webnovel

Watashi wa shujinkōde wanai ( I'm Not The Main Character )

Katsuragi Arata, seorang murid kelas 2 SMA yang memiliki trauma pada saat dia masih duduk di bangku SMP. Karena Traumanya itu dia mulai menjauhi orang-orang disekitarnya dan tidak mau terlibat ke dalam masalah kehidupan orang lain. Dan sampai saat ini dia pun masih melakukan hal itu. Namun disaat tahun ajaran keduanya, dia bertemu dengan seorang perempuan yang akan merubah seluruh kehidupannya. Dia masih belum tahu bahwa pertemuan pertama mereka adalah awal dari seluruh semua masalah yang akan menimpanya. Ilustrasi by KAGAMI

Hasanarata · Urban
Not enough ratings
19 Chs

Chapter 10 - Bertemu Dengan Kashiwagi Rena

" Setelah ini ada syuting iklan lalu acara TV lagi.. ini sudah sangat padat bukan?. "

" Tidak.. itu masih belum seberapa jika dibandingkan dengan jadwal yang sebelumnya. Untuk macara tv itu mungkin Kashiwagi Rena yang akan menghadiri nya. "

" Begitu ya. "

Setelah puas melihat buku daftar kerjaan milik Rina aku pun memberikannya lagi kepada Masami-san karena buku ini adalah milik Masami-san.

Sebenarnya aku menginginkan satu buku seperti itu agar aku bisa melihatnya sendiri tanpa harus memintanya terlebih dahulu kepada wanita satu ini.

Tapi ya mau bagaimana lagi, aku disini hanya untuk membantu nya saja bukan? Dan lagi pula aku pun tidak ingin tetap menjadi pengawal nya.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 10, acara tv yang Rina lakukan telah selesai dan kami pun bersiap-siap untuk berangkat ke tempat selanjutnya untuk kali ini masih belum ada tanda-tanda yang mencurigakan dari sekitar.

Meskipun begitu kami tetap harus waspada dan terus memperhatikan Rina dari kejauhan ini, dalam sesi pemotretan Rina kali ini, dia menguraikan rambut nya yang panjang dan indah itu.

Ya.. aku tidak bisa bilang apa - apa lagi tentang hal ini, mungkin kecantikan nya setingkat dengan Kuruna tapi yang membuatku menyukai Kuruna bukan hanya rupanya saja melainkan aku tahu hanya dia seorang yang bisa memahami diriku ini.

Mungkin bagi mereka Kuruna nampak seperti orang biasa pada umumnya tapi bagi ku dia lebih dari yang mereka pikirkan, karena itulah aku memilih nya.

Setelah sesi pemotretan usai saat ini kami bertiga telah duduk di kursi sebuah restoran yang menurutku sangat mewah dari segi desain hingga yang lainnya hanya memperlihatkan keindahan sebuah tempat makan ini.

Lampu gantung mewah ada di atas gedung restoran ini dengan cat berwarna putih serta banyak orang yang memakai pakaian formal seperti jas sedang makan di tempat ini.

Bahkan tempat duduk ini terasa empuk seperti sofa ku yang ada di rumah, aku tidak menyangka bahwa akan ada tempat layaknya rumah ku disini.

Beberapa menit setelah kami memesan makanan di restoran, maksud ku hanya mereka berdua yang memesan sedangkan aku dipilihkan oleh Rina datang, aku melihat sebuah roti berbentuk kubus yang kecil dengan diolesi minyak beberapa cream berwarna dan juga ditaburi oleh beberapa rempah - rempah yang tidak aku kenali sama sekali.

Kalau tidak salah namanya *Pain arc-en-ciel*, apakah ini sebuah lelucon atau ini memang benar-benar makanan yang tadi Rina pesankan untuk ku?.

*AN : Pain arc-en-ciel artinya Roti/Kue Pelangi.

" Silahkan Arata-senpai. "

Dia tersenyum dengan tidak adanya rasa bersalah sama sekali, jadi begini Rina.. dengan porsi satu seperti ini mana bisa membuat perutku kenyang aku butuh setidaknya 3 atau 4 lagi.

" Hm.. tempat ini selalu menyajikan makanan nya dengan enak sama seperti biasa. " Kata Masami-san dengan memakan potongan dari roti berbentuk kubus kecil itu.

" Ya.. kau benar Masami-san. " Jawab Rina disertai senyuman.

Seperti biasanya? Kalian berdua sedang bercanda? Makanan seperti ini tidak enak sama sekali.

Tetapi aku tidak bisa membantah kalau makanan di restoran mewah itu selalu enak karena mereka memakai bahan - bahan yang berkualitas untuk membuat makanan sekecil ini.

Jadi tidak ada yang perlu untuk dikejutkan lagi.

Raut wajah mereka berubah seketika setelah memakan makanan itu, aku yang melihat nya hanya memandang mereka dengan perasaan heran.

Kenapa mereka menyukai makanan sekecil ini dan lihatlah… kalian hanya memotong - motong roti itu sekecil - kecilnya agar kalian berdua bisa menikmati makanan tersebut.

Entah kenapa selera makan ku jadi hilang.

" Senpai.. "

Aku pun menoleh ke arah Rina yang memanggil ku, saat aku melihat ke arah nya dia memasang muka dengan penuh tanda tanya, apa kau ingin bilang " kenapa senpai tidak memakannya?. " Baiklah akan aku jawab.

