webnovel

08 Re:

Hari berganti dan hari ini adalah hari terahir aku berlibur, aku akan kembali berburu lagi besok.

Liburanku hari ini aku gunakan untuk belajar, aku melakukan ini untuk mendapatkan cinta Arthuria, aku harus bisa masuk ke akademi sihir Esiena demi mengejar impianku untuk bersanding dengan Arthuria, satu satunya kesempatanku untuk bertemu dan melindungi dia hanya ada di Akademi ini, tentu aku tidak ingin melewatkannya.

Aku bukan seorang bangsawan yang bisa bertemu dengannya dengan mudah, dengan niat untuk mempersanding Arthuria aku pergi ke perpustakaan dengan semangat.

"selamat pagi paman ronal, aku ingin menggunakan perpustakaan"

Sapaku pada paman ronal sambil meletakkan satu koin tembaga di atas meja.

"oh.. estra sungguh tidak biasa kau datang di pagi hari saat musim berburu sedang berlangsung"

"aku terluka, karena itu untuk sementara aku tidak bisa berburu"

"terluka?, aku harap kau lekas sembuh dan bisa kembali berburu, sayang kau harus melewatkan musim berburu kali ini"

"terimakasih paman ronal, memang disayangkan aku tidak bisa hari ini, aku akan menyembuhkan rasa kecewa ini dengan membaca banyak buku, selamat bertugas paman ronal aku masuk dahulu"

"ya, nikmati waktumu disini estra"

Meninggalkan paman Ronal di meja resepsionis aku langsung mencari buku yang ingin aku baca, hari ini aku mencari buku sejarah Sinclair kingdom bagian lima, aku juga mencari buku yang membahas formasi lingkaran sihir, aku harus belajar dengan giat.

Aku mencari tempat duduk dengan dua buku di tanganku, tempat ini seperti biasa di penuhi oleh para pelajar dan petualang dengan Job Magician, terkadang beberapa rakyat biasa juga datang kemari, dan saat seorang bangsawan datang kami, rakyat biasa tidak bisa masuk ketempat ini.

Berjalan melewati beberapa rak buku aku mendapati Crestia menempati satu tempat baca di kelilingi tumpukan buku. Penasaran dengan apa yang dia baca aku mendekatinya.

"Crestia, buku apa yang kau baca?"

Tanyaku dengan lirih pada Crestia saat aku berdiri cukup dekat dengannya, Crestia menoleh kearahku setelah mendengar pertanyaan ku, kemudian dia membuka mulut mungilnya.

"aku sedang belajar, saat ini aku sedang mempelajari aritmatika"

Katanya sambil menunjukkan buku tebal dengan cover berwarna hijau tua.

"heh.. apa kau mengerti apa yang kau baca"

Mendengar apa yang aku katakan Crestia menggembungkan pipinya.

"jangan menganggapku sebagai anak kecil, aku tahu apa yang aku baca"

Dia mengatakan itu dengan kesal. jika dia mengerti apa yang dia baca, bukankah kita bertemu dengan seseorang yang bisa di bilang jenius. Dulu saat aku masih berusia sembilan tahun tidak mengerti aritmatika namun aku mengerti cara bermain yang menyenangkan. Jauh berbeda denganku gadis ini dengan mudah mengatakan dia mengerti Aritmatika, ini-.

Iri merupakan salah satu dari tujuh dosa besar.

Aa.. aaaku. nggak iri aku takjub, suer.

Berbohong juga termasuk sebuah dosa.

Diam..! aku benar benar tidak iri aku takjub, benar aku takjub dengan kemampuan adik perempuanku, aku tidak akan terpengaruh dengan perkataanmu, itu benar, aku takjub dengan kemampuan Crestia.

Sekarang, aku ingin tahu apa dia benar benar mengerti Aritmatika, aku akan memberinya beberapa tes untuknya.

"benarkah crestia mengerti aritmatika?"

"jika estra ni tidak percaya, coba lihat ini"

Dia menunjukkan papan tulis kecil berwarna hitam yang berisi coretan angka padaku, setelah melihat coretan angka itu dengan seksama.... rupa rupanya dia memang mengerti Aritmatika, dia mengerjakan soal penambahan dan pengurangan dua digit dan dia bahkan bisa menyelesaikan soal perkalian dan pembagian satu digit.

What can i say, this is quality future queen for you.

tapi...

