6 Roti

Piiip....piiip....piiip.....

"Uuukhh..."

Aku sedang meraba-raba bagian atas bantalku untuk mencari handphone-ku yang alarmnya sudah bunyi dari tadi, yap Dapat!

Aku segera duduk supaya tidak jadi tidur lagi, mataku masih ngantuk, karena tadi malam hujan jadi bikin aku betah tidur dan malas beranjak dari kasur dan selimutku.

Kulihat jam di handphone-ku masih ' jam 05.07' pagi.

Eh? Ada pesan, siapa? Aku buka pesannya ternyata dari Bimo.

>Si Anak baru^:

[Hei, sudah bangun?

Nanti aku tunggu di gerbang sekolah,

Mau kasih roti buat sarapan]

Apa sih?? Hahahaha tiba-tiba mau kasih roti? Becanda ya? Absurd.

Lalu aku pilih untuk balas pesannya.

>Aku:

[Hahahaha???

oke!!]

Aku segera ambil handuk lalu mandi setelah itu siap-siap kesekolah. Hari ini seperti biasa aku akan berangkat kesekolah naik becak pak Toyo, mamah menyuruhku pakai jaket yang lebih tebal, karena memang habis hujan udara dua kali lebih dingin dari biasanya.

Sebenarnya mamah sudah bikin mie rebus untuk sarapan, tapi aku bilang aku akan sarapan disekolah saja.

Tidak butuh waktu yang lama aku sampai disekolah, lalu langsung jalan menuju gerbang sekolah setelah membayar ongkos becak. Dari jauh aku lihat seseorang sedang bersandar pada gerbang sekolah yang setengah terbuka setelah aku mulai dekat ternyata itu si anak baru sedang berdiri pakai Hoodie warna hitam diluar seragamnya dengan kantong keresek putih yang dia pengang di tangan kanannya.

Aku berhenti didepannya, dia senyum sambil menatap langsung ke mataku, bikin aku sedikit salah tingkah... lalu dia kasih kantong kresek yang dia pegang padaku, aku cuma bisa menatap kantong kresek itu dengan heran, masa sih ini...?

"Itu roti, makan buat sarapan ya" katanya padaku.

"Ha? Ooh...iyaa...kirain becanda"

"Hahahah....gak becanda" dia ketawa

"Tapiii.....ini banyak banget rotinya" sambil aku lihat isi kresek yang berukuran lumayan besar itu.

"Aku gak tau kamu suka roti rasa apa, jadi aku beli semua varian rasanya"

"Ha? Tapi aku g bisa abisin semuanya"

"Bagi dengan teman-teman mu" dia bilang begitu sambil senyum padaku.

"Oh, boleh?"

"Boleh, kalau gitu aku duluan ya Ray? Jangan lupa dimakan rotinya." Sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong Hoodienya lalu jalan ke arah kantin belakang, kantinnya Pak Budi penjaga sekolah.

"Iyaa...makasih yaa..."

Dia jawab dengan senyum dan melambaikan tangan sambil lihat ke arahku lalu terus jalan membelakangiku.

Aku sampai dikelas, dan kelas masih sepi baru beberapa orang saja yang sudah datang.

Sekitar 15 menit setelahnya Sari, Dwi, Galih dan beberapa teman sekelasku sudah mulai menampakkan batang hidungnya, seperti yang ku duga mereka langsung heboh dengan sekantung penuh roti di atas mejaku.

"Wuiiih....ada roti, Mau dong,belom sarapan nih!"

Galih yang tangannya sudah mulai meraba-raba roti dimejaku seperti sudah tidak sabar ingin memasukkan roti itu ke mulutnya.

"Ambil aja lih" kataku mengamini.

"Tumben Ray beli roti banyak gini, mau mabok roti kamu? Wkwkwk" Sari menimpali.

"Ahahahah...enggak Sar, dikasih orang" kataku.

"Ha? Siapa?"

"Yaaah...tetanggaku" ku jawab begitu karena aku tau Sari suka Bimo, aku gak enak padanya kalau kubilang ini dari 'dia'.

"Baik banget tetanggamu Ray, aku juga minta rotinya ya?" Kata Sari.

"Iya Sar, ambil aja" kujawab sambil senyum ke Sari.

