webnovel

1

Naya adalah perempuan yang duduk di bangku kuliah semester awal. Setelah dia putus dari pacarnya beberapa tahun silam dia tidak lagi menjalin hubungan dengan siapapun. Dia hanya dekat dengan sahabatnya sedari kecil——Vino.

Persahabatan mereka juga bukan persahabatan yang akur setiap hari keributan pasti terjadi di antara mereka berdua.

"Nayaaaaa...." teriak seorang laki-laki yang Naya sudah apal suaranya itu.

"Ck. bisa enggak sih kalau manggil gue enggak usah teriak-teriak. Gue enggak budek!" saut Naya dengan kesal memutar tubuhnya menghadap ke samping di mana laki-laki itu berada.

"Gimana kemaren ngedate lo sama Dior? Berhasil enggak? Lo akhirnya jadian gak?" tanya Vino to the point dan menggebu-gebu.

"Gak."

"Lah kenapa? Setahu gue dia ganteng loh. Incaran mahasiswi jurusannya katanya."

"Biasa aja," jawab singkat Naya.

"Lo tuh nyari cowo yang kek gimana sih, Nay. Keknya hampir semua cowo yang lol ajak pasti enggak ada yang nyantol atau kalau lo bosen pasti cuma lo ghosting."

"Ya dia bukan tipe gue soalnya. Ganteng sih, tapi ganteng aja enggak cukup menurut gue kalau isi kantongnya ga tebel."

"What the fuck. Lo nyari cowo yang banyak duit gitu?" tanya Vino memandang Chika intens. Naya tersenyum misterius dan hanya menghendikkan bahunya acuh serta berjalan mendahului Vino. Vino lantas ikut mengejar Naya yang sama sekali tidak menjawab pertanyaannya itu.

"Naya jawab dulu. Elah gue nanya malah lo nyelonong aja."

"Ya masa gitu aja enggak tahu jawabannya sih, Vin."

"Gila lo. Matre banget sih jadi cewe."

"Hellowwwww Vino ku sayang ... Gue itu bukannya matre ya. Tapi, Realistis. lo tahu sendiri kan jaman sekarang itu yang dihargain itu yang goodlooking sedangkan goodlooking itu harus punya Dana buat beli skincare, make up dan kebutuhan yang lain. Jadi, wajar dong kalau gue nyari cowo yang banyak duit. Biar bukan gue yang diplerotin tapi gue yang mlorotin. Eh, tapi gue enggak matre ya. Sebagai perempuan gue hanya realistis," jelas Naya panjang lebar membuat Vino menganga dengan jawaban sahabatnya itu.

"Gila. lo enggak panas 'kan?" tanya Vino memegang dahi Naya. Naya mendengus dan menarik tangan Vino dari kepalanya.

"Ishh lo tuh harusnya support gue kek sebagai sahabat bukan malah bilang gue panas. Ngeselin ah lo!" Naya lantas berjalan meninggalkan Vino. Vino memanggil-manggil Naya tapi wanita itu sama sekali tidak menyahuti panggilannya. Akhirnya dia pun menyusul Naya dan mereka pulang bersama walaupun selama perjalanan hanya ada keributan hingga beberapa orang yang melihat mereka seakan mereka seperti sepasang kekasih yang ribut di tengah jalan seperti ini.