" Rina… seperti yang kau lihat aku-- "

" Dia tidak tahu cara makan makanan nya. " Potong Masami-san.

Dia ingin sekali membuat ku malu didepan juniorku sepertinya.

Setidaknya aku tahu cara memakan makanan kecil seperti ini dan yang jadi permasalahannya adalah aku tidak sudi untuk memotong makanan ini menjadi kecil sama seperti yang kalian lakukan, apa kalian tahu?.

Ya masih baik kalau aku tidak emosional sama seperti orang pada umumnya, jadi jangan khawatir aku tidak akan pernah marah tapi mungkin kesal bisa.

" Senpai Ahh~. "

" Huhu.. "

Aku terkejut dengan apa yang sedang Rina lakukan saat ini.

Apa dia ingin menyuapi ku? Kenapa harus ada event suap - menyuapi? Masami-san… kau sangat merepotkan dan begitu juga untuk mu Rina, kau sama merepotkan nya.

" Rina, aku tidak butuh bantuan mu.. aku bisa memakan makanan ini sendiri dan juga itu bagian mu bukan? Punya ku masih tetap utuh. "

Baiklah, seperti yang aku pikirkan ini ternyata lebih mudah daripada apa yang aku pikirkan.

" Oh.. begitu ya, maafkan aku Senpai. "

" Membuat perempuan bersedih? Apakah kau laki - laki yang tak tahu malu?. "

Dengan suara lantang Masami-san berkata seperti itu, apa ini? Apa dia mau aku menuruti apa yang ingin dilakukan Rina? Jangan bercanda tapi saat aku melihat Rina untuk kedua kalinya dia nampak nya sedikit murung apa itu karena aku yang menolak nya?.

Sungguh, permainan macam apa ini?.

" Hei - hei... bukankah kau pengawal nya? Sudah semestinya kita harus menuruti apa yang majikan kita katakan bukan?. " Tambah Masami-san dengan senyuman kemenangan nya.

Lagi dan lagi, dia berhasil menyudutkan aku, baiklah tidak ada cara lain, untuk mendekati Rina maka aku akan ikut dalam permainan yang dia buat ini.

" Baiklah... hanya sekali saja dan lagi pula ini makanan yang kau traktir untuk ku setidaknya aku bisa menuruti permintaan mu sekali atau dua kali, anggap saja sebagai bayaran untuk makanan yang kau traktir. " Kataku.

" Baik! Kalau begitu buka mulut mu senpai.. Ahh~. "

" Ahh~. "

Dan akhirnya makanan kecil itu pun masuk ke dalam mulut ku.

Enak, memang ini benar - benar enak untuk makanan yang berukuran kecil, kalau boleh tahu berapa harganya? Mungkin aku bisa membawakan Shiori beberapa.

Dan saat aku melihat daftar menu restoran tersebut, aku mencari nama makanan yang di pesan oleh Rina kalau tidak salah namanya *Pain arc-en-ciel*... ah ketemu dan harganya adalah..

Apa…

Ini benar-benar.. sangat mahal, apa kalian serius membelikan ku makanan semahal ini kepadaku?.

Aku merasa detak jantung ku berhenti seketika setelah melihat harga makanan kecil ini.

Tidak habis pikir, siapa coba yang mau membayar untuk makan makanan seperti ini? Tunggu masih ada.. mereka berdua dan juga orang - orang yang ada disini.

Gajiku selama 3 bulan mana cukup untuk membeli makanan seperti ini meskipun aku menabung selama beberapa bulan kemungkinan aku bisa beli 1 sampai 2 buah saja.

" Apa kau yakin ingin mentraktir ku dengan makanan mahal ini? Entah kenapa aku tak tega untuk memakannya."

" Eh? Tidak apa - apa senpai anggap aja itu sebagai bayaran nya karena sudah menjagaku dari pagi hingga siang. "

" Oh.. baiklah. "

Tidak, aku tidak mungkin bisa memakannya apalagi aku sama sekali tidak melakukan apapun dan aku hanya memperhatikan nya dari kejauhan.

Tapi setelah berpikir panjang dan menyerah pada akhirnya aku memakan makanan itu, aku sama sekali tidak bisa menikmati nya aku harap jika besok aku dimintai bantuan lagi aku mohon untuk tidak pergi ke restoran mahal seperti ini lagi.

Setelah acara makan di restoran tersebut telah berakhir saat ini kami berada di depan rumah Rina, tapi aku dengar hanya Rina dan beberapa pelayan yang tinggal disini dan kadang Masami-san menginap dirumah pribadi Rina dua hari bahkan seminggu.

Aku dan Masami-san yang berada di mobil melihat Rina yang sedang tersenyum kearah kami berdua dan berkata.

" Masami- san... tolong antar Arata-senpai kerumahnya dan Arata-senpai aku harap kau belajar nanti malam untuk ujian besok. "

" Aku tahu itu, dan aku harap kau tidak memaksakan diri, besok kau kan libur dari pekerjaan mu sampai ujian semester selesai kan? Jika kau butuh bantuan jangan sungkan untuk menelepon ku. "

" Ya... terimakasih untuk hari ini senpai, bye-bye Arata-senpai. "

Dia melambaikan tangannya kepadaku disertai senyumannya.

" Hoh~ apa hanya bocah itu yang kau pedulikan?. " Masami-san pun menyela saat adegan itu terjadi dalam beberapa detik.

