webnovel

Watashi wa shujinkōde wanai ( I'm Not The Main Character )

Katsuragi Arata, seorang murid kelas 2 SMA yang memiliki trauma pada saat dia masih duduk di bangku SMP. Karena Traumanya itu dia mulai menjauhi orang-orang disekitarnya dan tidak mau terlibat ke dalam masalah kehidupan orang lain. Dan sampai saat ini dia pun masih melakukan hal itu. Namun disaat tahun ajaran keduanya, dia bertemu dengan seorang perempuan yang akan merubah seluruh kehidupannya. Dia masih belum tahu bahwa pertemuan pertama mereka adalah awal dari seluruh semua masalah yang akan menimpanya. Ilustrasi by KAGAMI

Hasanarata · Urban
Not enough ratings
19 Chs

Chapter 16 - Kebenaran Dari Sebuah Dosa

Dua hari sebelum hari keberangkatan ku dalam acara kamp musim panas.

Aku ditugaskan oleh Masami-san untuk mengawal Kashiwagi Rina dalam acara pempotretan baju renang yang akan berlangsung hari ini.

Tempat dan waktu tidak dijelaskan secara jelas oleh Masami-san.

Aku hanya disuruh untuk datang ke kediaman Kashiwagi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.

Itu lah yang dia katakan, tapi saat ini dihadapanku...

" Katsuragi-senpai! Akhirnya kau datang juga... Ayo masuk. "

" Ahaha... Ya, permisi. "

Sialan si Masami-san itu, dia menjebakku.

Dia bilang saat tiba di mansion Kashi5twagil, Kita akan langsung berangkat.

Tapi nyatanya masih ada satu jam sebelum berangkat dalam acara pempotretan tersebut.

Awas saja nanti kau Masami-san.

" Ah Katsuragi-senpai aku butuh bantuan senpai. "

" Apa yang bisa kubantu?. "

" Ini tentang baju renang yang akan kupakai dalam sesi pempotretan nanti, apa senpai bisa memberikan pendapat senpai tentang baju renangnya?. "

Ahahaha lelucon apa yang sedang dia katakan? Aku? Memberikan pendapatku tentang baju renang yang akan dia pakai?.

Tidak akan pernah kulakukan.

Tapi jika itu Kuruna yang memintanya maka aku akan menariknya langsung untuk mengatakan pendapatku soal baju renangnya.

Ya... Kuruna... Kau sangat cantik jika mengenakan baju renang itu.

Eh? Terlalu terbuka? Tenang saja, siapapun yang akan mendekati mu akan kuhajar habis sampai tak tersisa.

" Katsuragi-senpai? Apa senpai mendengarkan?. "

" Ah maaf, aku tadi sedikit berpikir. "

" Yada~ jangan-jangan senpai membayangkan ku memakai baju renang?. "

Sangat lucu Rina, sampai-sampai aku tidak ingin mendengar lelucon mu itu lagi.

" Kalau sebegitunya senpai ingin melihatku memakai baju renang, ayo Kita ke kamarku dan beri pendapat senpai tentang baju- "

" Rina, seorang pengawal juga mempunyai batasan, terutama jika itu seorang laki-laki. "

Sebelum sempat menghabiskan perkataannya, tiba-tiba suara seorang wanita memotong pembicaraan kami.

Suara itu berasal dari Ujung Tangga yang berada di lantai dua.

Saat kulihat ke arah wanita itu, dia saat ini sedang berjalan menuruni Tangga dan mendekati ke arah kami berdua.

Kulihat wajah Rena cemberut karena kedatangan wanita itu.

Jika wanita itu berpakaian bagus seorang diri di mansion mewah ini maka, tidak salah lagi...

Wanita itu adalah ibu dari dua saudari kembar.

Rena dan Rina, yaitu Kashiwagi Hana.

" Muuu Okaa-san, kau datang di waktu yang tidak tepat. "

" Aku bersyukur saat datang di waktu yang tidak tepat ini Rena, jika sampai kau mengajaknya datang ke kamarmu, maka hukuman untuk nya adalah di pecat. "

Wanita ini tidak main-main, ya ibu manapaun akan melakukan hal yang sama untuk melindungi kesucian serta kehormatan anaknya.

Aku pun akan melakukan hal yang sama jika aku berada di posisinya.

" Baiklah, aku akan menuruti ucapan ibu, kalau begitu aku pergi bersiap dulu Katsuragi-senpai. " Ucapnya sebelum berlari menuju lantai dua.

Dan akhirnya, aku dan pemilik asli rumah ini saling berhadapan.

Memiliki rambut yang berwarna sama dengan Kedua anaknya, serta rambut panjang nya yang ia uraikan hingga sepinggang.

Dengan wajah seperti seorang gadis muda seperti itu, bisa dikategorikan sebagai seorang wanita cantik.

Terutama dalam bagian itu...

" Apa yang sedang kau lihat?. "

" Ah tidak, Saya hanya melihat betapa indahnya gaun yang sedang anda pakai Kashiwagi-san. "

" Aku tadi dengar Rena memanggilmu dengan sebutan Senpai, apa kau kakak kelas dari sekolah anakku?. "

Bahkan pujianku tidak ia hiraukan. Maa... Tidak masalah.

" Ya itu benar. "

" Kalau begitu ikut aku, aku ingin berbicara dengan mu perihal sikap anakku di sekolah. "

" Eh? Tapi Saya tidak sebegitu dekat dengan Rena-san jadi- "

Saat aku berbicara seperti itu, Kashiwagi-san memperlihatkan wajah bingungnya kepadaku dan berkata.

" Hmm? Melihat kedekatan kalian berdua, tidak mungkin kau bukan teman dekatnya Rena. Apa aku salah?. "

Dia benar-benar memperhatikan hal sekecil itu, tapi ucapan ku itu bukanlah sebuah kebohongan.

Aku tidak dekat dengan Rena, hanya saja kalau dengan Rina bisa dikatakan kami sedikit dekat.

Tapi tenang saja, hubungan kami hanya sebatas kakak dan adik kelas saja.

" Bi-bisa dibilang begitu. "

" Kalau begitu, Bisakah Kita menunggu Rena di ruang tamu?. "

" Baik. "

Kami berdua akhirnya berada di ruang tamu mansion besarnya ini.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kepadaku selanjutnya.