"diantara lima belas soal yang di kerjakan crestia ada tiga soal yang jawabannya salah, ketiga soal itu seharusnya memiliki jawaban, tiga puluh dua, sembilan dan dua puluh tujuh"

"bohong, aku sudah mengerjakannya sesuai dengan petunjuk di buku, aku bahkan sudah memeriksanya dua kali"

"dan meski dengan semua itu crestia masih salah mengerjakannya"

"k kalau begitu coba estra ni jawab ketiga soal itu, aku yakin estra ni juga tidak bisa menjawabnya"

"crestia terlalu meremehkan aku, coba lihat ini"

Aku mengambil benda yang disebut kapur tulis, kemudian menggunakannya untuk menulis jawaban di papan tulis kecil milik Crestia, aku harus selalu ingat untuk menggunakan kapur tulis ini dengan hati hati agar tidak patah.

Crestia melihatku mengerjakan dua soal perkalian dan satu soal pembagian dengan antusias, tidak lupa aku juga menulis cara menyelesaikan soal itu dengan menggunakan rumus penambahan dan pembagian, tidak sampai satu menit berlalu aku mengatakan.

"sudah selesai"

"tidak mungkin, itu terlalu cepat"

"ha ha ha, aku sangat hebat dan crestia harus tahu itu"

Saat aku membanggakan diri Crestia sibuk memeriksa jawaban yang aku tulis.

"semua jawaban ini benar, aku rasa aku harus belajar lebih giat, jika terus seperti ini aku tidak akan bisa masuk ke akademi sihir eisena"

"jangan terlalu pesimis, dengan kemampuanmu saat ini aku yakin kau bisa masuk ke akademi sihir eisena dengan mudah"

"tidak aku harus lebih giat belajar, estra ni saja bisa mengerjakan soal ini dengan mudah, aku malu karena terlalu percaya diri menganggap aku ini pintar"

"crestia kenapa kau berbicara seperti itu, itu menyakitkan"

Mendengar apa yang aku katakan Crestia melihatku dengan penuh tanda tanya, dia bahkan memiringkan kepalanya sedikit, ini terjadi karena dia tidak tahu jika di masa lalu aku sangat bodoh, dia tidak tahu jika aku bisa mengerjakan soal ini dengan mudah sekarang karena aku memiliki ingatan sebelum aku mati, dia juga tidak tahu jika kalimat terakhir yang dia katakan menyakiti hatiku mengingat aku baru membanggakan diriku sendiri.

"aku tidak tahu maksud ucapan estra ni tapi, maukah estra ni mengajari ku aritmatika?"

"baiklah, aku mengerti, aku akan membantumu memahami aritmatika"

Meski sedikit jahat aku mengajari Crestia Aritmatika dengan cara Spartan, aku memberinya beberapa soal yang sulit dan membuatnya berkali kali menyerah untuk mengerjakannya, membuat dia berkali kali meminta bantuanku, melihat ekspresi wajahnya saat dia mengalami kesulitan membuatku tersenyum.

Pria ini, dia begitu menjijikan dan kekanak kanakkan, dia melakukan balas dendam karena masalah kecil, dia sungguh menjijikkan.

T TUNGGU SEBENTAR!, aku tidak melakukan balas dendam, aku memberi soal yang sulit di kerjakan untuk membantu Crestia memahami Aritmatika, aku ingin membuatnya lebih pintar.

Okay dengan ini aku sudah menetapkan kau memang pria yang menjijikkan.

Oi!!. Aku serius tidak ingin balas dendam. Dengarkan aku.

...

Oi!! Oi!! Oi!! Come back!!

....

Tanpa terasa sore tiba, belajar bersama membuat kami melupakan waktu, setelah mengembalikan buku ke rak kami pulang bersama, keluar dari perpustakaan kami berjalan menyusuri trotoar di jalan utama.

"oh ya bukankah crestia bilang ingin bersekolah di akademi sihir eisena, aku penasaran kenapa crestia ingin bersekolah di sana?"

"aku ingin bersekolah di sana karena aku ingin membahagiakan orang tuaku"

"membahagiakan orang tuamu?"

"estra ni tahu, belajar disekolah dengan giat, mendapat nilai tinggi dan setelah lulus, aku ingin bekerja sebagai pegawai kerajaan, dengan begitu aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku, memberi mereka rumah bagus dan makanan yang enak, itu adalah cita citaku"

..impian sederhana ini akan menjadi kenyataan, kemudian impian sederhana ini menjadi lebih menakjubkan setelah dia lulus dari akademi sihir eisena, di cerita utama dia bahkan menjadi seorang ratu.

