webnovel

CHAPTER 01

    Drapp… Drapp…

"~~♪♪~~. Hm?." Aria menengok ke salah satu kelas

Ternyata ia menjadi pusat perhatian. Gadis itu hanya mengedipkan satu matanya, hingga guru dari kelas itu keluar

"Aria, kamu sudah terlambat setengah jam!. Kenapa jalanmu lambat sekali?."

Aria melepas headsetnya

"Kenapa?. Toh sudah telanjur."

"Apa?!. Kamu-."

"Bapak tau banget saya dari kelas mana, so kenapa malah sok-sokan?. Mau jadi superhero di siang hari?. Oh iya lupa, itu kan kelas para murid pintar dan sultan." Aria menengok ke dalam kelas dengan seringainya membuat seluruh murid segera turun jadi jendela

"Just take care of yourself." Ujar Aria dingin lalu memakai headsetnya dan berlalu pergi

Bukannya apa, ia berasal dari kelas yang hampir seluruh muridnya sering terlambat. Mereka tak pernah dimarahi karena dimaklumi. Tapi guru itu benar-benar membuatnya kesal

"Jadi guru belagu banget. Dan apa tadi?. Hello, emang kenapa kalau gw terlambat?. Toh sekolah ini yang memperbolehkan, punya guru muka dua banget." Sungutnya kesal, sampai dibelokkan ia tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang baru keluar dari toilet bersama temannya

"Ah m-maaf." Laki-laki itu menciut melihat orang yang menabraknya

Aria membungkuk untuk mengambil buku laki-laki itu yang jatuh

"Not problem, gw yang gak liat." Aria menatap laki-laki lainnya yang juga baru keluar

Seketika rautnya menjadi datar dan dingin, begitupun laki-laki itu

"Kacamata lo bagus btw, bye!." Aria kembali memasang headset dan pergi

Tapi sebelum benar-benar pergi, ia menyenggol pundak Arjuna keras hingga laki-laki itu mundur dan tampak kesal. Namun Aria tak peduli dan pergi begitu saja

      BRAKK

Sampai di kelas Aria langsung duduk sambil membanting tasnya keras membuat teman-temannya terkejut dan berkumpul di mejanya

"Napa lo?." Tanya Ririn yang merupakan teman sebangkunya

Dengan kesal Aria pun menceritakan semuanya

"Argh kesal banget!."

"He dia belum liat gimana lo marah." Tutur Daisy. Stella mengangguk

"Mau kita balas Ar?." Tawar Joan, selaku ketua kelas

"Ha?. Gak usah, ntar dapat karmanya sendiri. Gw kesel aja gitu." Yang lain mengangguk, merasakan perasaan Aria

Lalu guru pun datang, mereka sengaja datang terlambat karena murid-muridnya pun terlambat. Jadi murid dengan guru itu sama disini

Pelajaran sosial berlalu, kini seluruh murid tengah berkumpul di kantin. Namun kantin itu penuh dikuasai oleh kelas nakal angkatan satu dan tiga, nah kelas Aria merupakan kelas nakal angkatan dua. Jadi bisa dibilang kelas mereka ini adalah penguasa sekolah

"Cuy mau beli apa nih?!." Seru Freza

"Kek biasa aja." Jawab Ririn. Semuanya mengangguk

"Oke." Freza dan yang lain pun pergi

"Hai Ar." Sapa Theo

"Ha-."

Aria dan Arjuna bertatapan. Aria menatap dengan tatapan sinis, walau begitu ia bingung kenapa Arjuna hanya menatapnya datar tanpa berekspresi yang sama seperti sebelum-sebelumnya

"Hey melamun aja."

"Ah gak kok kak, laper hehe." Merasa Aria begitu manis, tiba-tiba Theo mengusap kepala gadis itu membuatnya terdiam

Aria yang awalnya terkejut dengan tindakan tiba-tiba Theo, malah bingung dengan Arjuna yang tiba-tiba bangkit lalu memutuskan untuk keluar dari kantin. Aria melirik dan ternyata laki-laki itu belum menyelesaikan makanannya

Pesanan pun datang, mereka segera menghabiskan makan siang mereka sambil bersenda gurau. Berbeda dengan Aria yang bingung dengan perilaku adiknya

Saat sedang asyik-asyiknya melamun, tiba-tiba salah seorang adkel mereka muntah. Lantas kantin itu mendadak riuh

"Ah maaf, saya antar dia ke toilet dulu."