Kashiwagi Hana adalah seorang wanita yang berada di level berbeda dengan Rina dan Rena.

Aura keibuan nya serta aura kepopulerannya berada di level yang berbeda.

Aku pernah membaca artikel tentang Kashiwagi- san beberapa hari yang lalu.

Dan sungguh mengejutkan kalau dia menolak semua agensi yang menawarnya sebagai seorang artis.

Daripada anaknya, dia yang lebih menonjol, dan juga ada beberapa agensi yang sengaja mendekati Rena demi bertemu langsung dengan ibunya.

Aku pernah mendengar percakapan seseorang dari agensi yang pernah aku, Masami-san dan Rina Datangi.

Mereka bilang harus tetap bersabar demi mendapatkan perhatian ibunya, itulah yang kudengar dan yang kurekam di smartphone ku.

Dan pada akhirnya, agensi itu ditutup karena pemilik nya berkata ada sedikit masalah di tempat nya.

Ya, asalkan dia tahu saja.

Bermain-main dengan keluarga terkenal dan memiliki banyak koneksi serta pendukung itu sama saja dengan bunuh diri.

Tunggu, kenapa aku terdengar seperti pengawal yang handal ya? Padahal aku bekerja hanya sampai masalah si kembar ini berakhir.

" Jadi, kau yang bernama Katsuragi Arata ya, si Masami itu sering cerita tentang mu. "

" Ah terima kasih atas perhatiannya. "

Sial Masami-san, kau cerita apa saja kepada si Kashiwagi-san ini.

Awas saja kalau dia sampai macam-macam.

" Baiklah, mari Kita ke dalam pembahasan utama. "

" Baik. "

" Apa Rena sudah mempunyai kekasih di sekolah?. "

" Eh?. "

Dari seluruh pertanyaan yang ada di mulai dengan hal itu?.

" Sa-saya tidak tahu, hanya saja Saya melihat ada beberapa laki-laki yang berada di dekatnya dan pada saat itu juga teman-teman perempuan Rena-san berada di dekatnya. "

" Hmm... Begitu ya. Jika ada laki-laki yang berani menyentuh ataupun menganggu dia, tolong segera singkirkan dia, aku tidak mau dia ternodai oleh sentuhan mereka. "

Wanita ini, bukankah dia terlalu khawatir dengan anaknya.

Maksudku mungkin jadi ibu akan jadi seperti dirinya.

Tapi bahkan menyentuh Rena tidak boleh dan mengetahui konsekuensi nya langsung dari ibunya.

Apa aku akan disingkirkan juga jika aku menyentuh Rena?.

" Ah ngomong-ngomong soal Rena, apa pelayan nya selalu berada di dekatnya?. "

" Jika Kashiwagi-san membicarakan soal Rina, dia selalu berada didekatnya. "

" Apa dia membuat masalah?. "

" Masalah seperti apa? Bisakah Kashiwagi-san memberikan contohnya?. "

" Contohnya berkelahi dengan murid-murid sekelas?. "

Oh... Tidak disangka dia peduli dengan Rina.

Ya mau bagaimana lagi bukan? Dia adalah seorang ibu, dan juga Rina adalah salah satu dari anaknya.

Tidak mungkin dia tidak memiliki rasa khawatir yang sama seperti pada Rena.

" Tidak, dia tidak membuat masalah sedikitpun di sekolah. Dalam sudut pandang saya Rina bagaikan kakak nya Rena-san. "

Saat ku bicara seperti itu tentang Rina, alis matanya kananya naik dan berbicara kembali dengan nada sedikit kesal.

" Apa maksudmu berkata seperti itu?. "

" Rina selalu memberikan nasihat kepada Rena, seperti ini tidak boleh dilakukan, itu tidak boleh dilakukan, dia selalu mendampingi Rena-san dimanapun Rena-san mengambil langkah meskipun itu benar ataupun salah. "

" Oh... Begitu ya, teruskan. "

" Jujur, daripada dengan Rena-san, Saya lebih dekat Rina. Karena dia juga saya tahu sisi dari Rena-san. Dan juga Rina selalu membicarakan soal Rena-san, seperti saudaranya sendiri. "

Dia hanya mendengarkan dan tak membalas ceritaku tentang Rina.

Seakan-akan dia ingin mengetahui bagaimana pandanganku terhadap kedua putrinya itu.

Sebenci-bencinya seorang ibu, pasti di suatu tempat di hati kecilnya itu, ada perasaan sayang terhadapnya.

Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka bertiga, Rina, Rena dan juga Kashiwagi-san.

Tapi yang jelas seharusnya seseorang seperti ku tidak boleh ikut campur kedalam nya.

Apalagi ini adalah masalah internal keluarga.

Tapi, demi mendapatkan ruangan yang dijanjikan oleh Mito-sensei, aku rela melakukannya hanya demi Kuruna.

Ya, itu benar.

Baiklah, sudah waktunya. Aku sangat bersyukur bahwa aku selalu membawa bukti ini disaat aku bekerja sebagai pengawal mereka berdua.

Dan juga aku berterima kasih kepada Masami-san, karena dia aku memiliki kesempatan seperti ini.

" Etto Kashiwagi-san… bolehkah aku bertanya sesuatu?. "

" Hmm? Ya tentu saja boleh. "

" Soal berita yang kudengar dari media Sosial, apa benar anda mempunyai dua anak perempuan?. "

Alisnya berkedut saat aku bertanya soal hal itu.

Awalnya dia duduk santai dengan memegang majalah nya, namun saat ini dia taruh majalah tersebut di meja dan menyilangkan Kedua kakinya serta tangannya dan berkata.

" Semua orang sama saja, kenapa mereka menyebarkan rumor yang tidak memiliki tanggung jawab itu, saat kutanya dari mana mereka mendapat berita tersebut mereka hanya menjawabnya tidak tahu, begitu. "

Benar-benar sempurna, dia tahu apa yang harus ia katakan disaat dia ditanyai seperti itu oleh orang lain.

Bahkan saat aku ditanyai darimana sumber berita kudengar tersebut, aku tidak bisa menjawabnya.