" Ti-tidak, tentu saja tidak kau juga hati - hati Masami-san, meskipun Arata-senpai bocah dia tetap laki - laki. "

Hoi tunggu, kau sepertinya sedang memojokkan ku disini.

Ngomong - ngomong bagaimana dengan nasib si sutradara itu? Aku harap dia dapat pelajaran dari kejadian yang lalu dan tidak melakukan hal yang sama lagi kepada artis yang lain selain Rina.

Tapi bagaimana kalau waktu itu Rena yang ada di posisi Rina? Apakah aku dan Rena bisa sedekat ini seperti Rina? Tapi jika itu terjadi aku tidak akan kenal lebih dalam soal Rina, kehidupan ini memang serba salah jika kau melakukan ini maka kau dapat itu begitu juga sebaliknya.

Takdir lah yang memutuskan apa yang akan kita lalui kedepannya, tapi setidaknya kita bisa mengubah alur takdir kita sendiri.

Apakah aku ingin merubah takdir ini? sepertinya takdir yang ingin aku jalani tidak pernah bisa tercapai, ya.. untuk menjadi seorang tokoh--

" *Utama*. "

" Kau bicara apa Arata?. " Tanya Masami-san yang sedang mengemudikan mobilnya.

" Ah tidak, aku hanya bicara sendiri tidak perlu kau pedulikan. "

" Baiklah untuk kali ini.. akan aku beri saran, untuk anak seusia mu tidak baik untuk terlalu memikirkan masalah yang menumpuk di dalam otakmu itu, nikmati saja masa muda mu dan biarkan dirimu bebas. "

Tidak menumpukkan masalah ya? Itu mungkin saran yang bagus tapi saran seperti itu mana bisa aku jalani karena saat ini masih ada yang harus aku lakukan, biarkan masalah ini menjadi yang terakhir kalinya untuk ku dan aku ingin setelah ini tidak ada masalah lagi yang datang kepada diriku ini.

" Akan aku pertimbangkan saran mu itu Masami-san. "

Setelah beberapa menit berkendara akhirnya kami telah tiba ditempat tujuan selanjutnya, ya itu adalah rumah mewah besar nan indah ini, rumah Kashiwagi Rena sang artis yang asli.

Aku sudah melihat wajahnya beberapa hari yang lalu dan juga kami biasanya saling bertemu saat berjalan di koridor sekolah, jadi kesan pertama tidaklah penting lagi saat ini.

Setelah beberapa menit menunggu di dalam mobil, akhirnya orang yang kami tunggu telah datang dari balik pintu rumah tersebut, terlihat dari kejauhan seorang perempuan berambut cream cerah yang ia ikat dua memakai pita merah dengan memakai baju one piece putih seperti Rina tadi.

Tapi yang membuat nya berbeda adalah desain baju tersebut dan terlihat sedikit corak biru cerah yang menghiasi pinggiran lengannya.

Masami-san yang menyadari nya itu pun keluar dari mobil dan membukakan gerbang besar yang ada di sebelah mobil kami, aku hanya melihat dari balik kaca mobil hitam ini dengan menghela napas, melihat hal itu aku pun langsung memakai kacamata hitam yang tadi pagi dipinjamkan oleh Masami-san dan berpikir.

Lebih baik Kashiwagi Rena tidak tahu siapa aku, jadi bisa gawat kalau dia tahu kalau aku bekerja sebagai pengawalnya, apalagi kalau Rena tiba - tiba datang ke kelas ku dan minta itu minta ini, membayangkan nya saja sudah merepotkan.

Setidaknya aku harus tahu kenapa mereka berdua bermasalah, kenapa ibunya menutupi berita besar seperti itu, dan kenapa meskipun mereka berdua bersaudara kenapa mereka saling menjauhi satu sama lain?.

Dan setelah mengetahui akar dari masalah mereka berdua, kau harus bertindak dengan cepat agar semua masalah ini berakhir.

Terlihat Masami-san tengah berbicara dengan artis itu. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Masami-san membawa nya ke dalam mobil.

Saat dia sudah duduk di kursi tengah dia pun mulai menyadari keberadaan ku, kami saling bertatap muka dari kaca belakang mobil, aku pun menundukkan kepala dengan maksud untuk menyapa dirinya dan dia hanya membalas nya dengan mengalihkan pandangannya ke arah luar kaca mobil yang telah ia buka itu.

Sepertinya aku perlu memperhatikan nya lagi, aku tidak boleh membuat keputusan langsung dan membawaku ke dalam masalah baru lagi.

Aku sudah tahu sifat Rina itu seperti apa, tapi Rena… dia memiliki sifat sebaliknya atau dan aku yang terlalu cepat memutuskan kalau dia memiliki sifat sebaliknya dari Rina?.

Baru beberapa menit berlalu aku langsung memutuskan bahwa dia memiliki sifat seperti itu, Sungguh tidak adil.

Bisa saja dia memiliki sifat yang tak terduga nantinya dan aku harap dia tidak memiliki sifat karakter *Tsundere* seperti yang ada di manga ataupun anime yang pernah aku lihat dulu.

Tipikal seorang putri kaya kebanyakan mereka yang mempunyai sifat *Tsundere* terkadang para artis juga mempunyai nya, ya aku hanya bisa berharap dia tidak memiliki sifat seperti itu.

" Oh maafkan aku Rena.. " Masami masuk ke mobil lalu dengan perlahan ia memasang sabuk pengaman nya.