"Gw temenin." Aria bangkit lalu berlalu bersama dua gadis itu

Adkelnya yang muntah tadi bernama Sarah dan si temennya bernama Citra

"Tra, si Sarah sakit?." Tanya Aria kepada adik kelasnya yang sedang membasuh wajah

"Gak sih. Tapi baru-baru ini gw liat dia gak bersemangat kayak biasanya." Jawab Citra

Aria mengingat-ingat kalau Sarah itu sama sepertinya, humoris dan petakilan. Bedanya Aria masih tahu batas

"Maksud lo?."

"Dia kayak pucat gitu. Terus nafsu makannya naik turun. Nah seramnya tu ya kak, pernah pas kami lagi jamkos. Dia gak kayak biasanya duduk diam di pojokan, terus pas kami datangin mata dia itu putih kayak habis kena katarak dan dia mau nyerang kami!." Seru Citra

"Masa sih?." Ujar Aria bertepatan dengan handphonenya yang berbunyi

"Ck, gw ada urusan. Gw tinggal ya."

"Oke thanks kak."

Aria pergi dan ketika itu bilik toilet terbuka

"Sar, lo gapapa?. Ada yang sakit?."

Namun Sarah tak menjawab, ia hanya menunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya

"Sar lo-."

Sarah mendongak dengan tampan mengerikan lalu segera menarik Citra dan menyerang lehernya. Di toilet itu hanya terdengar suara teriakan kesakitan dan juga darah yang kemana-mana

Kembali lagi ke Aria yang dipanggil oleh tim tarinya. Tapi saat berjalan ia kembali berpapasan dengan kembarannya. Mereka bertatapan cukup lama, sampai akhirnya Arjuna memutuskan untuk pergi. Namun tangannya ditahan oleh Aria

"Makan lo belum selesai."

Arjuna diam

"Sudah?."

Aria mencibir dan melepas tangannya

"Mubazir tau gak, lo hidup di keluarga kaya. Seharusnya lo bersyukur." Aria berucap lirih dan berlalu pergi

Arjuna menunduk lalu melanjutkan jalannya

      Pulang Sekolah…

"Ar anak-anak pada mau ke kafe, lo ikut gak?." Ujar Stella

"Waduh gak bisa."

"Aelah kenapa?." Tutur Daisy sedih

"Lo pada ingat kan tadi gw dipanggil anak tari, sore ini gw harus hadir buat bantu adkel yang mau tampil minggu depan. So sorry ya beb, kita kencan kapan-kapan. Oke bye!."

"Bye sayang!." Seru ketiga sahabatnya. Aria pun pergi duluan

Semua orang juga tahu bagaimana kedekatan keempatnya, mereka sudah kenal sejak SMP. Bahkan ibu Aria bekerja sebagai ART di rumah Ririn, makanya mereka berdua yang paling dekat

Aria sampai di lapangan, setelah memasang headset ia mengikatkan almamaternya ke pinggang dan hendak memakai helm. Namun tiba-tiba…

    BOOM

Semua orang terkejut, bahkan Aria sampai menjatuhkan helmnya. Ia berbalik dan melihat asap yang benar-benar besar dan hitam. Seketika ia mendengar suara bising

Aria terkejut ketika seseorang menariknya berlari menjauh

"Arjuna lepasin!."

Yap Arjuna pelakunya. Nafas Aria tercekat melihat … para murid yang menyerang satu sama lain dengan darah yang berceceran dimana-mana

Arjuna menarik Aria berlindung dibalik tembok

"Lo-."

Arjuna menaruh telunjuknya di bibir membuat gadis itu mengatupkan bibirnya. Mereka berdua mengintip dan melihat ada banyaknya murid dengan darah di sekujur tubuh mereka, mata putih seperti katarak, dan sangat buas

"A-Arjuna."

Arjuna diam menatap wajah kebingungan serta takut gadis itu, lalu menatap sekeliling

"Kita ke ruang seni, ayo!." Arjuna menarik Aria ke ruang seni yang ternyata masih kosong

Mereka dengan cepat menahan pintu dengan segala benda lalu terduduk dengan ngos-ngosan

"A-apa itu tadi?."

"Arjuna jawab gw!."

Arjuna diam lalu menegakkan tubuhnya

"Gw juga gak tahu."

"Lo kok gak tahu?!. Lo itu pintar kan?!. Hey Arjuna!."

"Panggil gw Arun."

Kali ini Aria yang terdiam