Aku bisa saja menjawabnya acak, tapi untuk menyelesaikan masalah ini serta mendapat kepercayaan dari Kashiwagi-san, aku tidak akan melakukannya.

" Ah Maafkan saya, sebenarnya Saya hanya mendengar desas desus soal berita tersebut, Saya juga tidak tahu darimana asal berita yang tak bertanggung jawab itu, Saya hanya bertanya apakah berita itu benar atau tidak. Itu saja. "

Mendengar jawabanku, Kashiwagi-san langsung menghembuskan napas panjangnya dan berkata dengan memegang kepalanya.

" Begini, kau masih muda tapi jangan terlalu percaya gosip-gosip yang tak masuk akal seperti itu, aku akan memaafkan mu karena sudah bertanya. "

" Terima kasih, tapi Kashiwagi-san… bisakah anda memberikan jawabanmu soal ini?. " Ucapku dengan mengeluarkan amplop coklah berukuran sedang dari balik jasku dan melemparnya di meja depan kami berdua.

" Apa ini?. "

" Hanya bukti kecil saja. "

" Bukti kecil?. "

Perlahan tangannya meraih amplop tersebut.

Aku yang melihat wajahnya sedikit panik itu membuatku yakin, bahwa dia saat ini sedang ketakutan soal rahasia dari Kedua anaknya akan terbongkar.

Kashiwagi-san pun melihat isi dari amplop tersebut, terdapat dua lembar kertas yang dia pegang saat ini menggantikan amplop coklat tadi.

Saat dia melihat dua lembar kertas itu berulang kali, wajah paniknya seketika itu hilang dan menatap ku tajam.

" Apa maksudnya ini? Bukti? Bukti apa yang kau maksud. "

Setelah berkata seperti itu, dia melempar Kedua lembar kertas tersebut di depan meja ku dan kembali berkata.

" Keluar kau dari sini. "

" Fufufu terpojok?. "

" Jangan perlihatkan wajahmu lagi. "

Kashiwagi-san pun berdiri dari duduknya seperti mencoba untuk lari dariku.

Aku yang cepat tanggap langsung meraih tangan nya dan menariknya kembali dan mendorong tubuhnya memaksa dia untuk duduk kembali.

" Dasar kau, apa yang kau laku- "

" Diam. "

Potongku.

Aku mengeluarkan hawa intimidasi ku dan membuat Kashiwagi-san diam seketika saat melihatku.

Meskipun wajah kesalnya itu masih terlihat jelas dimataku.

Wajar saja dia mencoba untuk kabur dari ku karena Kedua lembar kertas itu adalah biodata siswa dari sekolah SMA Hashigai yang diberikan oleh Mito-sensei kepadaku.

" Dari mana kau mendapatkannya. "

" Apakah aku perlu untuk menjawabnya? Padahal kau saja tidak menjawab pertanyaan ku dengan jujur. "

" Pertanyaan yang mana?. "

" Jangan membuatku mengulangi pertanyaanku lagi Kashiwagi Hana. "

" Aku bisa melaporkan ini semua kepada polisi apa kau tahu?. "

" Sebelum kau melaporkannya, aku akan menyebarkan Kedua lembar kertas itu di Sosial media dan membuat kehidupan keluarga mu malu karena berita anak mu yang tak dianggap itu. "

Mendengar ancaman ku, dia pun tersenyum dan berkata.

" Katakan, berapa yang kau minta, aku bisa memberikan berapapun yang kau minta. "

" Berarti kau mengakuinya kalau Rina adalah anakmu. "

" Anggap saja seperti itu, anak itu hanya sekedar alat agar Rena bisa melangkah lebih tinggi lagi, dan lagi pula aku membayarmu bukan karena ingin melindungi Rina ataupun mengakuinya, aku melakukan ini untuk menjaga reputasi Ren- "

Sebelum dia menghabiskan kata-katanya itu, dengan cepat aku menarik lengan nya sehingga wajah kami kami saling berdekatan.

Bisa kulihat matanya yang terkejut atas perlakuan ku kepadanya saat ini.

Mungkin bisa kukatakan bahwa aku sangat berani mengambil resiko ini, bukan karena aku mau tapi aku melakukan ini karena aku kesal dengan apa yang diucapkan oleh wanita ini tentang Rina.

Ya, perasaan kesal ini benar-benar nyata.

Aku yang telah melihat perjuangan serta pengorbanan dari seorang kakak seperti Rina telah membuatku berani mengambil langkah yang beresiko ini.

Mungkin di suatu tempat dalam ruangan ini terpasang CCTV hingga dia mau diperlakukan kasar olehku.

Meskipun begitu tetap saja, disini aku berada di pihak Rina.

Dan juga sebagai seorang kakak seperti dirinya, aku akan selalu menghormati dirinya sampai kapan pun.

" Jangan kau hina Rina dihadapanku Kashiwagi-san, kau tidak tahu apa saja yang telah ia perjuangkan hingga sampai saat ini. "

" Ada apa ini? Apa kau menyukai anak itu? Oh atau jangan-jangan kau bersengkongkol dengannya untuk mencari keadilan untuknya. "

" BICARA APA KAU KASHIWAGI-SAN!!. " Bentakku tepat di depan wajahnya.

Dia kemudian terkejut saat melihatku marah saat ini.

Tersirat di raut wajahnya bahwa dia saat ini sedikit panik saat mata kami bertemu dan saling tatap.

" Dia itu anakmu!! Kenapa kau sebegitu bencinya kepadanya!? Apa yang salah dari Rina? Apa yang membuat mu melakukan ini semua kepada anak itu!? Dia sudah menderita atas perlakuan kalian berdua yang tidak menganggapnya bagian keluarga ini. Dia terus bersabar dan bersabar, dan tetap menjalankan kehidupan yang seperti di neraka itu, tapi kau!! Kau disini hanya bisa terus menjelek-jelekkan Rina, apa otakmu itu masih bekerja!? Apa kau masih menganggap dirimu sebagai seorang ibu hahh!!!. "

Raut wajahnya seketika itu menjadi kesal dan kemudian dia mencengkram erat tanganku dan berkata dengan dipenuhi amarahnya kepadaku.