Sekilas aku melirik ke arah Masami-san dan dia hanya menutup matanya sebelah dan tersenyum ke arahku, apa kau ingin berniat agar aku juga mengincar adiknya juga? Itu tidak akan pernah terjadi Masami-san.

" Jadi.. dia siapa?. "

Dia mulai obrolan ini dengan bertanya kepada Masami-san, dan nada bicaranya sedikit agak di tinggikan apa mungkin dia marah karena dia tidak tahu kalau aku bekerja hari ini?.

" Ibuku tidak pernah bilang kalau ada pengawal baru untuk ku, apa dia kenalan mu?. "

Sepertinya tebakan ku tepat.

" Ah ya, maafkan aku karena tidak memberitahu mu terlebih dahulu. "

Setelah menjawab pertanyaan Rena, Masami-san pun menjalankan mobil ini, tidak seperti saat dengan Rina dia saat ini menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang dan lembut sama seperti layaknya pengawal yang benar-benar profesional.

Kenapa tidak dari tadi kau seperti ini, itulah yang aku keluhkan dalam hatiku tapi ya mempermasalahkan sesuatu hal yang sepele seperti itu tidaklah menguntungkan bagi ku, malah itu akan membuat masalah baru lagi.

Jadi aku urungkan niat untuk menegurnya.

Sebenarnya tadi aku sudah berencana untuk kerja sambilan mengambil sift siang dan pulang malam, tapi karena ada hal yang lebih penting dari itu maka aku harus tidak menyia - nyiakan kesempatan sekali seumur hidup ku ini, aku harus pulang dengan membawa hasil yang memuaskan agar aku tidak mempunyai beban pikiran lainnya, sudah cukup dengan ujian semester sebagai beban ku saat ini.

" Kau bisa panggil dia Arata, meskipun dia laki - laki tapi dia bisa diandalkan kok. "

" Oh begitu. "

Jadi sebenarnya apa masalah mu dengan seorang laki-laki Masami-san? Dan jangan kau tularkan sifat benci laki - laki mu kepada Rena ini, jika dia benar - benar membenci laki - laki maka aku akan kerepotan untuk menghadapinya.

" Yah yang paling penting aku harap kau bisa menerimanya sebagai pengawal mu hari ini, karena dia dalam masa percobaan jadi yang memutuskan dia berkerja atau tidaknya adalah kalian berdua Rena. "

" Jangan sebut - sebut 'dia' saat kita bicara Masami, memang benar jika kau paling lama melayani orang itu, tapi tidak akan aku maafkan kalau kau menyebutnya maupun nama nya dipercakapan ini. "

Sudah aku duga, masalah yang mereka alami adalah hanya masalah kakak beradik rupanya, apa mungkin aku bisa mencampuri masalah mereka berdua? Aku tidak percaya diri jika seperti ini ujung-ujungnya.

Mungkin dari awal aku harus menolak tawaran dari Mito-sensei karena masalah seperti ini harus ada campur tangan dari keluarga terdekat mereka, seperti ibunya.

***

~~ Sudut Pandang Rena ~~

Hari ini sama seperti biasanya, aku bangun dan bekerja hingga larut malam, kedua pelayan perempuan yang ada di kedua sisi ku ini selalu memperhatikan aku, ya memang seperti itu tugas dari seorang pelayan bukan?.

Sama seperti hari yang lalu, kali ini aku dapat syuting iklan serta acara TV wawancara tentang bagaimana kehidupan ku setelah bangkit ke dunia hiburan sekali lagi.

Mereka tidak tahu kenapa aku bisa pergi begitu saja dari dunia hiburan bahkan diriku pun tidak tahu kenapa.

Ibuku pernah bilang kalau aku pernah sakit keras dan dia mencegah wartawan untuk tidak menemui ku agar informasi tidak bocor bahwa aku saat itu sedang sakit bahkan koma sampai beberapa bulan.

Bahkan ibuku sampai segitunya. Yang artinya itu sangatlah penting agar tidak diketahui oleh publik.

" Oh kau tampak cantik menggunakan gaun one piece putih mu itu Rena. "

" Tidak seperti biasanya kau memuji ku seperti ini. "

Dia pun langsung menawarkan diri untuk membawakan tas ku, tapi aku menolaknya karena aku menyembunyikan beberapa buku catatan pelajaran ku.

Aku tadi berniat untuk belajar saat istirahat setelah syuting, untuk mempersiapkan ujian semester ku besok.

Oh ngomong-ngomong…

Yang sedang berbicara dengan ku saat ini adalah pengawal pribadiku, dia adalah Yohiko Masami, dia sudah menjadi pengawal ku selama beberapa bulan ini.

Dan untuk kualitas nya sebagai pengawal aku bisa menjaminnya karena dia termasuk orang yang disuruh ibuku untuk mengawal ku meskipun dia bekas dari si perempuan 'itu'.

Berbicara soal pekerjaan, Meskipun besok ujian semester sekolah dimulai anehnya kenapa hari libur tidak ada untuk ku? Mereka semua sudah tahu kan kalau aku akan ada ujian semester besok?.

Aku tidak habis pikir dengan apa yang telah mereka lakukan demi melonjaknya penonton mereka.

Benar-benar kehidupan yang merepotkan. Tapi meskipun begitu aku juga bersyukur bahwa aku bisa meraih kesuksesan di dunia entertainment.