Sayang impian sederhana ini tidak akan terwujud jika Crestia mendapat ending buruk, dia akan berpisah orang tuanya karena dia di sekap oleh orang yang pernah dia cintai, ending buruk lain dia akan dikeluarkan dari akademi sihir Eisena, dan di ending terburuk dia akan mati di bunuh oleh rival cintanya.

Mengingat semua ending buruk itu membuatku menjadi sangat cemas.

"estra ni ada apa, estra ni baik baik saja, wajahmu menjadi pucat"

"aku hanya mengingat ingatan buruk, sebentar lagi aku akan baik baik saja"

"benarkah?"

"ya itu benar"

Menarik nafas, aku mulai menenangkan diri, aku harus membuat rencana untuk melindungi masa depan Crestia, aku tidak akan membaiarkan dan tidak ingin melihat dia menderita.

"kembali ke pembicaraan tadi, aku harap cita citamu jadi kenyataan, oh ya soal janji berjalan jalan di wilayah utara kapan crestia memiliki waktu luang?"

"Waktu luang?, aku punya banyak waktu luang dan uang tabungan hingga membuat kita bisa pergi kapan saja untuk berjalan jalan di wilayah utara, jadi kapan kita akan pergi?, besok, nanti atau sekarang?"

Tension Crestia meningkat dengan pesat saat mendengar apa yang aku katakan, dia mendekati aku dengan mata bersinar, dia menjadi sangat bersemangat hingga membuatku bingungan harus berbuat apa.

"kau terlalu bersemangat, kita tidak bisa berjalan jalan di wilayah utara sekarang karena malam akan tiba, selain itu kita membutuhkan baju untuk bisa berbaur dengan orang orang disana, jadi... tiga hari lagi. kita bisa berjalan jalan disana, aku juga akan mencarikan pakaian untukmu"

"kau harus menepati janji ini estra ni!"

"tentu, ini sebuah janji"

Crestia mengangguk puas setelah mendengar janji yang aku katakan, berjalan dengan lompatan kecil dia memancarkan kebahagiyaan di hatinya.

"aku tidak sabar menunggu tiga hari lagi tiba"

Melihat tingkah imut Crestia membuat aku tersenyum, kemudian saat kami sampai di pasar dan berjalan di samping penjual jajanan suara imut berbunyi.

Kryukk~

Pipi Crestia memerah saat aku menoleh kearahnya, kalau di ingat kami belajar dari pagi sampai sore, kami sama sekali belum makan siang.

"bagaimana kalau kita mampir ke stan untuk membeli jajanan"

"a aa aku tidak lapar"

Katanya memalingkan wajah, mencoba menyembunyikan rasa malunya.

"itu benar, crestia tidak lapar"

Meninggalkan Crestia aku mendekati stan terdekat untuk membeli dua buah Meat Skewer, aku mencoba memberi satu pada Crestia tapi dia menolaknya, dia berjalan mendahuluiku untuk pulang kerumah.

"ah~ sayang sekali, meat skewer ini sangat enak~, sayang sekali crestia tidak menginginkannya, ah~ sayang sekali aku harus mengabiskannya sendiri~ ah sayang sekali~"

Medengar kalimat godaanku Crestia semakin lama semakin marah, dia cemberut dan pipinya menggembung semakin besar.

"ah~ enak sekali"

Kali ini setelah mendengar itu Crestia menoleh kearahku dan melihatku dengan tatapan tajam, sekarang pipinya sudah menggebung cukup besar.

"ah~ sayang crestia tidak menginginkannya"

"aku mengerti, berhenti menggodaku, aku akan menerima meat sekewer itu, estra ni bully, jahat"

Mendengar kalimat itu aku memberi Crestia satu Meat Skewer satunya.

"jika kau menerimanya dari awal aku tidak akan menggoda crestia"

"bukankah aku sudah menolaknya"

"crestia adalah adikku, karena itu terkadang kau harus membiarkan aku memanjakanmu sekali kali"

Crestia tiba tiba menjadi diam setelah aku mengatakan kalimat itu, berhenti memakan meat skewer dia melihat kebawah.

"crestia?, ada yang salah?"

"..baiklah aku mengerti, mulai sekarang aku akan membuat estra ni memanjakan aku"

Setelah mengatakan itu Crestia melihatku, dia kemudian memberiku senyum tulus, meliat senyuman itu membuat hariku jadi sempurna.