" Tahu apa kau soal keluarga ini!? Orang luar seperti mu saja, hanya bisa menuduh dan tak tahu apa yang terjadi di keluarga ku ini! Kalian... Dosa itu... Aku... "

" Dosa? Dosa apa yang kau maksud Kashiwagi-san?. "

" Baiklah, aku... Akan memberitahu mu, dosa yang telah aku dan suamiku perbuat pada waktu itu. " Ucapnya pasrah.

Pada akhirnya, dia menceritakan awal dimana dia melakukan apa yang dia sebut dengan "Dosa" itu.

Pada saat Kedua saudari kembar itu Lahir, terdengar suara tangis bahagia dari Kedua orang tua yang saling menggenggam Kedua tangan nya dengan erat saat melihat dua bayi mungil yang tertidur lelap di samping sang ibu.

Kashiwagi Hana-san, pada saat itu telah melahirkan dua bayi perempuan yang sehat dan yang paling penting mereka berdua adalah saudari kembar.

Perhatian yang Hana-san dan suaminya berikan kepada Kedua putrinya termasuk sangat dimanjakan.

Apapun yang mereka berdua minta, mereka turuti semuanya.

Ya, terutama Rina.

Sang ayah selalu memperhatikan sang kakak, yaitu Rina.

Dia lebih memperhatikan nya daripada sang adik Rena sehingga pada saat umur 6 tahun, Kashiwagi Hana-san menyadari perlakuan khusus sang suaminya kepada Rina.

Dan hal itu membuat Hana-san lebih memilih menemani sang adik Rena agar Rena tetap dapat perhatian dari orang tua.

Itulah yang ia pikirkan pada saat itu.

Dan pada akhirnya, sang suami meninggal karena kecelakaan saat pulang dari kantornya.

Semenjak itu, Hana-san mulai berubah dan lebih memperhatikan Rena daripada Rina.

Ada suatu hari dia lupa memasak makanan untuk Rina karena dia yang selalu memasakkan untuk Rena saja.

Dari hal kecil seperti itu berubah menjadi jurang besar yang memisahkan tali kekeluargaan mereka.

Rina yang selalu melakukan apapun sendirian, dan Rena yang selalu diperhatikan oleh Hana-san.

Bahkan sampai berlanjut hingga saat ini.

" Ya... Ini semua salah kami berdua, jika aku dan suamiku tidak melakukan hal itu maka semua ini tidak akan pernah terjadi. "

" Kesalahan kecil bisa merugikan siapapun Kashiwagi-san, orang dewasa seperti mu dan suami mu pasti tahu akan hal itu, apalagi jika itu berkaitan dengan keluarga. "

" Ya, aku tahu... Aku tahu itu. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, aku hanya menganggap Rena sebagai anakku, Rina yang tak pernah kusentuh itu hanya sebatas orang asing saja bagiku. Orang tua macam apa aku ini menganggap anaknya seolah-olah orang asing yang tiba-tiba datang ke dalam keluarga ku ini. "

Pada akhirnya dia mengakui semuanya.

Kesalahan besar, langkah besar yang mereka berdua pilih pada waktu itu telah membuat jurang yang cukup lebar sehingga sulit untuk di persatukan kembali.

Apa ada yang bisa kulakukan untuk membuat Kashiwagi-san memiliki kesempatan untuk dekat dengan Rina?.

Rencana yang awalnya telah kususun rapi kemudian berantakan seketika karena akar permasalahannya bukan karena rasa benci, melainkan rasa bersalah yang tak bisa ia perbaiki dengan sendirinya.

Orang asing, keluarga, saudara,ibu.

Cara mempererat tali kekeluargaan itu bukanlah hal yang mudah.

Mencari sebuah momen yang tepat untuk membuat sang anak akan berpikir "bahwa selama ini dia berpikir salah soal ibunya", itu sangatlah sulit.

Jika aku tidak bisa menyelesaikan masalah ini saat liburan musim panas berakhir, maka apa yang selama ini kuperjuangkan, dan tersiksa dengan terlibat dalam masalah orang lain akan jadi sia-sia.

Aku tidak mau sampai hal itu terjadi.

" Kashiwagi-san, aku ingin kau melakukan sesuatu. "

" Apa yang telah terjadi tadi, apa kau tidak risih sama sekali?. "

" Kesenjangan atau jarak hubungan Kita berdua akan mudah diperbaiki selama Kita berdua memiliki tujuan sama serta keinginan yang sama. "

" Apa?. "

" Akan kubantu. "

" Apa yang kau maksud?. "

" Keluarga mu, kau ingin semuanya bisa kembali menjadi normal lagi bukan? Jika kau mau, inilah saatnya. "

Matanya terbuka lebar saat dia mendengar ucapanku barusan.

Meskipun wajah kami berdua tidak dekat seperti tadi, tapi aku melihat keinginan yang kuat tersirat di matanya.

Keinginan untuk merubah apa yang telah dia lakukan pada waktu itu.

Sangat jarang seseorang bisa memperbaiki kesalahan yang telah lama di buat seperti Kashiwagi-san.

Jadi, aku hanya menunggu Jawaban yang akan keluar darinya saja saat ini.

" Iya, tolong... Mohon bantuannya. " Ucapnya sambil menundukkan kepala.

" Kalau begitu, aku juga sama... Mohon bantuannya Kashiwagi-san. "

Akhirnya ending pun bisa kulihat dengan jelas saat ini.

Sebuah ending yang akan menyelamatkan seluruh keluarga ini meskipun kutahu akan butuh waktu untuk beradaptasi.

Terutama untuk Rena.

Beberapa menit kami menunggu Rena turun dari lantai dua.

Dan tentunya kami menghabiskan waktu dengan mengobrol serta memberitahu Kashiwagi-san tentang rencanaku nantinya.

Meskipun kutak tahu apakah berhasil ataukah tidak, ini semua tergantung Rena apakah dia mau menerima nya atau tidak, kebenaran yang kudengar barusan dari Kashiwagi-san.

" Sepertinya yang akan jadi masalah disini adalah Rena. " Ucapnya dengan membuat pandangan sedih.