" Ayo Rena, pekerjaan sudah menunggu. "

" Baiklah.. aku akan masuk. "

Masami pun membukakan pintu mobil hitam yang ada di depan ku saat ini, dan setelah itu aku pun masuk kedalam dan aku menyadari keberadaan seseorang selain aku di dalam.

Aku melihat ke arah kaca mobil depan itu dan melihat seorang laki-laki memakai sebuah kacamata hitam sedang menundukkan kepalanya ke arah ku seperti sedang menyapa.

Dia ini kenapa? Itulah kesan pertama ku kepada nya, ya meskipun begitu itu tidak ada gunanya bagiku untuk memikirkan siapa dia, aku pun menoleh ke arah luar kaca mobil yang telah aku buka.

Lalu tak perlu menunggu lama Masami pun masuk ke dalam mobil dan lekas memasang sabuk pengamannya.

" Ohh maafkan aku Rena.. "

Dia sedikit melirik ke arah laki - laki itu dengan tersenyum, apa dia pacarmu Masami?.

" Jadi dia siapa? Ibuku tidak pernah bilang kalau ada pengawal baru untuk ku, apa dia kenalan mu?. "

" Ah ya, maafkan aku karena tidak memberitahu mu terlebih dahulu, Kau bisa panggil dia Arata, meskipun dia laki - laki tapi dia bisa diandalkan kok. "

" Oh begitu. "

Aku tidak begitu peduli sih, tapi sungguh mengejutkan kalau Masami yang itu mau mengakui laki - laki, apalagi seperti dia ini, sudah aku duga kalau pelayan yang bernama Arata ini mempunyai suatu hubungan spesial dengan Masami.

" Yah yang paling penting aku harap kau bisa menerimanya sebagai pengawal mu hari ini, karena dia dalam masa percobaan jadi yang memutuskan dia berkerja atau tidaknya adalah kalian berdua. "

" Jangan sebut - sebut dia saat kita bicara Masami, memang benar jika kau paling lama melayani orang itu, tapi tidak akan aku maafkan kalau kau menyebutnya maupun nama nya saat ini juga. "

Dia yang dimaksud oleh Masami adalah kakak bermasalah ku, bukan orang lain lagi.

Aku tidak akan pernah mengakui nya sebagai kakak ku, karena dia telah merenggut semuanya dariku, tak akan aku maafkan dia.

Setelah menghabiskan keheningan ini di dalam mobil entah kenapa kami telah sampai ditujuan dengan cepat.

Saat ini kami bertiga telah turun dari dalam mobil dan terlihat beberapa kamera dan juga para pekerja disini sedang mempersiapkan lokasi pengambilan gambar yang akan dilakukan beberapa menit lagi dengan aku sebagai pemeran utamanya.

Kali ini aku akan mengiklankan sebuah produk buatan perusahaan yang telah menyewa mereka untuk membuat sebuah iklan yang berkualitas, dan sutradara nya itu sangat aneh itulah yang aku dengar, sebagai sutradara orang ini begitu kelewatan untuk yang namanya totalitas.

Yang diinginkan produser ini adalah semua harus dilakukan secara nyata tak terkecuali adegan yang sepele seperti panas teriknya matahari.

Ah bagi yang belum tahu, orang ini adalah sutradara sekaligus produser dari produk yang akan aku iklan kan.

Tapi ya.. bahkan itu bisa membuat repot seseorang bukan? Jika totalitas nya kelewat batas?.

Kali ini beberapa penata rias sedang mengerubungi ku seperti semut yang telah menemukan gula di sudut ruangan, aku tidak bisa mengelak nya karena proses pengambilan gambar akan segera dimulai.

" Kashiwagi-san cepatlah kemari, kau harus mengganti pakaian mu itu, tapi apa mungkin one piece putih cocok dengan latar panas matahari ya?. "

Didepan ku ini adalah penata rias, saat ini dia menaruh tangannya di dagu sembari memikirkan apa yang akan terjadi jika aku masih mengenakan pakaian ku ini.

Tidak masalah jika ku harus mengganti pakaian ku.

Toh, ini adalah pekerjaan ku jadi sebaiknya aku mengikuti skenario yang telah ditentukan.

" Tidak masalah.. pakaian itu cocok untuk saat ini. "

Kali ini yang berbicara adalah produser serta sutradara iklan yang akan aku bintangi ini.

Meskipun dia terlihat sudah berumur, banyak yang bilang kalau dia adalah sutradara terbaik untuk seumuran nya, itu yang aku tahu setelah meeting dengan perusahaan nya seminggu yang lalu, jadi mau tidak mau aku harus mengakui kinerja yang dimiliki nya.

" Ayo semua, apakah sudah siap!? Saat ini waktu yang pas untuk memulai proses syutingnya!!. " Katanya dengan suara kerasnya.

" Hampir siap pak!!. "

Suara serentak dan lantang itu bergema di tempat ini, banyak orang yang melihat proses syuting ini dan sesekali orang - orang mengambil foto untuk dijadikan momen bahwa 'saat ini ada artis sedang syuting disini lo..'

Ya itu hanya kemungkinan saja.

Disaat penata rias itu melihati ku untuk sekian kalinya dia pun akhirnya mengangguk dan pergi meninggalkan aku lalu digantikan pak sutradara itu yang mulai mendekati ku dan berkata.