"Psst....itu beneran dari tetanggamu Ray? Bukan dari si Bimo?" Dwi tiba-tiba berbisik padaku, mungkin Dwi sadar kalau aku tidak ingin bilang siapa orangnya.

"Sssttt....jangan bilang-bilang Wi" telunjukku berada dibibir.

"Hmm...oke"

"Kalau kamu mau ambil aja Wi"

"Iya deh, aku minta satu ya"

Kelasku jadi ramai dengan acara bagi-bagi roti, ada juga yang sampe rebutan sudah seperti anak TK yang berebut mainan.

Aku? Sudah sedari awal aku ambil roti untukku, yang rasa moca susu, aku paling suka rasa itu.

Tidak lama setelahnya bel masuk berbunyi, Bu Retno guru Biologi pun sudah ditempat untuk mengajar kami.

--×××--

Setelah jam pelajaran habis, Bu Retno menyuruhku dan Dwi untuk mengantar buku tugas ke mejanya untuk nanti ia periksa, sebelum sampai di ruang guru kami harus melewati koridor yang menghubungkan kelas-kelas dengan ruang guru, dan dari situ akan terlihat jelas ke lapangan upacara dan taman tengah; itu...yang banyak pohon besarnya dan rindang sekali.

Di lapangan upacara, tepatnya dibawah tiang bendera ada beberapa sosok yang kami kenali sedang berdiri disana sambil hormat pada bendera, itu adalah Bimo, Bayu, Akbar dan beberapa temannya yang lain. Untung saja hari ini mendung jadi tidak akan terasa panas matahari yang menyengat.

Dwi seketika jengkel karena lihat Bayu yang lagi-lagi kena strap, dia langsung merutuk gak karuan sambil mengeluarkan ancaman untuk Bayu yang tentu saja tidak dengar karna jarak kami masih cukup jauh, aku hanya ketawa lihat Dwi yang emosi dan bilang capek lihat Bayu dihukum.

"Untung sayang, kalo gak udah ku tendang bokongnya tuh anak"

katanya jengkel tapi setengah-setengah.

"Hahahahahah...." balasku yang cuma bisa ketawa.

Dari sini juga terlihat Genk kak Laras yang sedang ketawa-ketawa sambil nontonin mereka yang kena strap dari arah koridor dekat aula, itu berlawanan arah dengan koridor yang sedang kami lewati. Tentu saja kami gak bisa dengar dengan jelas apa yang mereka sorak-sorakkan karena jauh.

"Itu ngapain kak Laras and The Gank heboh bener nontonin orang kena strap?" Tanya Dwi

"Mereka seneng liat orang kena strap?" Kubalas dengan tanya pula

"Entahlah, caper (cari perhatian) kali!" Jawab Dwi.

"Ooh.." kataku ber-oh ria.

Tapi kenapa mereka kena strap ya?" Tanya Dwi

"Gatau, bolos kelas mungkin?" Jawabku yang juga gak tau masalahnya.

"Nanti aku tanya si Bayu geblek, minta di tabok tu anak emang!" Kesal Dwi

"Tapi sayang?" Kataku sambil senyum jahil

"Heheh iya sih, tapi kesel" omel dwi

"Hahahah...udah yuk ah anter bukunya wi."

"Oiya, ayok cepet..kena semprot Bu Retno kita ntar."

Kami berlari-lari kecil menuju ruang guru agar cepat sampai, soalnya buku-bukunya juga berat jadi tidak bisa lari lebih cepat lagi, takut jatuh.

Saat sampai di selasar ruang guru yang lebih dekat ke tiang bendera Aku menoleh lagi sekilas ke arah mereka yang di strap, dan ternyata Bimo juga sedang melihat ke arahku dan senyum padaku, lalu dengan muka memelas menggerakkan bibirnya tanpa suara seperti bilang :

'PEGEL'

"Pffft...hahahaha.." tanpa sadar aku ketawa dan bikin Dwi menoleh padaku

"Kenapa Ray?"

"Hah? Gak papa Wi" sahutku cepat.

'Sukurin, siapa suruh nakal !! Hahaha'

Kataku dalam hati.

Kami segera masuk ke ruang guru dan meletakkan buku-buku yang kami bawa di meja Bu Retno.

avataravatar
Next chapter