webnovel

War Of Pride

Di tengah kekacauan Perang Dunia Kedua, muncul seorang pemimpin tentara yang ditakuti dan dihormati, Yura dari Polaskafh. Dikenal karena kebuasan dan taktik perangnya yang tak terduga, Yura memimpin pasukannya dengan senjata api canggih, kendaraan tempur yang tangguh, dan alat perang revolusioner. Namun, di balik reputasinya, Yura adalah seorang pria dengan hati yang baik, yang berjuang demi keadilan dan masa depan negaranya. Dunia dipenuhi konflik, dengan negara-negara seperti Orazon yang dipimpin oleh Cyan yang cerdik, dan Karakaskus di bawah komando Vixie yang ambisius. Mereka semua berusaha untuk mengukir namanya dalam sejarah dengan cara masing-masing. Namun, ketika cerita berlangsung, muncul sebuah negara yang misterius dan penuh warna, Rainbowz, yang dipimpin oleh Kai, seorang pria yang kejam dan memiliki kekuatan yang setara dengan Yura. Kai tidak mengenal belas kasihan dan akan melakukan apa saja untuk memastikan dominasi Rainbowz atas dunia. "War of Pride" adalah kisah tentang keberanian, pengorbanan, dan pertempuran ideologi yang tak terhindarkan antara dua negara rival, Polaskafh dan Rainbowz. Dengan latar belakang perang yang brutal dan realistis, novel ini mengajak pembaca untuk menyelami kedalaman karakter-karakternya, memahami apa yang membuat mereka berani, dan apa yang mereka perjuangkan. Dalam pertempuran akhir yang menentukan, hanya satu yang dapat berdiri tegak, tetapi kemenangan datang dengan harga yang mungkin terlalu besar untuk dibayar.

dal_z_kay · War
Not enough ratings
3 Chs

Misi Penentuan (Akhir)

Setelah keberhasilan mereka merebut lembah tersebut, di dalam keheningan malam yang hanya diterangi oleh cahaya bulan, Yura, Vixie, dan Cyan merencanakan misi berbahaya yang akan menentukan nasib perang. Mereka memutuskan untuk mendekati Kai secara langsung, menggunakan kegelapan sebagai penutup mereka.

"Kita harus bergerak cepat dan diam-diam," bisik Yura. "Kai tidak akan menyangka kita berani mendekatinya."

Vixie mengangguk, memeriksa senapan jarak jauhnya. "Aku akan mengambil posisi di bukit itu," katanya, menunjuk ke sebuah ketinggian yang memberikan pandangan langsung ke markas Kai. "Dari sana, aku bisa memberikan perlindungan."

Cyan, yang lebih terbiasa dengan taktik serangan langsung, memilih untuk memimpin serangan dadakan menggunakan kendaraan tempur. "Kita akan mengejutkan mereka," katanya dengan suara penuh tekad. "Kita akan menyerang mereka sebelum fajar menyingsing."

Mereka bergerak melalui hutan, menghindari patroli dan menjaga agar suara langkah mereka tidak terdengar. Setelah beberapa jam bergerak hati-hati, mereka tiba di posisi yang telah ditentukan.

Vixie memanjat bukit dengan gerakan yang gesit dan mulai mempersiapkan senapannya. Yura dan Cyan, dari sisi lain, mengambil posisi di balik semak-semak, mata mereka tertuju pada markas Kai yang terletak di lembah di bawah.

Jam-jam berlalu, dan ketegangan meningkat. Mereka tahu bahwa kesuksesan misi ini akan mempengaruhi jalannya perang.

Tiba-tiba, sebuah konvoi kendaraan tempur Rainbowz muncul, mengarah ke markas. "Ini saatnya," bisik Yura. "Cyan, siapkan seranganmu."

Cyan memberi isyarat, dan dengan itu, kendaraan tempur mereka menerobos keluar dari semak-semak, mengejutkan pasukan Kai yang tidak siap. Ledakan dan suara tembakan mengisi udara saat mereka menyerbu ke dalam markas.

Di bukit, Vixie mengambil nafas dalam-dalam, menyesuaikan bidikan senapannya. Dia menunggu saat yang tepat, dan ketika Kai muncul, dikelilingi oleh pengawalnya, Vixie menarik pelatuknya.

Serangan dadakan dan tembakan jarak jauh itu berhasil membuat pasukan Kai kacau balau. Dalam kekacauan itu, Yura, Vixie, dan Cyan berhasil menembus pertahanan dan masuk ke dalam markas.

Pertempuran berlangsung sengit, tetapi dengan keberanian dan kerjasama, mereka berhasil mengalahkan pengawal Kai dan mengamankan markas.

Ketika fajar menyingsing, mereka berdiri di atas reruntuhan markas Rainbowz, bendera Polaskafh dan Karakaskus berkibar di udara. Misi mereka berhasil, dan dengan jatuhnya Kai, perang tampaknya akan segera berakhir.

Dengan markas Kai yang telah direbut, Yura, Vixie, dan Cyan berkumpul di tengah reruntuhan, napas mereka masih terengah-engah dari pertempuran yang baru saja berakhir. Mereka tahu bahwa ini adalah momen kemenangan, tetapi juga momen refleksi.

"Kita telah melakukan apa yang banyak orang anggap mustahil," kata Yura, matanya menatap ke arah langit yang mulai terang. "Tapi perang ini telah mengambil banyak korban."

Vixie menatap ke arah bendera yang berkibar, "Kita harus memastikan bahwa pengorbanan ini tidak sia-sia. Kita harus bekerja keras untuk membangun kembali apa yang telah hancur."

Cyan, yang biasanya lebih keras dan langsung, kini terlihat lebih lembut. "Kita akan membangun dunia yang lebih baik," katanya. "Dunia di mana anak-anak kita tidak perlu mengenal perang."

Mereka bertiga berdiri dalam diam, menghormati mereka yang telah gugur. Mereka tahu bahwa meskipun Kai telah dikalahkan, masih banyak tantangan yang menanti. Mereka harus memimpin negara-negara mereka menuju perdamaian yang langgeng.

Di hari-hari berikutnya, Yura, Vixie, dan Cyan bekerja bersama untuk menegosiasikan perdamaian antara negara-negara yang sebelumnya berkonflik. Mereka membentuk aliansi baru, berdasarkan saling pengertian dan kerjasama, bukan kekuatan dan dominasi.

TAMAT.....