" Apa kau sudah hafal naskah nya?. "

" Ya. " Jawab singkat ku dengan sedikit tegang karena baru kali ini ada orang yang menyutradarai iklan ku dengan seserius ini, biasanya mereka suka menggoda ku sebelum proses dan setelah syuting berakhir tapi kali ini tidak.

Entah kenapa jiwa sutradara itu keluar dan bisa membuatku ingin menghormati atas kerja kerasnya semasa hidupnya.

" Aku akan melakukan dengan terbaik!!. "

" Yosh!! Itulah yang disebut semangat masa muda ayo kita mulai nona. "

Dan akhirnya proses syuting ku hari ini telah dimulai.

***

~~ Sudut Pandang Arata ~~

Kali ini aku menurunkan penjagaan ku, karena hari ini tidak ada yang terlihat untuk dicurigai sama sekali, para pekerja disini sangatlah disiplin dan juga giat.

Baru pertamakali aku melihat hal seperti ini, saat aku Ikut Rina aku sama sekali tidak tahu bagaimana para pekerjanya disana, aku dan Masami-san hanya diberikan sebuah layar atau bisa disebut layar monitor untuk melihat berlangsung nya rekaman wawancara miliknya.

Dan dalam sesi pemotretan juga tidak ada yang perlu untuk dicurigai, mungkin karena hubungan antara Kashiwagi Rina atau Rena yang telah mempengaruhi kinerja mereka?.

Tapi bisa dilihat bahwa kali ini pekerja yang satu ini terlihat tidak begitu mengenali Rena, jadi mungkin mereka tidak mempunyai rencana busuk di dalam proses pengambilan gambar ini.

Mungkin saat ini tidak, entah kalau sudah mengenalnya selama beberapa Minggu atau beberapa bulan, tapi selama itu aku tidak bisa mengawasi mereka karena aku ingin cepat - cepat mengatasi masalah mereka berdua dan mendapatkan ruangan yang telah dijanjikan oleh Mito- sensei kepadaku.

Itulah motivasi ku saat ini, dan tanpa aku sadari beberapa puluh menit telah berlalu dan juga istirahat diberlakukan untuk semua pekerja begitu juga Rena.

Tapi yang mengejutkan ku saat ini adalah Rena yang sedang menanyakan tentang bagaimana adegan berikutnya kepada pak sutradara itu dan sesekali dia juga bertanya kepada pekerja lain sebagai bahan tambahan referensi untuk apa yang akan dia lakukan saat pengambilan gambar selanjutnya nanti.

Memang benar aku tadi salah untuk mengambil keputusan cepat tentang sifat yang dimilikinya itu. Yang kulihat disini adalah dia tidak jauh berbeda dengan kakaknya, hanya saja logatnya saat dia berbicara lebih sedikit bersemangat dari pada Rina.

Apa mungkin itu yang bisa membedakan mereka berdua? Setidaknya untuk yang satu ini aku akan mengingatnya.

Jam istirahat syuting digunakan oleh Masami-san untuk membeli minuman kami berdua. Meskipun awalnya aku sempat menawarkan diriku untuk membelikan minuman tersebut tapi Masami-san menolaknya.

Ya, aku tidak terlalu peduli akan hal itu. Mungkin dia memiliki maksud tersendiri melakukan hal itu untuk ku. Dan tidak ada alasan untuk mencegahnya bukan?.

Mengamati keadaan sekitar, akhirnya perhatian ku tertuju oleh sosok perempuan yang satu tahun lebih muda dari ku yang saat ini dia tengah bekerja keras di depan sana.

Kali ini dia duduk di kursi taman dengan disertai meja aluminium berwarna perak yang tengah berada didepan nya itu.

Dan dibelakang nya terdapat sebuah pohon yang tumbuh sebagai tempat meneduh dari teriknya panas matahari.

Berbicara tentang panas matahari, aku benar-benar tidak kuat karena panas terik matahari hari ini. Badanku jauh lebih berkeringat dibandingkan dengan saat Rina tadi. Dan juga jas yang kupakai ini ingin sekali ku lepas dan hanya menyisakan kemeja putihku saja.

Benar-benar musim panas yang tak terduga. Jika aku tidak terlibat dengan mereka berdua mungkin aku sudah berada di rumahku dengan pendingin ruangan ku.

Dari tempat ku berada, aku bisa melihat dia sedang meminum minuman yang tadi dibawakan oleh salah satu kru pembuat iklan. Mungkin minuman itu sudah disediakan untuknya sedari awal jadi tidak perlu menunggu waktu lama untuk bisa menikmatinya.

" Boleh juga rupanya mereka. "

Itulah yang kuucapkan setelah melihat tindakan cepat mereka untuk melayani pemeran utama tersebut.

Namun disaat aku sedang memuji kinerja mereka, tiba-tiba dari sini aku bisa melihat Rena sedang mengeluarkan buku dari tas yang terus dia bawa tadi.

Buku?

Buku apa itu? Jangan bilang kalau buku itu…

Oi, jangan bercanda.

Tidak mungkin kalau dia ingin belajar setelah menghafal naskah yang tadi barusan dia tanyakan kepada setiap orang kan?.

Kali ini pandangan ku terhadap Rena berubah drastis, aku kira dia adalah tipikal layaknya *Ojou-sama* seperti di manga yang pernah aku baca dulu, ini benar-benar berbeda dari apa yang aku kira.

