seorang DJ berkebangsaan asing sedang beraksi dengan penuh semangat, menularkan gairahnya pada setiap pengunjung disana.

lilin-lilin di setiap meja menambah kesan glamor bar yang berlokasi di rooftop salah satu gedung kantor ini.

Celoteh dan tawa para pengunjung membaur membentuk gelombang suara yang berisik namun tetap terdengar nyaman.

Mendadak, ada sesuatu yang menyusup di hati Farina.

Sesuatu yang mengganjal.

Kenapa sih? Farina menggigit bibirnya.

Tidak akan ada apa-apa, batin Farina menghalau sebersit perasaan ragu yang mengintip di benaknya.

Dia hanya akan perlu bersiap-siap.

Mempercantik diri.

Mungkin dia perlu melakukan waxing di beberapa bagian tubuhnya.

Dan luluran, agar kulitnya mulus. Ke salon juga, agar rambutnya harum. Mungkin dia akan membeli sebotol wine juga. Lalu dilengkapi dengan kamar mewah di hotel bintang lima, dia akan bersama sang kekasih akan mengukir sebuah kenangan yang tak lekang oleh apa pun.

Ya, semoga saja..

Bersambung...

avataravatar
Next chapter