webnovel

War Of Pride

Di tengah kekacauan Perang Dunia Kedua, muncul seorang pemimpin tentara yang ditakuti dan dihormati, Yura dari Polaskafh. Dikenal karena kebuasan dan taktik perangnya yang tak terduga, Yura memimpin pasukannya dengan senjata api canggih, kendaraan tempur yang tangguh, dan alat perang revolusioner. Namun, di balik reputasinya, Yura adalah seorang pria dengan hati yang baik, yang berjuang demi keadilan dan masa depan negaranya. Dunia dipenuhi konflik, dengan negara-negara seperti Orazon yang dipimpin oleh Cyan yang cerdik, dan Karakaskus di bawah komando Vixie yang ambisius. Mereka semua berusaha untuk mengukir namanya dalam sejarah dengan cara masing-masing. Namun, ketika cerita berlangsung, muncul sebuah negara yang misterius dan penuh warna, Rainbowz, yang dipimpin oleh Kai, seorang pria yang kejam dan memiliki kekuatan yang setara dengan Yura. Kai tidak mengenal belas kasihan dan akan melakukan apa saja untuk memastikan dominasi Rainbowz atas dunia. "War of Pride" adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan pertempuran ideologi yang tak terhindarkan antara dua negara rival, Polaskafh dan Rainbowz. Dengan latar belakang perang yang brutal dan realistis, novel ini mengajak pembaca untuk menyelami kedalaman karakter-karakternya, memahami apa yang membuat mereka berani, dan apa yang mereka perjuangkan. Dalam pertempuran akhir yang menentukan, hanya satu yang dapat berdiri tegak, tetapi kemenangan datang dengan harga yang mungkin terlalu besar untuk dibayar.

dal_z_kay · War
Not enough ratings
3 Chs

Sang komandan

Hujan peluru dan ledakan menggema di seluruh medan perang, mengiringi langkah-langkah berat tentara Polaskafh yang maju tanpa kenal takut. Di tengah kekacauan, Yura berdiri tegak, matanya tajam memantau setiap gerakan musuh.

"Siapkan mortir! Kita harus menghancurkan benteng mereka sebelum matahari terbenam," perintah Yura dengan suara yang menggelegar di atas deru pertempuran.

Seorang prajurit muda, Alek, berlari mendekati Yura, "Komandan, pasukan Orazon terlihat di sebelah timur. Mereka menggunakan tank baru, tampaknya dari Karakaskus."

Yura mengangguk, "Baiklah, kita akan menggunakan strategi serangan kilat. Beritahu semua unit untuk bersiap."

Percakapan antara Yura dan Alek terpotong oleh suara keras mesin kendaraan tempur yang mendekat. Yura, dengan cepat mengambil binokularnya, mengamati formasi musuh yang mendekat.

"Kita tidak punya banyak waktu," gumam Yura. "Alek, kirim sinyal ke divisi ketiga. Kita akan melakukan serangan balik sekarang juga."

Alek memberi hormat dan segera berlari kembali ke pos komando. Yura mengambil senapan serbu miliknya, menyesuaikan pandangan, dan menembakkan beberapa peluru ke arah musuh yang mencoba mendekat.

Di sisi lain medan perang, Cyan dari Orazon mengawasi dengan dingin. "Jangan biarkan mereka mendekat. Gunakan segala yang kita miliki. Hari ini, kita akan mengakhiri legenda Yura," katanya kepada para perwira di sekelilingnya.

Sementara itu, di negara Rainbowz, Kai duduk di takhta besinya, memetakan strategi untuk mengambil alih Polaskafh. "Yura mungkin kuat, tapi dia tidak akan bisa melawan kekuatan kita. Siapkan armada udara, kita akan menyerang mereka dari langit."

Kembali di medan perang, Yura merasakan getaran di tanah. "Ini bukan gempa, ini...," sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, langit tiba-tiba menjadi gelap. Sebuah armada pesawat tempur Rainbowz muncul dari balik awan, menurunkan hujan bom ke posisi Polaskafh.

"Semua orang, bertahan!" teriak Yura. "Ini belum berakhir. Polaskafh tidak akan menyerah begitu saja!"

Ketegangan meningkat saat pesawat tempur Rainbowz terus mengguyur langit dengan bom. Yura, dengan kecepatan dan ketenangan yang hanya dimiliki oleh seorang pemimpin berpengalaman, memerintahkan pasukannya untuk bergerak ke posisi yang lebih aman.