Melihat dia sedang belajar di tengah kesibukannya itu entah kenapa aku jadi tidak yakin dengan nilai ujian semester ku besok.

Jadi setelah ini aku akan belajar semalaman suntuk untuk mempersiapkan ujian pada besoknya.

Tapi ahli kesehatan juga pernah bilang kalau tidak baik memaksakan otak untuk bekerja 24 jam, jadi mungkin aku akan tidur lebih awal juga.

Aku tidak bisa menyangkalnya juga kalau aku adalah murid sama seperti layaknya murid yang lain, aku bisa saja tidak belajar karena bosan ataupun jenuh dan akhirnya tidak menyempatkan diri untuk belajar.

Ah mohon perhatian, kelakuan buruk ini jangan sampai kalian tiru oke?.

" Belajar?. "

Aku pun memberanikan diri untuk mendekati nya dan mengajak nya mengobrol dengan topik yang mungkin bisa dibuat sebagai bahan pembicaraan yang agak canggung ini.

Rena saat ini masih fokus dengan membaca catatan yang ada didalam bukunya tersebut.

Mungkin aku dianggap sebagai serangga musim panas yang kebetulan berada didekatnya, tapi hal itu tidak membuat ku patah semangat untuk memulai flag persahabatan sementara ini.

Setidaknya aku bisa mendekati nya agar aku bisa tahu apa permasalahan yang tengah ia hadapi dengan kakaknya itu.

" Ah.. itu salah, seharusnya hasilnya itu 25. "

Aku pun menunjuk jawaban yang menurutku salah itu, memangnya siapa yang mengerjakan soal yang begitu mudahnya tapi jawabannya salah seperti ini?.

Tapi sepertinya aku sudah tahu siapa itu.

" Kashiwagi - san, seharusnya kau membagi ini dengan ini agar hasilnya bisa diketahui. "

" Oh begitu ya…, lalu.. apakah jawaban ini salah juga?. "

Dia pun menunjukkan soal berikut nya kepada ku, mungkin perlahan - lahan tapi pasti, bisa aku ibaratkan seperti itu dengan kejadian ini.

Bicara seperti teman sekelas nya pada umumnya mungkin juga sangat membantu untuk bisa mendekati nya, baiklah..

Jika itu yang memang ingin kau mau, maka aku tidak keberatan dengan peran tambahan yang menjadi teman kelas untuk mu Rena.

Tapi entah kenapa gaya bicara ku sudah seperti tokoh antagonis.

" Ah~ itu sangatlah membantu, kali ini aku pasti akan mendapatkan nilai sempurna. "

Aku hanya bisa memaksakan senyuman untuk menghiasi wajahku saat ini setelah Rena memasang gerakan layaknya aksi para tokoh utama anime menggerakkan kedua tangannya untuk merayakan keberhasilan nya seperti lambang kemenangan.

Kesan ku mungkin sudah naik tingkat, setidaknya itu yang bisa aku pikirkan.

" Terima kasih karena sudah membantu ku Arata-san. "

Dia pun melayangkan senyuman setelah bersamaan dengan ucapan terimakasih nya.

Namun sayangnya senyuman yang ia lontarkan kepada ku sangat dia paksakan, mungkin dia berpikir 'aku akan memberikan senyuman ini karena telah membantu ku, kau puas kan?' Setidaknya itulah yang bisa aku tangkap dari senyuman nya yang mengandung banyak arti tersebut.

" Tidak perlu kau paksakan, senyuman yang tak tulus seperti itu sama sekali tidak berarti untuk ku. "

Mungkin karena perkataan ku dia langsung merubah raut wajahnya menjadi terkejut setelah aku berkata seperti itu kepadanya.

Aku pun melihat ke dedaunan yang berwarna hijau muda yang tengah menggantung di atas pohon di dekat kami berdua. Begitu indah dan nyaman jika di lihat secara langsung seperti ini.

Memang pohon adalah sahabat terbaik ku. Terima kasih.

Ah bicara tentang pohon, aku belum menyempatkan diri untuk berpergian untuk melihat bunga sakura dengan Kuruna, mungkin tahun depan aku akan mengajak nya.

Ya..

Dia adalah perempuan pertama yang memberikan ku senyuman tulus, biar ku perjelas Shiori tidak termasuk dengan pembicaraan ini.

Mungkin karena dia adalah adik ku sudah sewajarnya dia menyayangi kakak nya, tapi mungkin jika mereka mempunyai kakak yang memiliki sifat konyol seperti ku ini sudah di jauhi oleh mereka, tapi tidak untuk Shiori.

Dia menerima ku apa adanya dan tetap merawat ku sebagai gantinya ibu ku yang sering pergi dan jarang pulang itu.

Saat dia masih tengah menginjakkan diri di sekolah dasar, dia sudah bisa mengurus rumah sendirian.

Setidaknya kakak ini bisa membantu kan? Mungkin karena aku naif dan tak berpikir panjang akhirnya Shiori lah yang mengurus semuanya.

Seharusnya Shiori lah yang merasa terpukul karena kehilangan kedua orangtuanya pada saat dia masih di dalam usia yang cukup mudah, tapi dihadapan ku dia memaksakan dirinya sendiri untuk mengurus rumah.

Apakah sebagai kakak dari dulu aku sudah gagal? Lalu sebuah keputusan besar yang membuat ku mengalir kedalam situasi ini pun terjadi.

Karena itu aku merubah pandangan hidup ku yang menyedihkan menjadi orang yang ingin dikagumi dimulai.