" Ya, aku tahu itu. Kurasa dia belum siap untuk hal ini, namun jika Kita terus menundanya, tidak akan ada kesempatan Kedua Kashiwagi-san. " Ucapku meyakinkan Kashiwagi-san.

Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Yap, karena setelah musim panas selesai jika aku tidak mendapatkan apa yang ingin kudapatkan dari Mito-sensei, maka aku akan langsung keluar dari lingkaran kehidupan keluarga Kashiwagi.

Tidak peduli apakah mereka menyapa ataukah tidak, yang jelas tujuanku ikut campur dalam masalah mereka adalah ruangan yang dijanjikan oleh Mito-sensei kepadaku.

Maafkan aku Kashiwagi-san.

Aku tidak setulus ataupun sebaik yang kau pikirkan.

Tak lama kemudian, orang yang kami tunggu dari tadi datang menuruni Tangga dari lantai dua.

Dengan wajah riangnya dia langsung menuju ke arah kami berdua.

Kashiwagi-san pun memulai percakapan terlebih dahulu sebelum Rena menanyakan hal yang tidak-tidak soal kenapa kami berdua bisa duduk berdua di ruang tamu ini.

" Apa kau sudah siap? Kalau begitu jangan buang waktu lagi. Kita harus bergegas. "

" Eh? Sekarang?. "

" Ya, persiapan adalah yang terpenting Rena. "

" Tapi bagaimana dengan Masami-san?. "

Kashiwagi-san seketika itu langsung melihat jam tangan nya dan berkata.

" Seharusnya dia saat ini sudah berada di depan, ayo Kita lihat. "

" Kalau begitu ayo, senpai jangan sampai ketinggalan. "

" Ya, tenang saja. " Ucapku mengikuti mereka dari belakang.

Kashiwagi-san pun mencari kesempatan mengambil langkah mundur dan berdiri sejajar denganku.

" Ada apa?. " Tanyaku yang melihat tingkah lakunya itu.

" Katsuragi… apa Rina baik-baik saja selama kau mengawalnya?. "

" Ya, selama ada aku dan Masami-san, tidak akan ada yang berani menyentuh nya. "

" Baguslah kalau begitu. "

Sungguh? Hanya itu saja?.

Maa... Terserahlah, baiklah sekarang hanya tinggal membalas apa yang telah Masami-san perbuat kepadaku.

Apa ya yang harus aku lakukan untuk membalasnya?.

Kami pun berangkat menuju lokasi pemotretan baju renang Rena.

Pantai yang dipenuhi pengunjung serta terdapat banyak fans yang berkerumunan di sekitar area pemotretan.

Sungguh, mereka menyia-nyiakan waktu mereka untuk berdiri dibawah terik panas matahari hanya demi bisa melihat Rena.

Bukankah mereka hanya perlu menunggu majalah yang memuat foto-fotonya nanti tanpa harus sampai datang kemari dan tidak menambah pekerjaan ku mengawal Rena.

Aku pun menghembuskan napas panjang lelahku.

Dibawah pohon kelapa yang tidak jauh dari lokasi pemotretan, aku mengawasi Rena dari jauh.

Sedangkan Masami-san, dia masih berdiri di dekat kerumunan untuk mengawasi mereka.

Ya tentunya dia sedang membawa semangkuk es serut yang aku beli kan tadi.

Bukannya membalas perbuatanya, aku malah pergi membantunya.

" Sedang apa. "

Suara seorang wanita mengejutkan ku disaat aku masih berada dalam pemikiran ku.

Wanita itu tidak lain adalah Kashiwagi Hana-san.

Dia saat ini memakai bikini putihnya dengan menutupi nya menggunakan jaket berwarna yang sama dengan bikini nya saat ini.

Memang,tubuh seorang wanita yang matang sangat menggoda.

" Bikini itu cocok denganmu Kashiwagi-san. "

" Terima kasih atas pujiannya. "

" Tidak heran orang-orang mesum itu mengajakmu main difilm mereka. "

" Berita itu lagi ya. "

" Ah maaf, apakah itu hanya rumor belaka?. "

" Tidak, itu memang benar. Mereka pernah mengajakku untuk masuk ke dalam agensinya, namun aku tolak. "

" Hehh ada berapa agensi?. "

" Lima mungkin. "

Benar-benar diluar dugaan.

Tapi dia saat ini jujur kepadaku, setidaknya it merupakan hal yang bagus.

" Aku percaya kepadamu Katsuragi. "

" Hmm?. "

" Semua yang akan Kita lakukan nanti, pasti akan berhasil. "

" Itu semua tergantung padamu Kashiwagi-san, aku hanya mencarikan mu tempat serta momen yang cocok untuk memberitahu mereka berdua Kebenaran dari sebuah dosa yang kau dan suamimu lakukan. "

" Terima kasih, aku berhutang kepadamu Katsuragi. "

" Ini bukanlah suatu hal yang besar menurutku, jadi kau tidak perlu mengkhawatirkan diriku. "

" Ini memang tidak berarti besar untuk mu, tapi ini sangat berarti besar untukku. "

" Begitu ya, kalau begitu nantikan saja. "

" Ya, kapanpun kau ingin ku pergi, maka aku akan pergi langsung ke tempat yang kau inginkan. "

***

Malam terakhir kamp musim panas, mungkin tidak seperti yang kupikirkan.

Banyak kejadian yang tiba-tiba melenceng dari rencana yang sudah kubuat awalnya.

Dan itu berkat perempuan ini.

Rina, dia melakukan apa yang seharusnya ia tidak lakukan.

Menjadi saudaranya sendiri dan memainkan peran Menjadi Rena agar adiknya dapat mendekatiku menggunakan nama kakak nya.

Benar-benar permainan kecil yang sedikit menyenangkan.

" Senpai... Bagaimana kau tahu kalau itu Rena. "

" Itu mudah, coba kau panggil aku. "

" Hmm? Arata-senpai?. "

" Ya itu yang membuatku tahu kalau Rina yang waktu itu bukanlah Rina melainkan Rena. "

" Ah itu benar juga... Aku lupa memberitahu Rena soal ini. Jadi dari awal kebohongan kami berdua di mulai, senpai sudah tahu Rena yang menjadi diriku?. "

" Ya itu benar, aku awalnya heran dengan tingkah laku mu yang tiba-tiba mudah putus asa seperti itu, karena yang kutahu soal Rina adalah kau seorang kakak yang kuat, serta kau yang awalnya meminta memanggil nama depanku bukan? Jadi tidak mungkin kau tiba-tiba menggunakan nama belakang ku saat memanggilku. "

" Benar-benar senpai yang kutahu. "

Saat ini kami duduk saling berdekatan.