"Kita harus mencapai bukit itu," teriaknya sambil menunjuk ke sebuah ketinggian yang masih belum terjangkau oleh serangan udara. "Itu akan memberi kita keuntungan taktis dan perlindungan!"

Pasukan Polaskafh, meskipun terkejut oleh serangan mendadak, segera mengikuti perintah Yura. Mereka berlari, merangkak, dan berguling, menghindari ledakan yang terus menerus.

Di tengah kekacauan, Yura menemukan dirinya berhadapan dengan seorang prajurit Orazon yang terluka. Pria itu, bernapas dengan berat, menatap Yura dengan mata yang penuh permohonan.

"Air... tolong," bisik prajurit itu dengan suara serak.

Yura, tanpa ragu, memberikan botol air dari sabuknya. "Tidak ada prajurit yang harus mati karena haus," ucapnya dengan suara yang hampir tidak terdengar di tengah deru pertempuran.

"Terima kasih," kata prajurit Orazon, sebelum kepalanya jatuh kembali ke tanah, matanya terpejam.

Yura berdiri, mengambil senjatanya, dan melanjutkan perjalanan. Dia tahu bahwa setiap detik berharga dan bahwa keputusan yang dia buat sekarang dapat menentukan hasil dari seluruh perang.

Sementara itu, di markas besar Rainbowz, Kai mengamati serangan udaranya dengan puas. "Lihatlah mereka berlari seperti tikus," katanya dengan senyum sinis. "Polaskafh akan jatuh hari ini, dan Yura akan menjadi hanya catatan kaki dalam sejarah."

Namun, di medan perang, Yura dan pasukannya berhasil mencapai bukit. Dari posisi yang lebih tinggi, mereka mulai membalas dengan meriam anti-pesawat dan senjata mesin berat. Langit yang tadinya dipenuhi dengan pesawat tempur Rainbowz, kini berubah menjadi medan pertempuran udara yang sengit.

"Kita tidak akan menyerah," kata Yura, matanya menyala dengan tekad. "Untuk Polaskafh, untuk kebebasan, kita akan bertarung sampai napas terakhir!"

Dengan bukit sebagai benteng sementara, Yura memerintahkan pasukannya untuk mengatur pertahanan. "Kita perlu memanfaatkan waktu ini," katanya. "Siapkan ranjau dan jebakan, kita akan membuat mereka menyesal mencoba menaklukkan bukit ini."

Prajurit-prajurit Polaskafh bergerak cepat, menyiapkan pertahanan sementara mereka. Mereka tahu bahwa setiap detik adalah penting, dan bahwa keberhasilan mereka dalam mempertahankan bukit ini bisa menjadi titik balik dalam perang.

Sementara itu, di markas Orazon, Cyan memeriksa peta dengan cermat. "Kita tidak bisa membiarkan Yura mendapatkan keuntungan ini," katanya. "Kirimkan skuadron elit kita. Aku ingin bukit itu direbut kembali sebelum fajar."

Di Rainbowz, Kai tersenyum sinis saat mendengar laporan tentang pertempuran di bukit. "Biarkan mereka saling menghancurkan," pikirnya. "Kita akan membersihkan sisa-sisa mereka dan mengambil alih kedua negara itu."

Kembali di bukit, Yura duduk di samping api unggun, memikirkan strategi selanjutnya. Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Dia meraih senjatanya, siap untuk serangan.

"Jangan tembak," kata suara itu. "Aku datang dengan tawaran damai."

Yura menatap pria yang berdiri di depannya. Itu adalah Vixie, pemimpin Karakaskus. "Apa yang kau inginkan?" tanya Yura dengan curiga.

"Musuh kita sama, Yura," jawab Vixie. "Kita harus bekerja sama jika kita ingin mengalahkan Kai dan pasukannya."

Yura menimbang-nimbang kata-kata Vixie. "Aku akan mempertimbangkan tawaranmu," katanya akhirnya. "Tapi aku harus tahu bahwa aku bisa mempercayaimu."

Vixie mengangguk. "Kau akan memiliki buktinya. Aku akan membantu kalian mempertahankan bukit ini."

Malam itu, pasukan gabungan Polaskafh dan Karakaskus bersiap untuk serangan yang akan datang. Mereka tahu bahwa pertempuran di bukit akan menjadi pertempuran yang sengit, tapi mereka juga tahu bahwa mereka memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh musuh mereka: persatuan.