Ya, itu merupakan salah satu dari sekian banyaknya alasan aku ingin menjadi seorang tokoh utama dulu.

Aku benar-benar konyol.

" Oi.. "

Aku pun tersadar dari ingatan masa lalu ku itu dan melihat ke arah suara itu berasal.

Kali ini wajah cemberut nya yang menghiasi wajah cantik nya itu. Seketika itu aku pun berpikir mungkin aku telah melakukan suatu kesalahan disaat aku mengingat masa lalu ku itu.

Ya, sepertinya itu benar.

Saat aku tengah menunggu apa yang ingin dia katakan dia malah semakin cemberut dan mulai membuang mukanya dariku.

Apa mungkin saat aku melamunkan masa lalu ku dia sedang bertanya kepada ku? Bagaimana coba aku bisa tidak menyadarinya?.

Tapi jika dilihat lagi, Rena terlalu kekanak-kanakan untuk seumuran nya.

Dan juga…

Secara tak langsung dia mirip dengan kakaknya Rina. Meskipun Rina sedikit pendiam darinya tapi menurutku sifat alami diri sendiri tidak bisa di ubah begitu saja dengan mudah.

Mungkin sifat mereka sudah bawaan dari kedua orang tua mereka.

Meskipun mereka kembar bukan berarti mereka mempunyai kesamaan atau hobi yang sama, tentunya begitu kan?.

" Maafkan aku Kashiwagi-san, aku tadi sedang memikirkan masalah ku sendiri. " Kataku dengan sedikit menundukkan kepala.

" Mouu.. Aku tidak ingin tahu lagi dan aku sangat kesal saat ini, kalau begitu aku mau mempersiapkan diri untuk melanjutkan syuting nya, karena sebentar lagi jam istirahat berakhir. "

Dia pun berdiri dengan masih memalingkan muka nya dari ku.

Aku yang melihat nya hanya bisa menghela napas dan menyempatkan berkata.

" Aku harap itu bukanlah perasaan yang dibuat - buat. "

Kashiwagi pun terdiam dan mencerna apa yang aku katakan tadi.

Yang kumaksud adalah perasaan kesal dan nyamannya itu untuk ku, aku harap itu bukanlah sesuatu yang dibuat - buat olehnya.

Dan tak lama kemudian dia pun membalikkan badannya dan menunjuk ke arahku.

" Baiklah… jika itu yang kau mau. "

Dengan wajah yang sedikit memerah karena malu itu dia masih menyempatkan berkata layaknya dia yang paling berkuasa diantara kami berdua.

Tapi ya memang benar kalau saat ini dia majikan ku dan aku pekerja nya.

" Wajah dan nama lengkap. "

" Eh?. "

Dia bilang apa tadi? Suara nya terlalu kecil untuk didengar oleh kedua telinga ku ini.

Bukan berarti aku mempunyai masalah dengan pendengaran, dia terlalu pelan untuk berbicara kali ini.

" Apa yang tadi kau katakan?. "

Aku bertanya kembali untuk memastikan apa yang dia katakan tadi.

" A- aku bilang siapa nama lengkap mu dan tunjukkan wajah mu itu!. "

Mungkin tidak perlu memakan waktu lama identitas ku terbongkar nantinya, jadi mendapatkan kepercayaan nya di awal lebih penting daripada identitas asliku.

Itulah yang aku pikirkan setelah dia meminta menunjukkan wajahku beserta nama ku.

" Baiklah aku akan menunjukkan nya jika itu yang kau mau. "

Resiko ini terlalu tinggi.

Bisa saja setelah melihat dan mendengar nama ku dia tidak mau berhubungan dengan ku lagi dan pada ujung-ujungnya aku tidak bisa mendapatkan ruangan yang telah Mito-sensei janjikan kemarin.

Dan itu akan membuatku kerepotan pada masa yang akan datang.

Tapi kepercayaan adalah yang lebih penting.

Jika aku berkata 'tidak' kepada nya mungkin dia akan menjaga jaraknya agar dia tidak terlibat dengan orang misterius seperti ku ini.

Dia mungkin juga bisa berpikir kalau aku mempunyai rencana untuk melakukan hal yang tidak - tidak kepada nya.

Ya.

Kalau begitu.

Aku pun melepaskan kacamata hitam ku secara perlahan sembari memberitahu nama ku.

" Namaku Katsuragi Arata, setidaknya kau bisa panggil aku-- "

" Ka-katsuragi-senpai!?. "

Sebelum aku menghabiskan perkataan ku yang ku anggap keren itu, dia tiba - tiba memotong perkataan ku dengan memanggil nama belakang ku.

Sudah kuduga, dia ingat dengan ku ya.

" Ternyata aku cukup terkenal ya, sudah berapa kali kita bertemu saat berjalan di koridor sekolah waktu itu?. "

Aku melihat wajah Rena penuh dengan rasa kebingungan dan rasa tak percaya bahwa akulah yang menjadi seorang pengawal nya dalam beberapa jam terakhir ini.

Melihat reaksinya itu sungguh membuatku teringat dengan Rina. Wajah yang sama pada saat ia tunjukkan di sekolah waktu itu.

Mungkin… mereka berdua cukup bernilai untuk diselamatkan. Bukan karena wajah mereka, melainkan karena rasa penasaran ku yang ingin melihat ending apa yang akan mereka dapatkan nanti.