Rina terus merangkul lenganku dan bersandar di bahuku.

Aku sih tidak masalah soal apa yang dilakukan nya saat ini, karena aku tidak memiliki perasaan apapun kepadanya dan akan selalu menganggap Rina hanya seorang adik kelas saja.

Hanya sebatas itu kedekatan kami.

Sekarang masalah utamanya adalah Rena, hanya tinggal masalah waktu saja dia datang kemari dan marah-marah kepada kami berdua.

*Bruakk*

Pintu dari ruangan ini tiba-tiba terbuka lebar.

Terlihat di arah pintu, Rena sudah memasang wajah kesalnya.

Awalnya dia melihat ke arahku, namun kemudian dia berpindah melihat ke arah Rina dengan dia saat ini sedang merangkul lenganku.

Kami berdua pun berdiri dan Rina melepaskan pelukannya perlahan.

Aku melirik ke arah Rina, raut wajahnya juga terlihat kesal saat melihat kedatangan Rena.

Mungkin sebentar lagi aku akan melihat pertengkaran adik kakak disini.

Tapi untungnya aku sudah melakukan sesuatu sebelum pertengkaran ini menjadi lebih buruk.

" Oh jadi disini rupanya kau Katsuragi-senpai, bersama dengan perempuan perebut segalanya. "

" Rena, kau tidak boleh berkata seperti itu kepada kakak mu sendiri. " Ucapku membela Rina untuk karena suatu alasan.

" Katsuragi-senpai juga! Kenapa kau mau dekat dengan perempuan itu!? Dia sudah merebut segalanya dariku! Reputasi ku, kepopuleran ku, bahkan orang-orang yang berada disekitarku, dia rebut segalanya!. "

" Rena hentikan, sudah- "

" Katsuragi-senpai diam!! Kau benar-benar seorang laki-laki yang bodoh, kau juga tidak tahu mana yang benar mana yang salah! Kau bahkan lebih memilih perempuan itu daripada aku, orang seperti mu mati saja sana!. "

*Plakkk*

Aku terkejut bukan main saat melihat apa yang kulihat saat ini.

Rina yang selalu bersikap defensive sekarang tiba-tiba maju dan berdiri di depan Rena..

Dan tentunya, dia saat ini telah menampar wajah Rena dengan sangat keras.

Bahkan dari sini aku bisa melihat merah dari pipinya akibat tamparan yang dilakukan oleh Rina tadi.

Mungkin yang terkejut saat ini bukan aku saja, melainkan Rena juga pastinya terkejut atas sikap yang dilakukan oleh kakaknya itu.

Dia tidak mungkin tidak pernah berpikir bahwa kakaknya yang selalu mengalah dan diam itu akan melakukan hal itu kepadanya.

" Jangan berani kau berbicara seperti itu kepada Arata-senpai! Rena!!. "

" Eh?. "

" Kau tidak tahu apa-apa tentang Arata-senpai, jadi jangan berbicara seperti itu lagi kepada nya, Rena!. "

*Plakk*

Tak mau kalah sekarang giliran Rena yang menampar Rina.

Dengan wajah yang masih sama kesalnya, dia mulai angkat bicara.

" Ya, aku tidak tahu apa-apa soal Katsuragi-senpai, oleh karena itu aku mendekatinya dan ingin tahu lebih dalam soal dirinya, tapi lihat! Bahkan Katsuragi-senpai tidak mau menerima ku! Apa yang kurang dariku!?. "

" Kau itu benar-benar… "

Rina kemudian menarik lengan Rena dengan kesal, begitu juga dengan Rena.

Dia tidak mau kalah dengan Rina.

Mereka saling tarik menarik dan saling dorong mendorong.

Bahkan mereka juga sempat saling menampar satu sama lain.

Pertengkaran adik kakak pun terjadi.

Aku disini hanya bisa melihat mereka yang saling mengeluarkan kekesalan mereka di setiap tarikan, dorongan, tamparan.

Aku bisa melihat hal itu.

Aku juga tidak berkeinginan untuk terlibat dalam pertengkaran mereka itu.

Ada kalanya pertengkaran dibutuhkan oleh saudara untuk mempererat rasa persaudaraan mereka.

Dan dalam akhir pertengkaran saudara, terkadang perasaan mereka saling tersampaikan dan akhirnya menjadi dekat kembali dalam waktu yang dekat.

Ya, jika salah satu dari mereka memiliki rasa persaudaraan kuat.

Tidak ada namanya yang mustahil bagi mereka berdua untuk berubah.

Ini juga berlaku bagi Kashiwagi-san.

Tapi jika ini diteruskan, entah apa yang akan terjadi kepadaku.

Apalagi Kashiwagi-san… hm? Sudah datang ya?.

" Cukup kalian berdua!. "

Suara salah seorang wanita membuat Rina dan Rena berhenti bertengkar.

Mereka memasang wajah terkejut saat mendengar suara tersebut.

Ya, siapa yang tidak akan terkejut jika wanita itu adalah ibu mereka sendiri, melihat pertengkaran adik kakak yang dikarenakan laki-laki tentunya itu akan memalukan.

Ahh sungguh kejam sekali kau Arata.

" Ibu... Kenapa... "

Yang lebih terkejut disini adalah Rena. Dia tidak percaya bahwa ibunya akan datang ke tempat ini.

Begitu juga dengan Rina. Kedua saudari itu menunjukkan ekpresi yang hampir sama.

Tapi ya syukurlah Kashiwagi-san datang tepat pada waktunya.

Jika tidak, entah apa yang akan terjadi kepada mereka berdua dengan aku yang menonton pertengkaran Kedua saudari ini.

Selama beberapa detik, Kashiwagi-san memperhatikan Kedua wajah anaknya itu. Dan kemudian dia menghela napas dan berjalan menuju arah Rina dan mendekat padanya sambil membelai pipinya perlahan.

" Sebagai kakak kau seharusnya lebih menahan diri Rina. "

" Ibu... "

Terlihat Rina menahan tangisnya saat Kashiwagi-san memperlakukan Rina seperti itu.

Melihat ke arah Rena, dia masih terkejut dengan apa yang dilakukan ibu yang selalu berada disisi nya itu.

Kenapa dia memperlakukan kakak nya seperti itu.

Itulah yang bisa kutangkap saat melihat wajah Rena.

Setelah itu Kashiwagi-san menghadap ke arah Rina dan berjalan mendekat.

" Minta maaf kepada kakak mu, Rena. "

" Apa!? Ibu apa kau sudah gila? Aku meminta maaf kepadanya? Kepada kakak yang merebut kehidupan ku itu!?. "

" Minta maaf sekarang!. " Bentak Kashiwagi-san.

" Tidak... Ibu... Aku tidak mau!. "

*Plakk*

Oi, sungguh Kashiwagi-san? Kau menampar anak kesayanganmu itu?.

Aku pun tidak akan mengira kalau Kashiwagi-san akan menampar Rena dan bersikap tegas seperti ini.

Dia sudah tahu siapa yang membuat masalah pertama kali disini. Jadi mungkin dia tidak akan menahan diri atas perlakuan Rena kepada Rina itu selama disini.

Tapi menyebut nya berubah? Dia sudah terlalu berubah, Kashiwagi-san itu.

" Rena, cepat minta maaf kepada kakakmu. "

" Ibu kau membela dia? Perempuan itu? Kau bukanlah ibu-. "

*Plakk*

" Rena!!. "

" Aku tidak akan meminta maaf kepada perempuan itu! Ibu!!. "

*Plakk*

" Jangan membuat ibu marah Rena!. "

" Aku tidak akan pernah meminta maaf kepada dia Ibu!! Aku tidak akan pernah meminta maaf sekalipun kepadanya!!. "

" Kau... Benar-benar-. "

Sebelum telapak tangan Kashiwagi-san menampar Rena aku langsung memegang ya dengan erat.

Dari sini, aku bisa melihat raut wajau Kashiwagi-san yang penuh akan keputusasaan serta penuh dengan kesedihan itu.

Aku tidak tahu kalau ending seperti ini yang kulihat, seharusnya bukan seperti ini.

" Kashiwagi-san, cukup... Ini bukan ending yang kuinginkan. Kau sudah bertindak jauh. "

" Hiks...hiks... Aku sungguh ibu yang bodoh, aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan disaat mereka bertengkar. Merelai mereka tidak bisa disebut dengan menghentikan perkelahian mereka... Aku... Tidak bisa melakukan ini Katsuragi. "

Kashiwagi-san kemudian menutup wajahnya menggunakan Kedua tangan nya dan mulai menjerit disertai suara tangis yang bisa kudengar saat aku membalikkan tubuhku menghadap ke Rena.

Dia diam membeku seperti patung dengan tatapan kosongnya.

Sudah kuduga, dari Kedua saudari ini, Rena lah yang akan terkena tekanan mental disini.

Seseorang yang dia sayangi tiba-tiba berbalik membela orang yang dia benci.

Itu merupakan serangan mental yang cukup kuat untuk diterima seseorang seperti Rena.

" Rena... "

Aku yang mencoba untuk mendekati Rena dan berusaha untuk menghiburnya, dia... Rena langsung menghentikan langkah ku dengan menggunakan Kedua tangan untuk membatasi jarak diantara aku dengannya.

" Sudah cukup senpai... Aku... Sudah tidak mau percaya lagi dengan semua orang, mereka sama saja... Awalnya mereka baik dihadapanku, tapi lama kelamaan mereka mulai menunjukkan sikap aslinya kepadaku. Aku sudah cukup menderita karena hal itu, aku sudah mencoba bertahan sebaik mungkin, dan sebisa yang kulakukan, tapi tetap saja... Rasanya hatiku... Hancur seketika, senpai... "

Menepis Kedua tangan nya yang ia buat untuk membuat jarak denganku. Aku dengan erat memeluknya.

Dengan membelas lembut kepalanya, aku pun berkata.

" Tidak ada salahnya merasakan sakit seperti itu Rena, semua manusia juga akan merasakan perasaan seperti itu, itu juga berlaku kepadaku dan semua manusia yang hidup di Dunia ini. "

"… "

" Tidak ada yang adil selama kau kasih hidup Rena, satu-satu nya jalan keluar agar bisa terlepas dari keburukan Dunia ini adalah mati. "

" Arata-senpai… jangan bilang seperti itu kepada Rena, kalau dia sampai. "

" Rena tidak akan pernah melakukan itu, aku tahu betul sosok Rena. Dia itu adik kelas yang keras kepala, apapun keinginan nya harus terpenuhi dengan cara apapun, pandai bergaul, giat bekerja, itulah Rena yang kukenal. "

" Katsuragi-senpai… "

" Jadi... Meskipun kau merasa tidak adil dengan kehidupan mu, kau masih bisa menemukan seseorang yang dapat membagi rasa sakit itu Rena, mungkin orang itu bukanlah aku atau seseorang yang kau sebut teman... Tapi, dia... "

Aku pun menoleh ke arah Rina.

Dengan tersenyum lembut aku melihat ke arahnya dan berkata kepada Rena.

" Dia bisa kau gunakan untuk mencurahkan seluruh isi hati mu, senang, sedih, takut, sakit hati atau perasaan apapun yang kau rasa ingin kau bagi dengan seseorang, maka dia dapat kau gunakan... Karena dia... Adalah kakakmu, seseorang yang selalu dekat dengan mu, dimana pun kau berada... Dia selalu mengkhawatirkan mu, perbuatan apapun yang kau lakukan, dia akan selalu membela mu, apapun itu... Yang kau butuhkan adalah dia... Kakakmu... Kashiwagi Rina, bukan orang lain... "

" Tapi senpai... Aku dengan kakakku... Aku tidak bisa melakukannya. "

" Kau bisa Rena, apa kau tahu? Seorang kakak akan selalu menyayangi adiknya, meskipun dia berbuat salah kepadanya. Sama seperti yang kau lakukan selama ini kepada kakakmu, jika memang Rina membencimu maka dia tidak akan melakukan kebohongan yang kalian lakukan itu, dia bahkan merelakan perasaan nya sendiri demi perasaan adiknya, yaitu kau Rena. "

" Senpai... Aku... "

" Yang kau butuhkan hanyalah satu langkah kecil… yaitu... Meminta maaf kepadanya, katakan dari lubuk hati mu yang paling dalam... Mintalah maaf darinya, atas semua yang kau lakukan kepadanya, atas semua sikapmu kepadanya, semua kesalahan yang kau perbuat kepadanya, hanya itu... Langkah kecil yang dapat kau lakukan untuk dapat merubah segalanya Rena, mulai dari sini, hingga seterusnya. "

Mendengar ucapanku, Rina mulai terisak-isak.

Kashiwagi-san yang melihat serta mendengar ucapanku. Dia hanya bisa memasang wajah bahagianya.

Meskipun aliran air matanya masih belum juga berhenti, dia melihat momen dimana Kedua anaknya yang akan saling membagi rasa sayang mereka.

Aku yang masih memeluk Rena, perlahan melepas pelukanku.

Tanpa diberi perintah lagi, Rena perlahan berjalan mendekati Rina dan berhenti tepat di depannya dengan kepala tertunduk.

Melihat hal itu, aku hanya bisa diam dan berharap bahwa apa yang kulakukan semuanya, terhubung dan mendapati ending yang ku mau...

Yaitu, Happy Ending.

" Kakak... "

Suara Rena yang bergemetar membuat Rina tak kuasa menahan rasa sedihnya itu mulai meneteskan air mata saat melihat adiknya berdiri di depannya.

Rena yang berusaha mengumpulkan keberanian untuk mengatakannya akhirnya mendongakkan kepalanya melihat Kedua mata kakaknya langsung.

Kedua mata yang berwarna putih itu mulai berkaca-kaca.

Rina yang melihat hal itu mulai mengalirkan air matanya deras.

Sang ibu juga tak kuasa menahan tangis bahagianya mencoba untuk menahan agar suaranya tak keluar dan menganggu momen kakak adik itu.

" Kakak... Maafkan... Aku... Atas segala yang kuperbuat kepada mu... Aku... Aku... Sungguh sayang kepadamu... Kak Rina. "

Dengan erat Rena memeluk Rina dengan suara tangis nya yang pecah tak tertahankan itu.

Begitu juga dengan Rina, dia yang tak kuasa menahan nya mulai menangis dengan kuatnya, seperti seorang anak kecil.

Melihat hal itu, aku sudah yakin bahwa akhirnya masalah Kedua saudara itu selesai.

Sisanya akan aku serahkan kepada Kashiwagi-san. Soal Kebenaran dari dosa yang ia lakukan.

Baiklah… sepertinya urusanku disini sudah selesai.

Lebih baik, aku memberikan mereka bertiga ruang untuk menghabiskan waktu keluarga yang berharga ini.

Aku yang ingin melangkah kan kaki ku pergi keluar, tiba-tiba Kashiwagi-san memelukku dan berkata.

" Terima kasih atas segalanya… aku benar-benar berhutang budi kepadamu, Katsuragi-kun. "

" Kashiwagi-san… aku bukanlah orang baik yang seperti kau pikirkan, aku melakukan semua ini karena ada maksud tertentu, jadi rasa terima kasih mu itu tidak perlu kau- "

" Atas namaku... Aku benar-benar berterima kasih kepadamu Katsuragi-kun, meskipun ini semua hanya sandiwara yang kau lakukan kepada Kedua putriku dan aku, aku tetap akan mengucapkan terima kasih ku kepadamu. "

" Ya... Terserah kepadamu Kashiwagi-san. "

Dia pun melepaskan pelukannya dan tersenyum lembut kepadaku sebelum bergabung dengan Kedua putrinya yang masih menangis itu.

Aku pun akhirnya beranjak pergi dari tempat itu, dan setelah aku keluar aku pun mendapati seorang wanita sedang berdiri di bawah pohon yang tak jauh dari tempat ku berdiri.

Dia melihatku dengan senyuman puasnya, mungkin karena kinerja ku atau ending yang kuperlihatkan kepadanya dia jadi tersenyum seperti itu.

" Kau sudah melihatnya kan? Jadi urusanku sudah selesai. Aku harap kau menepati janji mu itu Mito-sensei. "

" Fufufu tenang saja, aku selalu menepati janjiku. Tapi... Tak kusangka kau bisa mengatakan hal semanis itu, sudah kuduga... Kemampuan mu sama sekali tidak menumpul Katsuragi Arata. "

" Kalau hanya itu yang ingin kau katakan maka aku akan pergi, Mito-sensei awasi saja mereka. Aku tidak ingin terjadi apa-apa dengan mereka bertiga. Bukannya aku peduli atau apa, aku hanya tidak ingin kerja keras ku sia-sia karena kesalahan kecil yang tidak sengaja datang entah dari mana itu asalnya. "

" Tenang saja, kalau itu mudah untuk dilakukan. "

" Kalau begitu aku pergi. "

Aku pun melangkahkan kaki ku pergi dari tempat itu. Namun disaat aku berjalan ke arah penginapan, Mito-sensei memanggilku.

" Arata... Tidak bisakah kau jujur dengan diri mu sendiri? Seperti dirimu yang dulu, selalu mengutamakan perasaan mereka yang meminta bantuan kepadamu?. "

Mendengar itu, aku sama sekali tidak menghiraukan nya.

Karena itu merupakan Masa laluku yang tak ingin kuingat, jadi aku tidak menanggapi ucapan Mito-sensei.

Ya, itu benar...

Aku bukanlah Katsuragi Arata yang dulu, setidaknya itulah yang kupikirkan.

Dan dengan ini, masalah dari keluarga Kashiwagi, sudah selesai kutangani.

Sisanya aku hanya perlu menunggu apa yang dijanjikan oleh Mito-sensei.

Ngomong-ngomong… Kuruna sedang apa ya sekarang?.